"Tidak, aku tidak pernah menyukainya sedikitpun. Dia hanya temanku" jawabku
"yah, ku kira kau pernah menyukainya. Kalian juga cocok bersama" tambah Eunwoo
"karena kami teman sejak kecil, jadi kami saling melengkapi kekurangan masing-masing" jelasku
"terserahlah. Ayo ke kelas, ini hampir waktu masuk" tarik Eunwoo.
Saat perjalanan menuju kelas, 'betul juga yang Eunwoo bilang tadi, selama ini aku belum pernah menyukai seseorang, dan sepertinya itu juga terasa aneh, apakah aku benar-benar tidak pernah jatuh cinta?', aku terus memikirkannya hingga kami sampai di depan kelas.
Saat kami masuk, keadaan kelas masih ramai dan wali kelas kami juga belum datang. Kami langsung menghampiri meja Jeonwoo.
"dimana sansaengmin?" Tanya Eunwoo
"entahlah" jawab Jeonwoo singkat
"apa dia belum datang?" tanyaku
"belum" jawab Jeonwoo lagi
" tumben sekali" solot Eunwoo
"iya, biasanya dia sudah cerewet agar anak-anak diam, dan dia pasti akan mengatakan 'kalian seharusnya serius belajar. Bukan hanya membuat kegaduhan'" ujar Hyunbin sambil menirukan suara Seo-sanaengnim saat sedang mengingatkan teman-teman kami.
Kelas kami selalu menjadi menjadi kelas yang teramai, bahkan saat ujianpun banyak bisikan-bisikan entah itu jawaban rencana mereka sepulang sekolah, menunjukkan kabar terbaru. Saat ujian itupun guru pengawas sangat sabar mengingatkan mereka. Dan aku hanya bisa bersabar dengan teman-temanku, karena aku berpikir mungkin aku tidak akan bertemu teman-teman seperti mereka saat SMA nanti.
" sepertinya hari ini kita masuk hanya untuk menunggu hasil ujian" prediksi Hyunbin
"mungkin. Seharusnya aku berangkat siang saja" ujarku
"benar, aku masih ingin tidur. Aku terlalu banyak belajar akhir-akhir ini" sahut Hyunbin
"Akh! Aku bosan. Tidak ada yang kita lakukan" keluh Eunwoo
"sudah, aku ingin tidur" ujarku, aku pergi menuju lokerku untuk mengambil bantal
"sejak kapan bantal itu ada di sana? Setahuku lokermu hanya berisi buku dan pakaian olahraga" Tanya Eunwoo kepada ku, saat aku duduk di kursiku
"Entahlah aku juga lupa, kapan menaruh bantal ini di lokerku" jawabku, sambil memakai haedphoneku dan meletakkan kepalaku diatas bantal yang empuk.
Tak terasa aku sudah tertidur di meja selama 2 jam, bahkan teman-temanku tidak ada yang membangunkanku. Saat aku bangun ternyata headphone yang tadi ada di kepalaku ternyata sudah di lepas, tapi aku tidak merasa melepaskannya.
"kau sudah bangun tuan putri?" Tanya Jeonwoo usil
"kau yang melepas haedphoneku?" tanyaku balik
"iya, aku yang melepasnya. Tidak baik menggunakan headphone saat tidur" jelasnya singkat
"terima kasih" balasku
Dia melanjutkan membaca buku yang sepertinya sudah dari tadi dia baca. Aku mengembalikan bantal yang tadi aku gunakan ke lokerku. Perutku bunyi, tanda aku sudah kelaparan.
"Jeonwoo-ya... kau tidak ingin pergi ke kantin, aku lapar" ujarku dangan membuat suara dan wajahku lebih imut
"tidak usah membuat muka sepeprti itu, kau sudah imut" puji Jeonwoo, meletakkan bukunya
"jinjja?" tanyaku memastikan
"kalau begitu, ayo kita ke kantin" ujarku lagi sambil menarik tangannya menuju kantin
YOU ARE READING
A Heart That Chooses
ФанфикKisah seorang remaja yang belum pernah mengalami JATUH CINTA. Dia harus bisa memahami rasa cinta. Dia juga harus bisa membedakan Cinta dan Membutuhkan. Pada saat itu juga, dia harus memilih