1 - MEMILIH AYAH

17 3 3
                                    

Biar kuceritakan hidupku pada kalian.

Namaku Anna Khadija. Aku anak tunggal, dan setelah kedua orangtuaku berpisah aku memilih tinggal bersama dengan Ayah. Kupikir aku akan diperebutkan untuk tinggal dengan siapa, tapi Ayah dan Ibu cukup tau bahwa aku sudah besar dan bisa memilih. Awalnya aku tidak ingin memilih dengan siapa aku harus tinggal dan memilih untuk hidup sendiri dimana saja, asal tidak dengan salah satu dari mereka. Tapi tidak ada yang menyetujui keinginanku, padahal tinggal bersama Ayahpun sama saja, seperti aku tinggal sendiri.

"aku gamau tinggal dengan siapapun, aku mau hidup mandiri"aku menyampaikan keinginanku kepada Ayah dan Ibu yang duduk dihadapanku.

"maksud kamu?"tanya Ayah dengan wajah herannya.

"iya.. mungkin aku bisa kos?"aku menjawab pertanyaan Ayah dengan mengangkat bahu.

Ayah menggeleng, Ibu juga.

Aku diam, kemudian menghela nafas. "kalian bukan pilihan"

"tinggal sendiri juga bukan pilihan Anna.. Ibu harus tau ada orang yang menjaga kamu"akhirnya Ibu angkat bicara, aku tau Ayah dan Ibu lelah dengan semua kesibukan mengurus perpisahan mereka dan segala tetekbengeknya. Tapi keputusanku untuk tinggal sendiri sudah aku pikirkan sejak mereka berbicara padaku tentang perpisahan mereka.

"Ayah atau Ibu?"Ibu bertanya lagi sambil menatap kearahku yang menggelengkan kepala.

"Anna.. kita tidak mungkin tinggal bersama lagi, kita sudah membahas ini"kata Ibu dengan nada lelahnya.

Aku melihat kearah Ayah dan Ibu mencoba untuk menahan tangisku dihadapan mereka. Ingin sekali aku berteriak bahwa aku juga lelah tidak bisakah kalian mengesampingkan ego kalian?

"kalo begitu kamu ikut Ibu"ucap Ibu final. Tapi Ayah tidak tinggal diam.

"Jess, jarak sekolah Anna dengan rumah baru kamu itu jauh"protes Ayah pada Ibu. Disini aku bisa melihat bahwa Ayah ingin aku tinggal disini.

"Anna bisa pindah, biar aku urus kepindahannya"

"lagian kamu pasti sibuk kerja kan"lanjut Ibu

Aku membulatkan mataku, aku baru tau kalo Ibu berniat memindahkan sekolahku jika aku ikut dengan Ibu. Setelah mendengarkan keputusan Ibu yang berencana memindahkan sekolah aku langsung memilih untuk tinggal bersama Ayah.

"aku tinggal sama Ayah"ucapku menatap Ibu yang kulihat sedikit kecewa akan keputusan yang aku ambil, tapi Ibu tidak memprotes.

"Ibu bisa berkunjung kapanpun Bu.."

Aku mencoba sedikit menghibur Ibu yang kemudian tersenyum dan menganggukan kepalanya. Ibu bangkit dan memeluku erat.

"Ibu sayang kamu Ann.."kudengar Ibu terisak dalam pelukanku. Aku mengelus punggung Ibu lembut. Ayah memperhatikan kami tapi tidak berniat bergabung, kemudian aku melepas pelukan Ibu ganti menggenggam tangan Ibu dan menghampiri Ayah kemudian memeluk Ibu dan Ayah bersamaan.

"Aku gatau alasan kalian sebernarnya, aku harap akan ada keajaiban setelah ini karena aku gatau apa aku akan baik-baik aja setelah ini"

"aku sayang Ayah dan Ibu..."akhirnya tangisku pecah setelah menahannya sejak tadi.

"tidak bisakah kita seperti ini? baik-baik saja?"tanyaku lirih dalam pelukan kedua orang tuaku. Ayah mengusap puncak kepalaku lembut sementara Ibu terisak.

"Ibu harus pulang Ann.."Ayah melepas pelukan kami untuk pertema kali, tapi lagi-lagi aku menolak melepaskan Ibu.

"semua baik-baik aja, oke?"ucap Ibu meyakinkan aku dan menghapus air mataku yang sebenarnya percuma saja.

Aku dan Ayah mengantarkan Ibu keluar dari rumah dan memperhatikan setiap langkah Ibu sampai wanita yang melahirkanku itu menghilang bersama mobil yang dibawanya. Aku memeluk Ayah lagi, menangis lagi.

"Ayah.. apa aku bikin salah sampe kalian berantem dan berpisah?"tanyaku lirih disela-sela tangisku yang tidak kunjung berhenti.

"Ayah bilang Ayah sayang sama Ibu.."

"keadaan memaksa kita berpisah Anna.. bukan karena Ayah sudah tidak sayang dengan Ibu kamu"

"kita memikirkan kamu sampai kita memutuskan berpisah.. tidak akan ada yang berubah Ann, kami tetap orang tua kamu"

Aku menangis dalam pelukan Ayah yang terus memelukku erat dan merasakan isakan Ayah yang baru pertama kali Ayah tunjukan padaku. Ayah juga sedih jadi sebisa mungkin aku menahan tangisku agar berhenti dan tidak menangis lagi sampai nanti, setidaknya saat tidak ada Ayah.



ENOUGH DEWAWhere stories live. Discover now