2 - BERTEMU DEWA

12 3 3
                                    

-------

Ayah berubah terlalu banyak Ayah menjadi seseorang yang gila kerja, berangkat pagi dan pulang malam atau tidak pulang sama sekali dengan alasan lembur. Bagiku rumah bukan lagi menjadi rumah jika tidak ada Ayah dan Ibu didalamnya. Well, semua sudah terjadi dan menjadi anak broken home tidak selalu menyedihkan. Tidak, sejak seseorang datang dan memperkenalkan dirinya sebagai Dewa.

"..gue Dewa"lelaki dihadapanku mengulurkan tangannya.

Aku tersenyum membalas uluran tangannya. "Anna.."

"kenapa nangis?"tanyanya. Iya, saat Dewa menghampiriku aku sedang menangis didepan pagar rumahku.

"gue liat lo nangis tadinya gamau ganggu, tapi liat lo duduk didepan pagar rumah gini lo keliatan orang depresi"Dewa berjongkok dan terkekeh seolah memberi tau bahwa yang diucapkannya barusan adalah lelucon.

Aku menghapus air mataku ikut terkekeh pelan tanpa menjawab pertanyaanya tadi.

Dewa mengangkat kedua alisnya kemudian bangkit dari posisi berjongkok dan mengulurkan tangannya. "ikut gue yuk"

Aku menggelengkan kepalaku dan berdiri tanpa membalas uluran tangan Dewa. "aku mau masuk"

"gue pikir lo gapunya kunci rumah sampe duduk diluar sambil nangis"

Aku tidak membalas ucapan Dewa dan memilih membuka pagar rumah dan masuk kedalam. Tapi saat aku ingin menutup pagar Dewa menahannya dan ikut masuk bersamaku.

"kenapa?"tanyaku menatap heran kearah Dewa.

"gue bosen gapunya temen, boleh mainkan?"

Aku menatap Dewa dan menggangguk kecil.

"pas kita kenalan lo senyum gue kira abis itu kita temenan"ucap Dewa sambil duduk di ayunan yang ada di depan rumah. Aku mengikuti Dewa duduk di ayunan.

"aku baru liat kamu didaerah sini.."ucapku mengalihkan pembicaraan Dewa.

"iya baru pindah terus lagi liat-liat aja"jawab Dewa tersenyum.

"kenapa tadi nangis?"

Aku menggeleng dan tersenyum tipis. "gapapa"

"kalo gapapa gamungkin nangis dong"

"menurut kamu gimana anak broken home itu?"tanyaku tiba-tiba. Entah kenapa aku ingin bertanya pada Dewa soal ini, mungkin karena aku baru saa menangis karena masalah ini.

"siapa yang broken home?"Dewa balik bertanya

Aku menggeleng lagi. "nggak lupain aja nggak penting"

Dewa menatapku kemudian tersenyum. "gue juga broken home kok"

Aku menatap Dewa kaget dengan pernyataanya barusan.

"tumbuh menjadi anak broken home bikin gue kadang minder sama anak-anak normal lainnya. Mereka bisa ngenalin keluarga mereka tanpa malu sama orang lain karena keluarga mereka lengkap. Tapi jadi anak broken home juga bukan jadi alasan untuk selalu nangis dan mengurung diri"

Aku menatap Dewa. "sejak kapan?"

"apa?"tanya Dewa tidak mengerti.

"Ayah dan Ibu kamu"jawabku menatap Dewa.

Dewa mengangguk anggukan kepalanya. "SMP kelas 3 seminggu sebelum UN, strees dong gue sampe nilai gue rada jeblok"

"mereka egois, iya kan?"

"mungkin iya, tapi gue juga gamau jadi egois, denger mereka berantem tiap hari dan bikin Mami nangis setelahnya bikin gue berfikir mungkin emang mereka harus berpisah. Semua ga akan berjalan baik kalo mereka tetap ada di satu lingkungan yang sama"

"awal – awal gue juga sedih pengen nangis tapi gue gamau dibilang cengeng sama adek gue soalnya guekan cowo"Dewa terkekeh pelan

"bukan karena kamu cowo kamu gaboleh nangis"kataku pada Dewa.

"iya soalnya air mata cowo itu tulus, ya nggak?"kata Dewa dengan senyum jahilnya dan menular padaku.

"apaan sih nggak nyambung"aku mendengus menendang pelan kaki Dewa.

"nangis gabikin semua akan baik-baik aja, mungkin dengan mereka berpisah itu bisa membuat mereka bahagia dan yaa.. yang gue tau setelah mereka berpisah, Mami lebih sering ketawa meskipun sesekali Mami nangis sendirian dikamar"

"gue tau kok, berat banget menerima keputusan mereka, tapi lo nggak sedih sendirian orang tua lo juga pasti ngerasa sedih, entah karena mereka gabisa ngasih keluarga yang harmonis sama anaknya atau mereka sebenernya gamau berpisah tapi keadaan memaksa mereka"

Aku memperhatikan Dewa mendengarkan setiap ucapan yang meluncur dari mulutnya dan berfikir mungkin Ayahnya menjadi gila kerja untuk menghilangkan kesedihannya berpisah dari Ibu.

"orang tua selalu ingin yang terbaik untuk anaknya, mereka nggak mau anaknya tumbuh di dalam keluarga yang nggak sehat, mungkin itu juga bisa jadi alasan kenapa mereka memilih berpisah"

"kalo gitu kenapa gak akur aja? Menekan ego mereka biar kita anaknya ini tetap hidup dikeluarga yang normal"tanyaku pada Dewa.

"seperti yang gue bilang semuanya nggak akan berjalan baik, emangnya lo nggak cape harus denger mereka berantem tiap hari?"Dewa memajukan badanya yang tadinya bersandar menjadi mendekat kearahku dan menggenggam tanganku, mengusap lembut bagian atas tanganku. Anehnya aku tidak menolak.

"jangan terlalu dipikirin, jangan sedih berkepangjangan, jangan terlalu banyak nangis, lo bukan satu-satunya anak broken home. Kadang kita juga harus mengerti orang tua kita, yang penting lo tetap bisa ketemu mereka"

Dewa tersenyum manis dan melepas genggaman tangannya. "buktiin kalo tumbuh dari keluarga yang gak utuh bisa bikin lo lebih baik dari mereka yang hidup normal, jadi anak broken home gak selalu menyedihkan kok asal lo bisa mengalihkan itu sama hal-hal positif"

"banyak anak yang tumbuh dari keluarga broken home justru mengalihkan kesedihan mereka sama hal negative, gue gamau lo jadi salah satu dari mereka. Merasa sedih dan sendiri sampe lo pergi ke tempat-tempat yang seharusnya gak lo datengin untuk menghilangkan kesedihan lo. Be friends?"

Dewa mengacungkan jari kelingkingnya kehadapanku. Aku tersenyum lebar.

"kalo gitu kita temenan sekarang"ucapku tersenyum semakin lebar dan mengaitkan jari kelingkingku. Dewa juga tersenyum sama lebarnya denganku.

"kalo begitu semua akan baik-baik aja ada Dewa disini"katanya sambil membusungkan dadanya membanggakan dirinya. Aku terkekeh dan menggelengkan kepalaku.

"ck. Gampang banget bikin lo seneng"Dewa berdecak dan mengacak pelan rambutku.

Aku tau menjadi anak broken home memang menyedihkan tapi bukan berarti aku harus mengurung diri dan menangis seolah aku yang paling menderita. Tapi setelah ini semua akan berjalan dengan baik karena ada Dewa yang menemani.

ENOUGH DEWAWhere stories live. Discover now