Kau hampir tak pernah menghubungiku via ponsel, tapi setiap saat aku selalu saja melihat ponsel itu berkali-kali. Berharap ia berbunyi dan namamu yang tertera disana. Lalu dengan agak menggigil aku berusaha melawan keinginanku sendiri, menyusun rencana-rencana tak selesai, untuk menjawab sapa mu sedingin mungkin.
Tapi tak ada bunyi, kemudian pandanganku beralih pada ponsel dan lagi-lagi berharap kau pecahkan resah dalam sekali bip, padahal kau tak ada dalam kontak ku.
Maka bersama angin aku menggiringi jeri, menyekap batin sendiri, memilin-milinnya menjadi puisi yang paling setia pada sunyi.
Bagaimana kabar mu disana? Mengingat senyum itu adalah tanda jurang pemisah antara ketidakmampuan dan keinginan mendekapmu seperti senja yang tidak hadir ketika hujan.
Tangerang, 23 Mei 2018
Tertera untuk ****Jangan lupa vote
Follow juga yaa
@faulfahh
@ulfah.jilbab
KAMU SEDANG MEMBACA
Ungkapan Rasa
Short StoryRinduu.. Rindu ini curang, selalu bertambah tanpa tau caranya berkurang.