Sibling Feels The Enemy

292 50 7
                                    

Pukul 04.00 pagi

Alby sudah terjaga dari tidur indahnya. Dia mengamati begitu seksama wajah kedua malaikat kecilnya yg tertidur dengan nyenyak. Damai sekali bukan main Ia rasakan melihat tumbuh dan kembang kedua anaknya terasa begitu cepat. Seulas senyum pun terlukis di bibir tipisnya.

Setelah hampir bertahun-tahun senyum itu lenyap dr bibirnya. Diganti dengan ekspresi dingin, kaku dan tak tersentuh. Namun, ketika berada diantara kedua anaknya Alby mencoba utk ceria, tertawa dan tersenyum semampunya. Karena merekalah sumber kebahagiaannya yang tak ternilai saat ini. Setelah masa kelam 5 tahun yang penuh kesakitan Ia alami.

Adzan shubuh berkumandang khidmat membuyarkan sedikit kenangan pahit 5 tahun silam. Alby, menepis dengan cepat setetes air mata yg berada di sudut mata kanannya. Lalu Ia bergegas mengambil air wudhu utk shalat dua rakaat. Digelarnya sajadah itu dilantai yg terlapisi karpet berbahan sutera dan dengan begitu khusyu Alby merapalkan do'a kepada sang maha pemberi kuasa.

***
Usai shalat shubuh, Alby mulai membersihkan diri ke kamar mandi. Membasahi kepala hingga seluruh badan sambil berendam air hangat di dalam buthup. Mungkin, dengan air hangat ini dapat melepas segala emosi yang masih bergejolak dihatinya. Mengingat peristiwa kelam itu membuatnya merasa rapuh dan ingin menangis, lagi dan lagi.

Pukul 05.30, Alby telah rapi mengenakan kemeja maroon dan celana bahan panjang hitam. Karena sebentar lagi dirinya harus pergi ke airport utk terbang ke ibukota Jerman. Meninggalkan kedua buah hatinya selama 2 minggu. Disana Alby bukan utk bersenang-senang melainkan ada proyek bisnis yg harus dirampungkan.

Alby telah rapi dengan setelan jas dipadu atasan kemeja warna maroon dan celana kain hitamnya. Lalu mengecup pipi Keylie & Kanaka secara bergantian. Dengan pelan Al menutup pintu kamar agar tidak membangunkan kedua anaknya itu. Setelah itu menuruni anak tangga ke lantai bawah.

"Mi, Alby pamit yaa. Bentar lagi pesawat mau take off nih..."

"Ya ampun Al, kamu gak mau sarapan dulu. Ini Mami baru aja masakin nasi uduk kesukaan kamu. Emang pesawat take off jam berapa kok buru2 banget kamu?", cerocos Mami Melia.

"Bentar lagi nih Mi. Jam setengah tujuh pas!"

"Ini aja baru jam 6. Sarapan dulu aja Kak sini!", ajak Nino semangat.

Namun Alby sepertinya malas utk menerima ajakan makan oleh Adiknya. Mami Melia yg mengetahui suasana menjadi hening itu pun mencoba mencairkannya.

"Yaudah kalo gak mau sarapan. Mami bawain bekal yaa biar Kakak bisa sarapan nanti di pesawat.."

"Iya Mi, Alby sarapan diluar aja.."

Untuk sekian kalinya Nino merasa begitu diabaikan oleh sang Kakak. Namun, Nino mencoba ikhlas menerima itu semua. Perlakuan dan sikap yg kurang mengenakan bagi jiwanya.

"Makasih Mi! Yaudah klo gitu Alby pamit yaa. Assalamualaikum.."

"Iya, Walaikumsalam. Save flight and take care, nak!", pesan Mami Melia sambil mencium kedua pipi putra sulungnya.

Seperginya Alby dari rumah suasana di ruang makan kembali sunyi. Hanya terdengar dentingan sendok garpu yg mengisi suara sarapan di pagi hari ini.

"Mi, kapan sih Kak Alby bisa kayak dulu lagi? Nino kangen ngobrol bareng sama Kak Alby kayak zaman dulu. Waktu masih kecil sampe kita kuliah selalu sama-sama. Ngomongin hobi, bola, musik sampe ngerumpi. Nino kangen Mi, kaaaangeeennn banget momen-momen itu", curhat Nino sendu.

"Sabar yaa, No. Mami yakin 100% Kakakmu bakal kembali seperti dulu lagi. Yg asik diajak ngobrol dan ngebanyol. Jujur, Mami juga kangen. Pokoknya doain yg terbaik buat Kakakmu itu ya, No.."

"Iyaa Mi, pasti Nino doain terus yg baik-baik buat Kak Alby."

"Oh iya, Mami lupa belum bangunin cucu2 gemasnya Mami. Kamu sii No, ngajak ngobrol Mami terus kan jadi lupaaa..", gurau Mami Melia.

"Ya maaf, Mi! Keylie sama Kanaka biar Nino aja yg bangunin. Mami mending cuciin piring yg abis di pake Nino nih..", ucap Nino lawak.

" Ya ampun Nino, durhaka yaa kamu jadi anak malah nyuruh Maminya yg nyuci piring! Kuwalat loh, No..", ucap Mami marah.

"Hihihi.. piss Mi pisss..."

"Yaudah gih sana bangunin cucu2 kesayangan Mami. Keburu bangun loh mereka.."

"Beresss Mi.."

Nino pun langsung ngacir ke kamar sang Kakak di lantai dua itu. Penampakan pertama yg Nino lihat kedua bocil nan unyu itu masih bergelung di balik selimut tebalnya. Kedua matanya pun masih terpejam begitu damainya.

Pelan-pelan Nino mulai menghampiri Keylie & Kanaka. Duo keponakan kembar yg super menggemaskan. Apalagi kalo udah bawel hmmm tambah pengen culik ini bocah buat jadi temen begadang. Biar gak bosan saat nonton Premier League.

"Morning Keylie! Morning Kana! C'mon wake up guys!"

"Hi! Ponakan Om Nino yg cantik dan tampan bangun dong udah pagi nih.."

"Cup cup cup cup..", kecup Nino berulang kali pada muka Keylie & Kanaka.

"Eeeeeh, Ayahhh jangan ganggu..", dengus Keylie masih setengah sadar.

"Hi, girl c'mon wake up! Boy wake up! Udah pagi nih. Padahal Om Nino mau ajak kalian jalan pagi looh. Kok malah pd belum bangun", ucap Nino pura2 merajuk.

"Keylie mau ikut jalan pagi. Tapi Om Nino nanti beliin lolipop yaa buat Key..", seru Keylie antusias.

"Yaah, jangan beli lolipop dong. Gimana kalo lolipopnya diganti susu kedelai aja gimana. Key, mau gak?"

"Gakkkk maaauu! Key maunya lolipop, Om."

"Sule aja ya sayang jangan lolipop. Nanti klo makan lolipop giginya ompong loh kayak nenek sihir. Keylie jadi gak cantik lagi deh. Emang mauuu hmm?!"

"Aaahh maau lolipop, lolipop Oom."

"Sule aja yaa sayang! Mau gak klo gak ya jalan paginya Om batalin saja..", jawab Nino final.

"Hhhmm yaudah Key mauu!", ucap Keylie pasrah.

"Good girl! Muuach.."

Tiba-tiba...

"Hi, boy! Baru bangun juga hehe.."

"Ayah,, Kana mauuu Ayah..", pinta Kanaka celingak celinguk mencari keberadaan sang Ayah.

"Yuk Kana yuk ikut sama Oom jalan pagi yuk..", ujar Nino mencoba mengalihkan perhatian Kana saat mulai mencari Ayahnya.

Nino pun mengganti baju kedua ponakannya dgn baju rumahan. Lalu izin buat jalan-jalan pagi disekitaran komplek rumahnya.




Tbc ywa guys 😁

See youu on next part!

Kritik & sarannya aku nanti.
Okeokeoke.. ❤






Someone You Loved [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang