Nightmare

3.7K 353 75
                                    

1. Nightmare

"Selamat tinggal hari ini, semoga Kau berbaik hati menyapaku besok dengan senyuman sehangat mentari."

~As If It's Your Last~

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃











🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.













Seperti halnya embun yang sirna di pagi hari
Semula menggantung di tepi daun perlahan meluruh jatuh,
Menyisakan surya menyingsing membawa pagi
Begitupula kehadirannya yang menyapa sebentar lalu beranjak pergi,
Menyisakan sesak yang sampai saat ini masih kusimpan
Hai, senja.
Bisakah kau kembalikan dia seperti halnya fajar waktu itu?











Klik.

Bunyi bolpoint yang ditutup mengakhiri coretan tangannya yang berderet di lembar buku tak seberapa tebal. Hanya untaian perasaan yang sanggup ia utarakan lewat pena pada secarik kertas, karena sampai saat ini ia tak jua menemukan jalan bagaimana perasaannya yang lama terpendam bisa tersampaikan.

Sebuah puisi.

Diakhir senja ia habiskan menulis rangkaian kata. Seakan masih betah di sana tanpa mempedulikan suasana gelap karena cahaya matahari mulai meredup dari celah asalnya. Malam sudah mengintip di balik punggung matahari. Kebiasaannya memang seperti itu. Menghabiskan sisa hari dengan menulis puisi atau sekedar menenggelamkan diri membaca buku pengetahuan tebal.

Membosankan.

Namun setidaknya itu lebih bermanfaat daripada aksi tawuran yang kemarin diperkarakan. Banyak dari temannya yang terseret kasus dan yeah, sangat menyulitkan mereka. Atau sekadar nongkrong di pinggir jalan mengobrol dengan selingan tawa, ia tak berminat. Walaupun obrolannya terlihat seru, namun ia yakin akan lebih baik jika waktunya ia gunakan sebaik mungkin. Mungkin bisa dikatakan jika ia seorang penganut pepatah, waktu adalah uang. Pemikiran yang jauh dari pola pikir anak jaman sekarang.

Sebut saja dia, sedikit anti sosial.

Dengan helaan nafas setelah menyobek secarik kertas, ia menutup buku itu. Menyimpannya ke dalam tas, lalu berjalan pergi meninggalkan perpustakaan yang memang hanya menyisakan dirinya dan penjaga yang tertidur. Ya, tentu saja menunggu sampai Sehun keluar dari perpustakaan.

Murid kelewat rajin yang kurang ajar.

Sehun berdiri di depan penjaga. Menunjukkan cengiran bodohnya melihat pria itu mungkin kelelahan menunggunya selesai hingga akhirnya tertidur. Merasa bersalah, Ia berdehem pelan, "Maaf." Ujarnya menyesal.

As If It's Your LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang