Bertemu.

370 27 0
                                    

Tanpa sengaja dipertemukan kembali, atau memang takdir yang sedang berbicara?

*****

Alfeera sedang berada di Cafe langganannya, dengan buku dan laptop dihadapannya. Tak pernah lupa, hot chocolate kesukaannya. Cafe ini terletak tak jauh dari taman sore yang sering Alfeera datangi, hampir setiap hari, jika Alfeera bisa ia pasti datang ke taman untuk melihat Senja. Ia sudah seperti ketergantungan dengan sinar orange senja, keindahan yang hanya bertahan sebentar.

Jikalau bisa, aku ingin seperti Senja yang selalu ditunggu kehadirannya.
Bahkan orang akan sedih jika Senja tak muncul, digantikan oleh mendung.
Tapi aku sadar, siapalah aku ingin ditunggu?
Seberapa pentingkah kehadiranku, sehingga aku ingin ditunggu?

Senja, kamu begitu beruntung karena banyak sekali orang yang menyukai dan menunggu kehadiranmu.

-Alfeera RP.

Alfeera meletakkan pulpennya, ia suka menulis. Dibalik tingkah dan kepribadiannya yang heboh, Alfeera adalah sosok yang menyukai tempat sepi dan tenang. Ia bahkan kurang suka atau lebih tepatnya kurang nyaman berada di tempat yang ramai. Di cafe ini, Alfeera selalu bisa mendapatkan ketenangan juga kesukaannya, Hot Chocolate.

"Hai."

Alfeera yang semula menunduk, mengalihkan pandangannya pada seseorang yang menyapanya.

"Kok kamu di sini?"

"Boleh gue duduk?"

Alfeera terdiam sebentar, ia mengedipkan matanya seakan tak menyangka bahwa dihadapannya sekarang ada Ridha. Lalu Alfeera mengangguk, mengiyakan ucapan Ridha.

"Lo kenapa, Feer?"

Alfeera menggeleng. "Kamu kenapa di sini?"

"Ini tempat umum, kan? Emangnya gue nggak boleh di sini ya?"

"Boleh kok, maksud aku kenapa datangin aku?"

"Nggak boleh?"

"Boleh kok, tapi kan—"

"Apa?" tanya Ridha memotong pembicaraan Alfeera.

"Aku takut Fika salah sangka sama kita kalau liat kita berdua gini."

Ridha tertawa pelan, lalu ia membenarkan posisi duduknya untuk lebih menghadap pada Alfeera.

"Lo kaku banget sih, Af."

"Af?" tanya Alfeera bingung. "Nama aku Alfeera, bukan Af," jelasnya.

"Pertama, Fika nggak bakal marah kok. Kedua, nggak enak manggil lo 'Feer' atau 'Ra', manggil lo 'Al' juga aneh. Mending Af, kan?"

"Hah?" Alfeera masih tak mengerti, otaknya begitu lambat bekerja semenjak Ridha datang dan duduk dihadapannya.

"Alfeera," panggil Ridha.

"Iya?"

"L dan Feera-nya dihapus, jadi Af."

"Heh? Iya deh," jawab Alfeera.

Senja-ketika aku jatuh cinta-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang