PROLOG

26 4 6
                                    

Daun pintu berwarna putih itu terayun ke belakang. Seorang gadis berusia dua puluh tahunan masuk ke ruangan berisi alat-alat medis dengan bau obat yang menyengat. Di dalam ruangan tersebut ada seorang pemuda yang tengah terbaring lemah di tempat tidur. Berbagai peralatan medis terpasang di tubuhnya untuk menunjang kehidupannya. Perlahan gadis itu mendekat lantas duduk di sebelah pemuda berkulit putih pucat tersebut.

Gadis itu menatap sendu ke arah pria yang masih setia memejamkan matanya sejak beberapa bulan yang lalu. Tangan mungil wanita itu menggenggam tangan lebar nan dingin milik pemuda tampan itu. Ia menggenggamnya dengan erat. Berharap dapat menyalurkan kehangatan pada orang terkasihnya. Dalam diam, ia terus berdoa agar pria itu segera sadar. Karena jujur saja dia sangat merindukan pemuda pengisi relung hatinya.

"Sampai kapan kau akan tertidur? Apa kau tak merindukanku? Bangunlah! Kumohon! Aku sangat merindukanmu. Hidupku terasa hampa tanpa dirimu. Segeralah sadar!"

"Kau pernah berjanji akan mengajakku berkeliling dunia kan? Jadi, ayo bangun! Tepati janjimu jika memang kau benar-benar seorang pria."

"Aku sudah menepati janjiku. Kumohon bangunlah! Kau harus menepati janjimu padaku. Jangan tinggalkan aku sebelum kau membawaku keliling dunia! Kau harus sembuh!"

CKLEK

Pintu kamar itu pun terbuka di sela-sela monolog gadis tadi. Lantas ia menoleh dan mendapati seorang gadis tengah menutup pintu. Gadis itu beringsut mendekatinya. Si gadis yang sebelumnya sudah berada di ruangan itu hanya diam tanpa ada niatan untuk menyapa terlebih dahulu. Ia kembali memandang sendu pemuda yang sampai saat ini belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar.

"Bagaimana keadaannya?"

"Kau bisa melihatnya sendiri."

"Masih belum ada kemajuan ya?"

"Apa kau senang? Karena ia terbaring disini, kau bisa membuat penahan pria brengsek itu di tangguhkan. Dasar wanita ular!"

"Terserah apa katamu. Aku hanya ingin melihat kondisinya. Ah, aku juga ingin meminta maaf. Maaf karena pernah membencimu. Aku tahu aku salah karena menutupi kejahatan seseorang. Seharusnya aku juga di hukum. Tapi-"

"Tapi kau sungguh tak tahu terimkasih. Kau melukai orang yang telah menolongmu. Kau sangat keterlaluan. Wanita tak tahu diri. Harusnya kau tidak datang kemari!"

"Bukan aku yang melukainya!"

"Iya, bukan kau. Namun secara tak langsung kau yang telah melukainya. Itu semua karenamu! Sekarang pergilah! Aku enggan melihatmu. Urusi saja si brengsek itu!"

"Baiklah. Aku akan pergi. Semoga dia lekas sadar dan cepat sembuh. Setelah ini aku tak akan muncul lagi di hadapanmu ataupun di depan pria itu. Selamat tinggal!"

Lantas gadis itu pergi meninggalkan ruangan tersebut. Menyisahkan seorang gadis berwajah mungil dengan seorang pemuda yang masih bergeming di ranjang. Helaan napas terdengar samar. Gadis tersebut hanya diam di tempatnya seraya memandang ke arah pria itu dengan tatapan kosong. Tanpa aba-aba, air mata mengalir di pipinya.

"Kau bodoh! Kenapa kau mencintai wanita jahat semacam itu? Bahkan dia tidak mencemaskanmu atau menemanimu saat kau berada di masa sulit. Hiks..."

***

Halo halo! Maafkan diriku yang baru kembali setelah bersemedi sekian lama. Akhirnya aku bikin karya baru. Hmm, silahkan di baca. Jangan lupa vomment ya! Dan maaf kalo ceritanya agak absurd dan masih banyak kekurangan. Rada kaku karena udah lama ga nulis wkwk. Semoga bisa kelar deh ya ini work nya😁
Oh iya, unniedeul retjeh squad aku pinjem nama OC kalian yaa hehe😁

Persona Non Grata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang