THAT GIRL

11 0 0
                                    

Hari ini adalah hari liburnya. Ia memutuskan untuk pergi jalan-jalan ke beberapa tempat yang sering ia kunjungi semasa kecil. Mulai dari taman bermain dekat sekolah dasarnya dulu, lalu kedai pinggir jalan yang menjadi tempat favoritnya dengan teman SMAnya serta persimpangan jalan dekat rumahnya.

Wanita berwajah manis itu menghentikan langkah tepat di traffic light. Netranya terpaku pada jalanan di depannya. Ingatan tentang masa lalunya yang kelam kembali berputar di kepalanya. Ia masih ingat dengan jelas apa yang terjadi saat itu di tempat ini. Disinilah dia kehilangan sosok yang sangat di sayanginya.

Saat itu ia masih duduk di bangku SMA. Kejadian buruk menimpa ibunya. Ketika keduanya sedang berdebat di traffic light itu, sang ibu melangkah mundur tatkala gadis itu mencoba untuk memegang tangan ibunya. Dari arah kiri, sebuah truk melaju dengan kencang tanpa memperhatikan rambu-rambu dan traffic light.

Sontak kecelakaan pun tak dapat di cegah. Sang ibu di sambar truk tepat di hadapannya. Wanita tersebut melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika ibunya meregang nyawa. Tanpa terasa, air mata menggenangi pelupuk matanya dan mulai mengalir membasahi pipinya. Hatinya terasa sakit dan ia merasa sesak di dada.

“Ibu, aku merindukanmu. Maafkan aku! Ini semua salahku. Tak seharusnya aku memaksamu untuk berkata jujur padaku. Aku menyesal. Sungguh, aku benar-benar merasa bersalah dan sangat sakit,” gumannya sambil terisak.

Lalu ia kembali bersuara. “Ibu, maafkan anakmu yang tak berbakti ini. Ibu boleh membenciku. Aku memang salah. Maaf, Bu. Hajin sayang ibu,” monolog gadis itu dengan nada yang amat lirih. Sesekali tangannya memukul dadanya untuk mengurangi rasa sesak yang di rasakannya. Air mata semakin deras membanjiri kedua belah pipinya.

Kemudian dia menghapus air matanya dengan kasar. Ia memutuskan untuk beranjak dari itu sebelum hatinya semakin sakit dan jiwanya semakin rapuh. Masa lalu itu begitu menyakitkan. Sesungguhnya ia ingin melupakannya namun itu tidaklah mudah. Setiap melewati jalanan itu, dia selalu teringat akan ibunya.

Dia menghela napas berat lalu pergi dari tempat itu. Setengah jam lagi ia harus sampai di sebuah kedai kopi yang menjadi tempat untuknya bertemu dengan seseorang. Hari ini ada janji untuk menghabiskan waktu dan bersenang-senang bersama seorang pemuda yang tak lain adalah teman dekatnya. Mereka ingin melepas kejenuhan yang dirasakan setelah selama seminggu ini sibuk dengan urusan masing-masing.

Wanita itu memilih untuk naik kendaraan umum. Dia menunggu bus di halte terdekat. Tak butuh waktu lama, bus yang di tunggunya pun tiba. Lantasi ia segera menaiki bus tersebut. Kurang lebih butuh waktu 20 menit untuk sampai di tempat yang di tujunya. Sembari menunggu bus yang di tumpanginya tiba di halte pemberhentiannya, ia memilih untuk berkirim pesan dengan pemuda yang akan di temuinya nanti.

Akhirnya bus tersebut tiba di halte yang tak jauh dari kedai yang di tujunya. Lalu dia segera turun dari kendaraan umum itu dan bergegas berjalan ke tempat janjian. Hanya dalam lima menit ia pun sampai. Langsung saja ia masuk menuju ke kasir lalu memesan segelas americano ice serta dua potong red velvet cake.

Setelah membayarnya, ia memilih untuk menempati meja yang berada di sudut ruangan. Sesekali dia melirik arloji berwarna pink yang dipakainya, senada dengan dress kasual selutut berlengan panjang berwarna soft pink. Tak lama pesanannya datang. Ia langsung meminum kopinya lalu mulai menyendok cake berwarna merah itu dan memasukkannya ke dalam mulut.

“Jungha!”

Merasa namanya dipanggil, ia pun mencari darimana suara itu bersal. Maniknya mendapati seorang pemuda jangkung berjalan mendekat. Tubuhnya berbalutkan kemeja berwarna baby blue serta celana jins hitam serta sepatu sport berwarna putih.

Persona Non Grata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang