IV. Cafe

69 14 1
                                    

     Jun meneguk minumannya. Dia menjatuhkan diri di samping Chan yang sedang menonton teman-teman sekelasnya bermain bola.


     "Lo jago main bola ya ternyata," ucap Chan.


Jun tersenyum, "Keren kan gue."


     "Biasa aja sih."


     Jun menepuk pundak Chan, "Lo kenal kak Hojung gak?"


     "Kak Hojung? Kenapa emang? Lo mau kenalan? Kayak cewek aja lo,"


     "Gantengan gue atau kak Hojung?"


     Chan menunjuk wajah Jun, "Dibandingin sama lo?" Tanya Chan sambil tersenyum mengejek Jun.


     Jun menepis tangan Chan, "Tapi kerenan gue kan?"


     "Kenapa sih lo nanyain kak Hojung? Siapa emang yang naksir dia?"


     "Gue gatau sih boleh ngasih tau ini ke lo atau engga."


     "Siapa?"


     "Yebin," ucap Jun tanpa suara.


     "Hah? Yebin?" kali ini Chan bersuara agak keras sampai Jun refleks memukul lengan Chan.


     Chan malah tertawa, "Santai aja lagi. Kalo ada yang naksir sama kak Hojung itu udah biasa. Banyak cewek-cewek yang naksir sama dia."



     Tepat saat itu, dua orang laki-laki memasuki lapangan basket. Mereka berdiri disamping ring basket sambil berbincang-bincang dengan temannya yang lain.


     "Tuh dia orangnya. Yang megang botol minum," Chan mengarahkan dagunya ke arah Hojung.


     Jun membuka mulutnya, "Wah, cakep sih."







***







     Yebin mengetuk-ngetukkan pensilnya di meja. Suji yang sedaritadi sibuk menulis mengambil pensil dari tangan Yebin, "Perhatiin tuh, jangan bengong aja, Yebin."


     Ucapan Suji tak membuat Yebin termotivasi. Yebin malah menjatuhkan kepala ke meja, seperti siap tidur dengan suara guru di depan yang seakan-akan membacakannya dongeng tidur.


     "Hari ini les kan? Bareng ya," ucap Suji.


     Yebin menghela napasnya, "Oh iya ya ada les. Padahal daritadi gue udah ngebayangin bobo siang di rumah."


     Suji menjatuhkan pensilnya. Dia menatap ke arah Yebin.


     "Kenapa?" tanya Yebin.


     "Sebenarnya ada sesuatu yang mau gue omongin sama lo."


     "Yaudah ngomong aja."


     Suji menggelengkan kepalanya, "Nanti aja deh."


     Yebin mengangguk lalu memejamkan matanya. Tinggal 15 menit menuju bel pulang. Setidaknya dia bisa mengistirahatkan matanya sebelum lanjut pergi ke tempat les.







***







21.20

     Bunyi jarum jam terdengar nyaring di kamar Yebin yang sepi. Yebin kini sedang duduk di meja belajarnya. Di depannya ada buku matematika yang terbuka. Yebin tau seharusnya dia belajar dengan serius untuk ulangannya besok, tapi pikirannya teringat pada ucapan Suji tadi sore.





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

COSMOS 🌼Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang