Diamond

892 56 13
                                    

"Yah... Mobilnya kenapa mogok" kata laki-laki yang berusaha menyalakan mobil yang mogok itu.
"Tok... Tok... Tok..." terdengar keras suara kaca yang diketuk kasar oleh dua pria bertampang preman.
"CEPAT BUKA PINTUNYA" teriak preman itu dari luar.
Dengan sedikit takut laki-laki itupun membuka pintu dan rasa diapun menahan nafasnya saat sebuah pisau bertengger di lehernya.
"Ma... Mau apa kalian?" tanya laki-laki itu gugup.
"Cepat serahkan semua barang-barangmu?" kata preman itu mendesis.
"Ti... Tidak mau. Jika kau ingin sesuatu ca...carilah pekerjaan. Bu...bukan melalukan hal seperti ini" kata laki-laki itu dengan sedikit takut.
"Banyak omong" geram preman itu.

"Ttaakk..." seketika pisau yang ada di genggaman preman itu terpental jauh karena tangkisan tangan yang sangat keras.
"Kurang ajar" desis preman itu marah.
"Hey kau gadis pengganggu! Sebaiknya kau dirumah saja memasak didapur" ejek preman itu kepada wanita yang ada didepannya.
"Memangnya kenapa? Aku tidak takut denganmu" tanya wanita itu dengan wajah dinginnya.
"Sialan kau" geram preman itu dengan tangan mengepal dan siap meninju wajah mulus nan dingin wanita itu.
"Aaarrrggghhh..." teriak preman itu saat tangannya dipelintir dan
"Ddduuaakkhh..." sebuah tinju mendarat diwajah preman itu.
"Aku harus mengirim pesan pada paman" kata laki-laki yang menjadi korban preman itu dan mengambil handphonenya.
"Dduuaakkhh" lagi-lagi terdengar suara tinju tendangan.

"Hey lihat wanita itu diganggu preman. Ayo kita bantu dia"
"Iya ayo, kasihan dia"
"HEY KALIAN!" terdengar beberapa orang yang teriak membantu wanita itu.
Seketika kedua preman itu meninggalkan tempat itu dengan lari kesakitan.
"Kau tidak apa-apa nak?"
"Terima kasih paman kalian sudah datang" kata wanita itu kepada orang-orang yang sudah membantunya.
"Baiklah kami pergi dulu. Hati-hati dijalan"
"Sekali lagi terima kasih paman" kata wanita itu sembari menundukkan sedikit badannya kepada mereka.
Wanita itu pun mengambil pisau milik preman itu dan memberikannya kepada lelaki yang menjadi korban preman tersebut.
"Bawa ini! Jangan terlalu lemah sebagai lelaki" kata wanita itu dingin.
'Kalimat itu... Wanita ini juga tidak asing bagiku'
"Berlian?" panggil laki-laki itu kepada wanita yang sudah berjalan sedikit jauh darinya.
"Kau tahu aku?" tanya wanita itu.
"Jadi benar kau Berlian?" tanya lelaki itu lagi.
"Ya" kata wanita yang bernama Berlian itu lalu melanjutkan langkahnya.
"Tunggu. Kau tidak ingat aku? Aku Anton, kita sempat satu sekolah saat SMP dulu" kata lelaki yang ternyata bernama Anton berjalan mendekatinya.

Berlian tampak melihat raut wajah penasaran Anton apakah dia mengenalnya atau tidak.
"Aku tidak tahu. Hidupku sudah terlalu beban, jadi jangan kau tambahkan bebanku untuk mengingatmu" kata Berlian dengan nada dingin lalu meninggalkan Anton yang terbengong dengan sikap dingin Berlian.
"Tuan. Maaf saya baru tiba" panggil seorang pria yang membuat Anton tersadar.
"Iya tidak apa paman. Tadi mobilku mogok dan aku juga dipalak preman" kata Anton pada assisten pribadinya.
"Apa? Lalu bagaimana keadaan tuan? Apa ada yang terluka?" kata paman khawatir.
"Tidak apa-apa paman. Tadi Berlian membantuku" kata Anton tersenyum.
"Berlian?" tanya paman bingung. "Ya. Gadis kecil yang menolongku waktu SMP itu paman" jawab Anton.
"Oh gadis itu. Pasti sekarang dia sudah menjadi wanita yang cantik. Waktu kecil dulu saja dia cantik" kata paman yang membuat adanya rona merah di pipi Anton.
"Ya dia cantik tapi sikapnya lebih dingin dari yang dulu paman" terang Anton yang dijawab dengan anggukan dari paman.
"Paman tolong cari informasi tentang Berlian selama ini. Kerahkan semua bawahan paman untuk membantu mencari informasi itu. Paman mengerti kan?" suruh Anton.
"Baik tuan" kata paman dengan menganggukan kepalanya.
"Satu lagi paman jangan sampai Berlian tahu. Aku tahu dia wanita yang pintar" tambah Anton yang disanggupi anggukan paman.
"Ayo tuan kita pulang. Saya sudah menelpon bengkel untuk mengambil mobil tuan" kata paman.
"Ayo paman" ajak Anton yang berjalan terlebih dulu.

***
"Darimana saja kau Berlian?" tanya seorang pria paruh baya pada Berlian.
"Aku membeli obat untuk ayah. Jadi sekarang ayah minum obat ya?" pinta Berlian pada ayahnya. "Ayah cepat sembuh ya jangan sakit lagi" kata Berlian, wajah yang datar nan dingin itupun terlepas saat senyum manis ada di bibir Berlian.
'Topeng datar dan dingin ini hanya ku pakai saat tidak bersama keluargaku. Aku tidak mau orang-orang menganggapku lemah. Jadi biar kan aku terlihat tidak peduli pada sekitar dengan topeng ini. Aku terlihat rapuh tapi aku kuat, aku tidak akan terluka dengan mudah' kata Berlian dalam hati.

Compilation ( 3 Chapter )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang