Chapter 1

133 33 12
                                    

“Sekarang kalian telah menjadi pasangan suami istri.”

Seorang pimpinan salah satu agama di dunia mulai menggelar segala hal sakral pernikahan dengan runtut. Seorang yang berkulit lebih pucat hampir menangis sedang pasangannya hanya termenung. Tidak pernah membayangkan bagaimana ucapan ibunya akan menjadi kenyataan.

Ya, Yoongi benar-benar dinikahkan dengannya.

Nyonya Park menggunakan cara licik, dimana ia mengiming-imingi Jimin perusahaan milik sang suami yang berada di Daegu. Tempat tinggal Yoongi.

Sedang Jimin yang memang tidak memiliki pilihan lagi terpaksa harus mengiyakan, namun dalam hati ia selalu berjanji. Bahwa segalanya akan berlapis kepalsuan dan kebohongan.

Apa yang sudah Yoongi lakukan padanya harus tertebus segalanya.

Tanpa kecuali jiwanya yang kini sakit.





Aku menikah dengan Jimin, aku sangat senang. Aku sempat terpuruk namun tak lama bangkit.

Aku menyukainya sejak kecil, sejak aku pertama kali dibentaknya. Aku tidak merasa sakit hati, dan mulai menggapainya meski sulit.

Banyak wanita yang telah menjadi kekasihnya, tapi aku bangga setidaknya kini aku menjadi istrinya. Lebih jauh derajatnya dari jalangnya.

Aku tidak peduli pula, aku tidak ingin seperti dulu lagi. Aku ingin menjadi Yoongi yang baru, terima kasih untuk adik ipar Seokjin yang berhasil membujukku.

Sialan. Sepertinya aku mungkin menjadi pihak bersalah.

“Jimin jangan meninggalkanku!” Tanganku berusaha menggapai benda sekitar, mencari di mana suamiku yang baru saja menginjakkan rumah barunya bersamaku.

“Berisik! Kau merepotkan sekali sih?!”

Aku hanya tersenyum sudah terbiasa Jimin membentakku sejak aku kecil. Dan aku tidak ingin mengambil pusing, tujuanku di sini menikahi Jimin hanya karena membuktikan bahwa akau mencintainya. Sangat.

“Aku buatkan kopi mau?”

“Buka saja matamu! Kau melihat saja tidak bisa dasar cacat!”

Suara gaduh memenuhi ruangan, aku pikir Jimin pergi ke kamar.

Oh shit!

Aku bahkan tidak tahu kamar yang mana.

PRANG!!!

Terkejut, aku berhenti berjalan. Memperhatikan apa yang ada di kakiku dan terasa sakit.

“Aaakhh Jimin!”

“Diam kau! Dasar cacat, bisa tidak kau diam saja dan menghentikan segala sandiwara ini?! Jika bukan karena uang, aku tidak ingin menikah denganmu!”

Aku mendengarnya, aku sakit tergopoh mengikuti langkah lebar Jimin.

“Sekarang masuk dan diam!”

Aku terlempar, mengenai lantai dengan rasa basah di kakiku.

Lagi-lagi aku menangis tertahan, Jimin mengunciku kurasa. Di dalam sini sendirian.

Dan aku hanya bisa menangis, pertama kalinya dalam satu hari pertama pernikahanku karena Jimin.

MAY I LOVE YOU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang