1. Ice in Class Room

85 14 5
                                    

"Kayaknya Papa salah deh. Ini bukan 'lumayan jauh' tapi sangat jauh. Makan waktu 30 menit nih," guman Ezra mengeluh ngos-ngosan. Pak Wanto--satpam sekolah itu pun membuka gerbang untuk Ezra masuk.


Derap langkah berakhir di sebuah pagar sekolah. Dua gedung SMA Bina Bangsa dengan kokoh berdiri, di tengah-tengah ada lapangan upacara, dan di belakang lapangan upacara ada kantin sekolah. Gedung 1 adalah gedung akademik. Gedung ini terdiri dari 5 lantai.

Di lantai pertama Gedung Akademik ada ruang guru, ruang tata usaha, koperasi, UKS, dan ruang kepala sekolah. Di lantai 2, ada kelas X yang terbagi dari XA sampai XC dan ada Lab Komputer. Dilantai 3 ada kelas XIA, XIB, XIC, dan Lab IPA Biologi. Di lantai 4 ada kelas XIIA, XIIB, XIIC, dan Lab IPA Fisika. Dilantai 5 ada Perpustakaan sekolah.

Gedung kedua adalah gedung non akademik. Di lantai pertama ada kolam renang indoor, dilantai kedua ada lapangan basket. Di lantai ketiga ada lapangan bola, di lantai keempat adalah lantai seni, sedangkan di lantai kelima adalah lantai musik.

Tapi jangan salah. Meskipun mempunyai gedung besar, sekolah ini juga mempunyai lingkungan yang sangat asri. Ada banyak pohon, bunga dan taman di sekitaran gedung-gedung besarnya.

Sekolahnya bagus? Yaps, benar sekali! Ayah Ezra adalah seorang pengusaha besar, Coldstone Companny. Dan ibunya adalah seorang designer hebat dunia. Namun, mereka lebih memilih hidup dengan kondisi rumah sederhana saja.

Keluarga Ezra adalah keluarga yang murah hati. Mereka sering memberikan sumbangan bagi panti asuhan dan orang-orang yang membutuhkan. Mereka mengerti hidup sederhana karena mereka dulu adalah keluarga yang hidup pas-pasan saja.

"Adek murid baru di sini kan?" tanya Pak Wanto usai membuka gerbang untuk Ezra.

"Iya, Pak. Saya murid baru disini," jawab Ezra dengan sopan.

"Oh kebetulan nih. Saya diminta kepala sekolah untuk mengantarkan anda ke kelas. Mari saya antarkan," kata Pak Wanto sambil menuntun Ezra ke kelasnya.

Mereka segera menuju lantai 4, tepatnya kelas XII IPAB. Setelah sampai, Pak Wanto memberi keterangan murid baru pada Mrs. Lesti-guru Bahasa Inggris sekaligus wali kelas XII IPAB.

"Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru," ujar Mrs. Lesti pada semua murid XII IPAB. "Ayo, nak. Perkenalkan namamu di depan," pintanya untuk Ezra.

"Halo, selamat pagi teman-teman! Perkenalkan, nama saya Ezra Greynz Coldstone. Saya pindahan dari SMA Ibu Pertiwi. Hobi saya main basket dan membuat puisi. Senang berkenalan dengan kalian," jelas Ezra sembari melebarkam senyumnya.

"Itu saja?" tanya Mrs. Lesti pada Ezra. Ezra menjawab dengan anggukan dan senyum ramah. "Apakah ada pertanyaan?" tanyanya pada murid 9B.

Seorang gadis dengan rambut di kuncir kuda dan dicat pirang di bagian ujungnya mengacungkan jari, dan Mrs. Lesti mempersilahkannya. "Lo itu bule asli atau bule 'jadi-jadian'?" tanyanya dengan gaya bicara belagunya. Hahahaha. Mungkin dia salah satu anggota paduan suara. Mungkin...

"Iya. Aku keturunan Jerman," jawab Ezra sembari memberi senyum ramahnya.

"Oh,, pantas saja rambut lo.. hitam sih, mata lo *lake, hidung lo mancung, bibir lo pink," jelas gadis itu dengan gaya bahasanya yang belagu.

"Oi, Enca! Sekalian aja lo bikin descriptive text! Hahahaha," kata seorang dari mereka. Seluruh kelas ikut tertawa mendengarnya. Yaps. Dia Enca-seniman kelas dengan vokal dan kiasan berkelas yang entah dia belajar dari mana. Ezra hanya terkekeh kecil mendengarnya.

*lake itu warna mata biru keabu-abuan. Biasa ada di negara-negara Eropa. Untuk lihat warnanya silahkan cek mulmed di atas😁

"Okey, any questions?" tanya Mrs. Lesti. Ada seorang pria yang mengacungkan tangannya sembari tersenyum manis, yang tak lain adalah James-teman masa kecil Ezra. Takdir mempertemukan mereka kembali.

180° FROM METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang