3. Katakan Putus!

25 10 0
                                    

Deg!

Mata Valley yang dibuat sayu tiba-tiba menjadi normal! Pria itu menjauh, kemudian tertawa lepas melihat ekspresi Valley yang berubah total. Bukan mau yang aneh-aneh. Tapi dia itu terlalu iseng sampai-sampai mukanya minta di tampol pake wajan!

“Eh Daniel! Sini lo harus liat!” seru Lintang.

“Apaan, sih? Pake triak-triak segala! Kek toa aja!” tanya Daniel.

“Lo liat! Nih cewek cantik banget!” jawab Lintang.

Mendengar kata ‘cantik’, Kevin langsung menghampiri kedua sahabatnya. Lintang yang masih mencekal tangan Valley, menyadari kehadiran Kevin.

“Oh, hai Kevin! Lo liat! Nih cewek cantik bener! Dia murid baru?” ujar Lintang. Gadis itu ketakutan melihat mereka bertiga.

“Jangan buta, Lintang! Dia Valley!” ujar Daniel ketika menyadari bahwa itu Valley.

“Minggir! Gue mau lihat!” ujar Kevin sambil menatap Valley. Lintang melepas cekalan tangannya. Alih-alih lari, Valley malah membatu ketakutan ditempat.

“Lo itu sebenarnya cantik. Kalau aja lo bikin rambut lo baik-baik, mata lo jangan di sayu-sayuin,” ujarnya sambil menaruh  rambut Valley di belakang pundaknya. “Truuus,, satu hal yang paling penting...” lanjutnya sambil senyum dan menggantung di bagian akhir. “Lo itu harus senyum.” Kevin menarik kedua sudut bibir Valley dengan jari telunjuknya hingga lengkung indah itu terbentuk di wajahnya.

“Kalau aja kek gini, pasti lo ga akan dibully pacarnya kita,” ujar Daniel.

“Hah?! ‘Pacar kita’ katamu? Maaf saja ya. Sri ga pernah bully Valley,” bela Lintang sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

“Iya, iya... sans mas bro, sans... cuma salah ngomong doang kok,” balas Daniel. Lintang hanya mengangguk malas.

Kevin menurunkan tangannya, dan melipatnya di depan dada, dan tersenyum ramah. Valley merasa lega, dan tetap tersenyum hangat.

“WOYY!! LO APAIN ANAK ORANG, HAH?!!” suara berat itu mengagetkan mereka semua.

Mereka berbalik untuk melihat siapa yang berteriak. Terlihat dari arah XII IPA B, seorang gadis berambut pendek hitam lurus tepat di bawah telinga ala seorang polwan. Bukan saja gadis itu. Ada seorang pria blasteran yang berlari sampai baju seragamnya sudah tidak rapi lagi.

BRGUH!

Valley yang sadar langsung kabur. Karena melihat Valley yang sudah kabur, rencana Ezra dan Mizhella pun terhenti. Dengan nafas ngos-ngosan mereka berhenti, dan berbalik arah.

“Kayaknya gue harus buat perubahan deh,” guman Kevin sambil tersenyum penuh kemenangan. Yaah.. walau tak jelas apa yang dia menangkan.

💎💎💎💎

Di tempat lain...

“Oh.. jadi itu mereka?” tanya Ezra berusaha mengatur nafasnya.

“Iya, itu mereka. Tapi belum dihitung pacar cabe mereka,” jawab Mizhella setelah mengatur nafasnya kembali.

“Tapi Valley lagi ngapain sama mereka?” tanya Ezra penasaran.

“Ga tau tuh. Paling dia digangguin,” jawab Mizhella. Ezra hanya membalasnya dengan ber-oh ria.

💎💎💎💎

KRIIIING!!!

Bel pulang pun berbunyi. Setelah memberi salam, Lima Serangkai yang kurang satu personil—James, Leon, Mizhella, dan Ezra berjalan pulang dengan santai. Hari pertama Ezra cukup menyenangkan hati. James—sahabat yang tanpa sengaja bertemu, Leon—pria berhati lembut dengan selera humor recehnya, Mizhella—yang Ezra ragu jenis kelaminnya.

180° FROM METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang