Chapter 3

12 0 0
                                    

Dan tidak sengaja aku melihat seorang wanita yang sedang berdiri di pinggir jembatan ini. Apa yang wanita itu lakukan disana?

Aku memperhatikannya, aku masih bingung apa yang sebenarnya wanita itu lakukan.

Dan tiba tiba...

DIA MENJATUHKAN DIRINYA!! DIA MELOMPAT DARI JEMBATAN!! APAKAH AKU BARU SAJA MENYAKSIKAN ORANG MENGHABISI NYAWANYA SENDIRI?

Apa yang harus aku lakukan? Aku sangat bingung.. dan tanpa berpikir panjang, aku melompat menyusulnya dan aku memikirkan resiko yang akan terjadi.

Aku menahan dingin air sungai tersebut. Sangat dingin, tetapi aku hanya berfokus menolong wanita tersebut. Sepertinya wanita itu menaruh pandangannya ke arahku? Aku berusaha sekuat tenaga untuk menggapai lengan wanita itu dan menariknya kembali ke permukaan.

Wanita ini sudah tidak sadarkan diri saat aku menariknya ke tepi sungai.

"Hey! Hey sadarlah!" Aku menggoyangkan tubuhnya beberapa kali, tapi tidak menandakan kesadaran wanita ini pulih.

Aku menatap wajahnya, sepertinya aku pernah melihatnya? Tapi dimana? Wajahnya sangat familiar bagiku.

Aku menelepon bantuan agar sesegera dan secepat mungkin untuk datang menolong wanita yang terbujur lemas di depanku ini.

Hingga akhirnya mobil berbody besar berwarna putih nan merah khas ambulans itu pun datang. Aku segera masuk menemani wanita itu.

Jika kalian bertanya, mengapa aku seperti mengkhawatirkan wanita ini hingga aku menemaninya sampai masuk ke mobil ambulans?

Jawabanya, aku juga tidak mengerti. Mungkin saja karena wajahnya terasa familiar, maka dari itu aku memutuskan untuk mencari tahu lebih , siapa wanita ini dan dimana aku pernah bertemu dengannya.

Aku melihat ke arah langit malam yang masih tidak terlihat satupun cahaya bintang dari jendela ambulans yang sedikit gelap ini. Sambil melihat langit, aku berpikir..

Mengapa kebanyakan manusia memutuskan untuk memilih jalan pintas daripada menemukan jalan keluar saat hidupnya sedang tersesat? Mengapa mereka memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri? Bukankan itu suatu hal yang menyakitkan?

Hingga tak kusadari, mobil ambulans yang kunaiki sudah terhenti di area pekarangan rumah sakit.

***

Lucas sedari tadi hanya menatap ke wajah gadis yang mencoba untuk mengakhiri nyawanya tersebut. Lucas bertanya tanya pada dirinya sendiri, dimana ia pernah bertemu dengan gadis itu? Hingga akhirnya ia tertidur.

"Hei? Hei?"

"ermmm?"

Lucas mengerjapkan matanya, karena ia merasa ada orang yang membangunkannya.

"Maaf, tapi aku berada di mana?"

Akhirnya Lucas pun sudah cukup sadar untuk menjawab pertanyaan wanita di depannya ini

"Ah.. kau sudah bangun rupanya. Kau sedang berada di rumah sakit. Sepertinya kau sedang mencoba aksi bunuh diri?" Tanya Lucas.

Wanita itu hanya menduduk diam. Wanita itu memang mencoba melakukan aksi bunuh diri. Tetapi semua rencananya gagal karena pria di depannya ini.

"Biarkan aku pergi.."

"Hei hei! Kau bahkan belum memberitahu namamu!" Lucas mengejar wanita itu.

"Alexa."

"Lucas."

"Aku tidak menanyakan siapa namamu." Jawab Alexa dingin.

"Setidaknya kita harus impas bukan?" Balas Lucas tidak mau kalah.

"Terserah." Jawab Alexa meninggalkan Lucas.

Lucas mengejarnya sekali lagi. Ia hanya penasaran dimana ia pernah bertemu dengan wanita ini sebelumnya?

"HEI! Tunggu!"

"Apa lagi?" Alexa mendengus kesal.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Tidak." Jawab alexa singkat lalu pergi meninggalkan pria yang sedang mengangkat alis keheranan dan penuh dengan rasa penasaran itu.

Lucas yang sudah mengurus semua administrasi rumah sakit milik Alexa akhirnya pulang karena hari sudah berganti, dan matahari sudah bersinar seperti biasanya.

Sesampainya di rumah megahnya itu bukannya rasa khawatir yang melanda seisi rumah itu, tetapi sindiran sindiran pedas yang terdengar dari mulut keluarganya itu.

Bisa dibilang walaupun rumahnya adalah miliknya dan nenek sihir itu hanya 'mampir' tetapi nenek sihir itu tetap memposisikan dirinya sebagai pemilik rumah tersebut.

"Wah lihat anakku? Apakah kakakmu itu menghabiskan malamnya dengan seorang wanita? Hingga ia pun melupakan waktu dan tidak ingat untuk pulang." Ucap nenek sihir sambil terkekeh sinis.

"Mungkin?" Balas lawan bicara nenek sihir itu sembari tertawa lebar.

Pria itu tidak menganggap sindiran mereka dan langsung menuju ke kamarnya.

Jangan heran kenapa pria itu tidak pernah memanggilnya dengan sebutan 'mama tiri' , karena ia tidak akan pernah sudi memanggilnya dengan sebutan 'mama'.

***

2 tahun berlalu

*knock knock*
"Pak, Pegawai baru yang melamar sebagai sekretaris sudah datang."
"Masuk."

To be continued

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Esprit D'amour ( Spirit of Love )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang