"Hargai keberadaanku yang selalu mencoba mensejajarkan langkahmu karena sampai kapanpun jarum jam tidak berputar ke kiri, dan kau tahu menyesal selalu berada di akhir."
Ryan menatap datar buku di depannya yang beberapa detik lalu Kiara banting
tepat di mejanya, "gak mau tau pokoknya lo harus kerjakan tugas kimia gue," perintah Kiara tak menerima penolakan.Ryan menggeser dengan kasar buku itu menjauh dari hadapannya, "siapa lo nyuruh-nyuruh gue?" Ketus Ryan acuh.
Kiara menghentak-hentakkan kakinya kesal, "ihhh kan elo yang ngajakin gue nonton kemarin sampe gue lupa ngerjain nih PR kimia, pokoknya lo harus tanggung jawab!" Kiara melipat kedua tangannya di bawah dada dan memalingkan wajahnya dengan angkuh seolah tak menerima penolakkan.
"Dih!" Decih Ryan tidak peduli, merasa tidak di pedulikan Kiara semakin gencar mengganggu Ryan.
Malapetaka untuk Kiara di hari yang paling keramat ini yaitu hari senin jika tak mengerjakan tugasnya bisa-bisa ia akan di jemur di bawah terik sinar matahari.
"Kerjakan tugas gue atau mau muka lo gue cakar?" ancam Kiara sambil menunjukkan kuku-kukunya yang panjang, Ryan mengangkat satu alisnya, "emang dasarnya gak waras!" Ucap Ryan datar tetap fokus pada game di ponselnya.
"Lo siapa? Kok duduk di kursi gue?" Tanya Gevan yang baru saja masuk ke dalam kelas dan mendapati tempat duduknya di duduki oleh perempuan yang seperti tak asing di hidupnya, alisnya menyatu dahinya mengkerut menandakan dirinya sedang berpikir keras.
"Elo?" Tanya Kiara heran mengapa Gevan berada disini, otaknya secara otomatis memutar kisah-kisah lamanya menemukan memori-memori kehidupannya kelam, sayatan luka itu terasa lagi, seperti belati yang menusuk dengan kejam perasaannya sekarang, "gue pergi aja," ujar Kiara mengemas buku-bukunya dengan kecepatan yang ia bisa dan berlari keluar dari kelas Rian.
"Kenapa dia? Dan gue kayak pernah lihat muka tuh anak, tapi dimana ya?" Jujur Gevan tetap berpikir keras mengingat-ingat siapa gadis yang menduduki tempat duduknya tadi.
Ryan hanya mengangkat bahunya cuek, "gak usah di inget-inget ntar kepala lo malah sakit, mungkin dia temen SMP lo," Jawab Ryan masih fokus dengan game nya, "jangan dipikirin." Lanjut Ryan.
🍁🍁🍁
"Yan!!! Ryan!!!" Teriak Kiara dari kejauhan sana, "yaAllah cobaan apalagi yang akan datang?" Keluh Ryan mengelus dadanya dramatis.
Ryan buru-buru masuk ke mobilnya tapi tepat saat Ryan menutup pintu mobilnya itu Kiara sudah sampai ditempat mobilnya berada, "Ryan turun!" Teriak Kiara dari luar mengedor-ngedor kaca mobil Ryan.
Didalam sana Ryan mendesah berat lalu membuka pintu mobilnya, "apaan sih?" Tanya Ryan kesal, Kiara nyengir tak berdosa, "nonton lagi yuk!" Ajak Kiara tanpa basa-basi.
Ryan membulatkan kedua matanya menatap tajam wanita berparas cantik di depannya ini, "males! Nyesel gue mau respect kemarin, kenal aja kagak!" Kesal Ryan masuk kedalam mobilnya lagi mengabaikan Kiara yang kesal di buatnya.
Jelas-jelas rumah mereka bersebelahan tapi Ryan selalu begitu tidak mau peduli, kemarin saja Kiara sudah sangat senang akhirnya Ryan mau jalan bersamanya meski tampak ogah-ogahan untuk menurutinya, ya memang Ryan menurutinya karena paksaan dari mama Ryan, yaiyalah mereka 'kan tetanggaan, mungkin mama Ryan tidak enak hati kepada Kiara.
"YaAllah sabarkan hati Kiara," ucap Kiara mengelus dadanya, "batu mah emang gitu, keras!" Ucap Kiara lagi menatap mobil Ryan yang sudah meninggalkan parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIXTY SECOND
Teen FictionAdryan Dwiki Elvanio cowok dingin yang kelewat flat akhirnya bisa merasakan yang namanya jatuh cinta untuk pertama kalinya kepada tetangganya sendiri yaitu Kiara Betseba Zou. Namun Ryan bukanlah seseorang yang pandai untuk mengungkapkan perasaannya...