[ seulmin ] Morning Story

416 46 4
                                    

Jimin berkata kalau pagi ini ia ingin sarapan dengan sereal coklat saja, karena itulah sekarang Seulgi sedang sibuk menyiapkannya untuk lelaki tampan tersebut, kebetulan Seulgi juga sedang ingin makan sereal. Terkadang mulut mungilnya melantunkan senandung kecil seraya menuang susu kedalam mangkuk sereal dan membuat orange juice...Jimin lebih suka meminum jus buah ketimbang susu dipagi hari.

"Terima kasih, sayang..."

Seulgi hanya tersenyum simpul setelah meletakan semangkuk sereal gandum coklat beserta segelas orange juice diatas meja makan tepat dihadapan Jimin, lalu kembali menuju dapur bermaksud membuat sereal untuknya sendiri.

"Oh ya...siang ini kau ingin makan apa? Bisa temani aku belanja tidak?"

Wanita yang saat ini tengah menuang air kedalam mug berisi bubuk susu coklat itu angkat bicara, jarak dapur dan meja makan sama sekali tidak jauh. Hanya terpisah counter dapur saja, sehingga Jimin masih dapat mendengar suara Seulgi tanpa perlu wanita bermata sipit itu berteriak.

Satu suapan sereal memenuhi mulut Jimin, ia mengunyahnya seraya mulai berpikir. Masakan Seulgi selalu enak, jika ditanya apa yang ingin ia makan, Jimin jadi bingung sendiri...seandainya bisa dan perutnya ini sanggup, ia akan memakan apa saja yang Seulgi sajikan sebanyak apapun porsinya.

"Memang kau sendiri ingin masak apa? Dan tentu saja aku akan menemanimu belanja."

"Ehhmm...aku...aku ingin masak risotto!"

Dan tentu saja Jimin tak pernah sekali pun menolak rekomendasi Seulgi tentang makanan apa saja yang akan mereka makan hari ini, selama tak memasukan labu dan kacang polong kedalam menu. Jangan tanya kenapa, selama ini Seulgi tak pernah menambahkan labu dan kacang polong kedalam masakannya karena Jimin amat sangat membenci keduanya.

"Terserah padamu, sayang...dan kita bisa pergi belanja setelah selesai sarapan nanti."

"Baiklah."

Dengan selesainya pembicaraan mereka mengenai menu makan siang, Seulgi pun selesai membuat sereal bagiannya. Ia melangkah mendekati meja makan seraya membawa semangkuk sereal dan sebuah mug berisi susu coklat favoritnya.

'Prak~'

"Ah! Sendoknya!"

Seulgi buru-buru meletakan mangkuk serealnya diatas meja dan merendahkan tubuhnya bermaksud mengambil sendok miliknya yang terjatuh. Wanita berparas cantik merengut saat menyadari kalau sendoknya berada dibawa meja, sedikit jauh ketengah...dengan satu tangan bertumpu pada pinggiran meja makan, Seulgi mengulurkan tangan lainnya yang bebas berusaha menggapai sendoknya.

"Yes, dapat!"

Jimin yang turut menengok ke bawah meja hanya dapat tertawa kecil melihat polah menggemaskan sang istri. Seulgi selalu seperti itu, pembawaanya ceria dan bersemangat...orang yang tak pernah bosan untuk Jimin ajak bicara.

'Dugh!'

"Auh!"

Meja makan sedikit bergetar diakibatkan kepala Seulgi yang terantuk saat hendak berdiri dan rasanya benar-benar menyakitkan. Wanita berparas manis itu bermaksud menggunakan kedua tangannya untuk mengusap kepalanya yang mungkin sebentar lagi akan bertambah tebal karena bengkak...namun saat hendak memindahkan tangannya yang bertumpu pada pinggiran meja ke kepalanya...

'Pluk~'

Tanpa sengaja tangannya itu menyenggol mangkuk berisi sereal hingga terjatuh tepat diatas kepala Seulgi...

"Aaaahhhh!!!"

Habis sudah kesabaran Jimin. Dengan mendesah pelan seraya menggelengkan kepala ia berdiri dari duduknya dan menghampiri Seulgi. Bukannya merasa kesal, hanya saja Jimin merasa tak habis pikir dengan polah istrinya yang terlampau ceroboh, selain dalam hal memasak tentunya...misalnya Seulgi itu mudah sekali tersandung sesuatu saat berjalan atau sering kali kelupaan barang. Tak jarang Jimin merasa khawatir saat menerima telpon dari Seulgi...jangan-jangan istrinya itu menelpon dari rumah sakit?

Jimin jadi merasa tidak bisa meninggalkan Seulgi seorang diri...bukan hanya karena takut terjadi sesuatu yang buruk terhadap istrinya itu, namun...karena Jimin sendiri memang tidak bisa berpisah terlalu lama dari Seulgi.

"Jimi~n."

Mendengar rintihan pelan dari Seulgi, Jimin hanya tersenyum tipis...ingin sekali ia tertawa, pasalnya kondisi Seulgi saat ini sungguh-sungguh lucu. Mangkuk sereal itu terjatuh tepat diatas kepala istrinya...dalam keadaan terbalik jadi terlihat seperti helm, lucu sekali−

"Kau ini...selalu saja, bagaimana kalau aku tidak ada? Rumah ini pasti telah berubah menjadi abu, Seulgi..."

"Hehe...maaf."

Jimin merendahkan tubuhnya tepat dihadapan Seulgi yang terduduk dilantai, mengangkat mangkuk melamin tersebut dari atas kepala sang istri dan meletakannya diatas meja. Kini kepala, pakaian dan wajah Seulgi terbasahi oleh susu coklat serta kepingan sereal. Sejenak Jimin memandang sosok menggemaskan sang istri...beberapa tetes masih berjatuhan dari ujung rambut hitamnya Sementara kedua mata sipit bak bulan sabit itu hanya balas menatap Jimin dengan sorot mata tanpa dosa...dan entah merupakan tindakan spontan atau bukan, Seulgi menjilat bibirnya sendiri mengecap manisnya lelehan susu coklat disana.

Membuat Jimin membeku dalam posisinya.

Oh shit!

Mengapa...mengapa harus disaat seperti ini? Ini masih pagi...serealnya pun bahkan belum ia habiskan sampai tuntas.

"Jimin kau marah? Kau kesal padaku, ya? Maaf...~"

Sentuhan tangan Seulgi pada kedua pipinya membuat Jimin tersadar dari lamunan singkatnya mengenai suatu hal yang akan sangat menyenangkan, apabila ia lakukan hanya berdua dengan istrinya itu.

Wajah Seulgi kini berada tepat dihadapan wajahnya...raut wajah istrinya itu tampak memelas dan menyesal, dengan sepasang mata kecil yang berbinar indah layaknya seekor anak kucing yang memohon belas kasih agar dipungut dan dibawa pulang.

Yah, Seulgi memang ceroboh...namun hal tersebut membuat Jimin merasa senang. Karena dengan begitu, Seulgi akan selalu membutuhkan dirinya...hanya dirinya.

"Jim..."

"Jangan banyak bicara dan biarkan aku menciummu dengan tenang."

Ucapan Jimin tak ayal membuat rona merah meresapi kulit wajah Seulgi yang putih dan bersih itu. Pandangan keduanya saling bertemu dalam diam, Seulgi tak mengatakan apapun melainkan hanya mengangguk dan mulai menutup kedua matanya perlahan.

Dan bibir keduanya pun bersatu dengan sempurna...lembut, mendalam, menuntut. Itulah irama cumbuan Jimin terhadap Seulgi, dibumbui desahan dan erangan kecil yang terbebas dari mulut mungil Seulgi.

Dalam senyum Jimin pun berucap pelan...

"Hanya kau yang selalu mampu membuat pagi hariku menyenangkan, Seulgi."

.
FIN

BangtanVelvet Story CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang