Sembilan

16.8K 718 5
                                    

Bunda mengetuk pintu kamarku.

"Bunda boleh masuk?" tanya bunda di balik pintu.

"Masuk saja Bun"

Bunda duduk di sebelahku dan membelai rambutku. Aku menyandarkan kepalaku di pangkuan bunda.

"Sisil, bunda cuma mau ngasih saran sama kamu nak. Kamu jangan berfikiran buruk terus sama seseorang. Bisa jadi yang kamu nilai buruk itu baik buat kamu, begitupun sebaliknya. Kamu harus pandai - pandai menyikapi dan menempatkan diri. Bunda kasian sama Teguh. Mungkin dia kena hukuman nanti. Dan yang bunda sayangkan, Putri bunda tau seluk - beluk Taruna. Tapi dia enggan menolong orang yang membutuhkan pertolongannya. Bunda juga bingung sampai - sampai dia menyebutnya kadal ijo" tutur bunda

"Sisil salah ya Bun?" tanyaku

"Sisil nggak salah. Cuma pandangan Sisil yang salah, Sisil hanya memandang sebelah mata. Setiap manusia ada sisi baik dan buruknya. Dan bisa berubah seiring berjalannya waktu. Contohnya diri Sisil sendiri. Sisil dulukan anaknya kurang disiplin, kurang jaga kebersihan, bawaannya mager mulu. Dan yang paling buat Mas Angga, Ayah sama Bunda kesel Sisil tidak bisa lepas dari ponsel. Sisil terlalu aktif di sosial media. Apa yang Sisil dapatkan? Sia - sia bukan? Waktu Sisil terbuang percuma. Tapi sekarang Sisil sudah berusaha untuk memperbaiki diri. Sisil belajar buat mandiri, belajar disiplin, dan Sisil jarang sekali pegang ponsel sekarang" jawab bunda.

"Bunda, Sisil jahat sama Mas Teguh ya?" tanyaku

Bunda tidak menjawab pertanyaanku. Bunda hanya diam menatapku. Aku berganti posisi menjadi duduk bersila di depan bunda.

"Bunda jawab Sisil ! Bunda..." rengekku.

"Sekarang Bunda tanya sama Sisil, tapi Sisip harus jawab dengan jujur. Sisil anak Bunda, Sisil harus terbuka sama Bunda, Ayah, dan Mas Angga. Kita sayang sama Sisil" ujar bunda

Aku mengangguk pelan, sebagai isyarat mengiyakan bunda.

"Apa yang Sisil rasakan saat bersama Teguh?" tanya Bunda

Pertanyaan Bunda membuatku terdiam sejenak untuk berfikir bagaimana caraku merangkai kata? Perlahan aku merangkai kata untuk mencoba menjelaskan pada Bunda. Dan ku rasa, aku harus jujur sama bunda. Bunda pasti akan memberiku masukkan nantinya.

"Sisil merasa ada figur kakak, figur teman, figur sahabat dalam diri Mas Teguh. Mas Teguh bisa menjadi apapun buat Sisil. Dari Mas Teguh juga Sisil termotivasi buat berubah. Mas Teguh ndak pernah maksa Sisil dan ndak pernah bentak serta berlaku kasar pada Sisil. Sisil tau, Mas Angga keras sama Sisip karena Mas Angga sayang sama Sisil. Dan saat berbicara sama Mas Teguh, Sisil merasa nyambung. Tapi Mas Teguh ndak bisa ngertiin apa maunya Sisil" jawabku

"Sisil sayang sama Mas Teguh?" tanya bunda

Aku berfikir lama setelah mendapat pertanyaan kedua dari bunda. Perlu kerja keras buat otakku menjawabnya.

"Sisil, jawaban ini bisa kamu temukan di hati kamu. Kamu tanyakan pada diri kamu sendiri. Kamu tidak bisa menggunakan pikiran kamu, tanyakan pada perasaan kamu" ujar Bunda

"Umur Mas Teguh 5 tahun diatas Sisil. Sisil di ejek pacaran sama om - om" tukas ku

"Sil, setiap orang berhak menilai. Tapi ingat, yang jalanin ini kamu! Bukan mereka" sahut bunda

"Kamu pahamkan apa yang harus kamu lakukan sekarang?" tanya Bunda

Aku mengangguk pelan.

"Bunda tinggal ya" tambah Bunda.


Author POV

Sisil sudah dapat masukan tu dari Bunda

Apakah Sisil akan bilang ke Mas Teguh tentang perasaannya???

Tunggu di part berikutnya

Stay tune 😍😍

Dear KaptenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang