BAB 2 - Iris

8.9K 449 25
                                    

Iris mata itu. Mengingatkanku kepadanya.

Agatha Ollivia Edelweis gadis yang mempunyai postur tubuh yang tinggi. Agatha selalu ragu jika berhubungan dengan hal yang bernama cinta. Ia biasa dipanggil dengan nama Agatha.

Agatha berjalan dengan santainya di sepanjang koridor. Hari ini adalah hari pertama Agatha menginjakan kakinya di kelas XI, kebetulan ia sekelas dengan sahabatnya yaitu Sherin dan Sharon.

Sherin Deanira Reyndra adalah anak yang kalem. Sherin sudah mempunyai pacar yang sekarang kelas XII IPS 1. Mereka berpacaran dari kelas X.

Sharon Michella Rorench adalah anak yang tomboy, ia tidak tertarik dengan hal yang berbau cinta. Berbeda dengan Agatha, jika Agatha ia hanya tidak tau tentang cinta.

Agatha ia buta tentang cinta. Agatha hanya mengetahui bahwa cinta hanya ketertarikan antar jenis yang tidak bisa terjamin kebersamaannya. Ia kira cinta itu tidak bisa terjamin keabadiannya. Agatha menganggap cinta itu bodoh. Ia kira cinta dan bodoh itu beda tipis, karena jika kita mencintai seseorang kita akan selalu terfokus ke satu titik yaitu orang yang kita cinta. Kita tidak pernah fokus ke lain titik, kita jadi tidak bisa mengamati hal sekitar. Menurutnya jika kita salah fokus satu titik saja, dan kita akan merasa kehilangan.

Agatha memilih jurusan IPA karena ia sangat menyukai hal-hal yang berbau rumus dan Biologi. Agatha mempunyai jabatan disekolahnya yaitu ketua ekskul Cheer.

Agatha membelokan langkahnya untuk memasuki kelasnya yaitu XI IPA 2. Ia memandang kelasnya yang baru terisi sekitar 5 orang. Ia melihat kearah jam tangannya yang melingkar ditangannya.

"Baru jam 06.05," gumam Agatha.

Agatha mengayunkan kakinya menuju ke luar kelas. Ia memandang sekitarnya, udara yang sejuk membuat Agatha merasa sangat nyaman.

Agatha memutuskan untuk pergi ke taman belakang sekolah. Ia berjalan sambil memandang sekitarnya dan bersenandung kecil. Agatha memustuskan untuk pergi ke taman karena menurutnya taman adalah tempat yang sangat nyaman baginya, dan juga indah. Ditaman terdapat kolan ikan yang berisi ikan koi, terdapat kursi panjang berwarna putih, terdapat pula dua kursi dan satu meja berwarna putih berbentuk bulat yang berada di tengah kursi tersebut disertai dengan payung putih di atasnya. Di taman ini sangat bersih, bunga di taman juga terawat dengan baik karena selalu bersihkan oleh tukang kebun.

Kegiatan yang biasa Agatha lakukan di taman adalah membaca, Agatha suka sekali membaca. Selain membaca ia juga suka melukis atau menggambar hal yang aesteutic.

Dalam perjalanan menuju taman Agatha melihat siluet seorang cowok. Agatha memicingkan matanya untuk melihat lebih jelas. Ia seperti mengenal postur tubuh yang khas itu.

Cowok itu mendekat. Cowok itu membawa tas yang diselampirkan dibahu kanan, terlihat cool bukan? Cowok itu mempunyai postur tubuh tinggi, memiliki mata beriris biru terang, memiliki dada bidang yang sangat pelukable dan hidung yang mirip perosotan TK.

Cowok itu berhenti tepat di hadapan Agatha. Mereka saling menatap, saling menatap iris mata lawannya. Tatapan yang dalam dan saling memiliki arti. Cowok itu menarik kedua sudut bibirnya dan membentuk sebuah lengkungan yang indah.

Senyumnya manis banget kaya lolipop. Iris matanya ga asing. Gue suka, batin Agatha.

Dua sejoli itu terus saja saling menatap. Hanya masing-masing dari mereka saja yang mengetahui arti tatapan itu. Saking lamanya bertatap mereka tak menyadari ada seseorang di tengah-tengah mereka.

"Woy! Pagi-pagi dah main tatapan aja lo pada," ucap cowok yang baru saja datang dan membuyarkan lamunan mereka.

"Reno!"

Opposite [PINDAH KE DREAME] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang