Cara bicaranya, membuatku memutar masa lalu.
Aldan Putra Casavaro panggil saja Aldan dengan embel-embel ganteng juga boleh, katanya. Ia berangkat cukup pagi hari ini dengan alasan seperti biasa, mencontek berjamaah.
Aldan bersama motor ninjanya yang berwarna hitam membelah jalanan ibukota. Jalanan pagi ini memang belum terlalu ramai. Aldan bersama motornya memasuki kawasan SMA Cendrawasih, ia memarkirkannya ditempat yang biasa ia tempati yaitu di parkiran khusus guru, dengan alasan jika ia memarkirkannya ditempat khusus siswa maka motor kesayangannya dikhawatirkan akan lecet. Aneh.
Aldan adalah tipe pemilih dalam urusan cinta. Tapi jika meninggalkan yang tulus demi yang mulus itu bukanlah seorang Aldan. Dia saja belum pernah berpacaran, dia bukanlah orang yang mantannya segudang, bukan seperti sahabatnya—Reno—yang mantannya bertebaran.
Tapi bukan berarti Aldan tak menyukai cewek, dia pernah merasakan cinta yang sebenarnya, dia pernah merasakan mencinta yang benar-benar dalam, tapi itu dulu disaat semuanya belum berubah. Tapi Aldan berusaha untuk tidak berubah menjadi Aldan yang dingin, karena itu tidak ada gunanya. Apakah jika Aldan menjadi seorang yang tertutup, maka semuanya akan kembali seperti semula? Tidak. Maka dari itu, biarlah hidupnya mengalir seperti air dan ia hanya akan mengikuti ke mana arus itu pergi tanpa melawan arus.
Aldan turun dari motornya, melepaskan helmnya lalu berjalan di koridor sambil sesekali membenarkan jambulnya. Aldan berpenampilan dengan baju atasnya ia keluarkan dan dua kancing teratas ia buka sehingga memperlihatkan kaos berwarna putih, tanpa dasi,
Aldan menyukai udara pagi ini, udara yang sejuk dan menenangkan. Karena belum banyak polusi yang menyebar di udara. Ia melihat siluet tubuh seorang cewek karena rambutnya tergerai, tidak mungkinkan cowok rambutnya digerai.
Aldan terus menatapnya sesampai mereka berhadapan. Aldan menatap iris mata gadis yang ada dihadapannya ini. Mata yang indah.
Entah berapa lama Aldan menatap gadis itu, sehingga munculah sesosok orang yang sangat menghancurkan suasana, padahal Aldan sedang menatap mata indah itu.
"Woy! pagi-pagi dah main tatapan aja lo pada."
"Reno!"
"Ka Reno!"
Aldan terkejut entah mengapa ia berucap secara bersamaan dengan gadis didepannya ini.
"Kalian tuh baru ketemu dah kompak banget, gimana nanti pas udah pacaran. Beuh nggak bisa bayangin gua." Ejek Reno sambil tertawa terbahak-bahak.
Merasa diejek oleh Reno, Aldan mengumpat. "Bangsat."
Reno kembali tertawa. "Bang Aldan mah kalo ngomong suka kasar, dedek ga suka bwang."
"Najis."
"Ka Reno kurbel deh." ucap gadis didepannya. "Dah ah gua cabut. Bye." sambung gadis itu sambil melambaikan tangan kearahnya.
Suaranya bikin adem, kenapa gue inget dia. Batin Aldan.
Akhirnya Aldan dan Reno melanjutkan jalan mereka yang sempat terhenti. Aldan menolehkan kepalanya kearah Reno. "Ren, dia siapa?"
Kening Reno berkerut. "Lo ngga tau?" Dibalas gelengan oleh Aldan.
Respon Aldan membuat Reno menggelengkan kepalanya."Dia itu anak XI IPA 2, namanya Agatha Ollivia Edelweis, namanya kebarat-barat gitu yah? Dia juga ketua ekskul cheer. Cocok deh sama lo yang ketua ekskul basket." jelas Reno dengan kekehan.
Oh namanya Agatha, namanya cantik, sama kaya orangnya, batin Aldan.
Mereka berdua berbelok menuju kelasnya XII IPS 1. "Kerjaan lo sukanya jodoh-jodohin orang. Pantes jomblo. " ucap Aldan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Opposite [PINDAH KE DREAME]
Teen Fiction[COMPLETED] Bukan sifat yang bertolak belakang diantara mereka. Bukan kesukaan. Dan bukan tingkat kepopuleran. Mereka mempunyai tingkat kepopuleran yang sejajar. Kesukaan? Itu pun tak berbeda jauh. Hanya saja, target mereka yang berbeda. Target akan...