Malam itu rasanya sangat dingindan Jisoo belum pulang.
Sebelum libur tahun baru, hampir seluruh pegawai di perusahaannya harus kerja lembur, termasuk Jisoo. Gadis berambut sebahu itu sangat lelah dan tubuhnya tidah bisa menerima udara dingin malam itu.
Pacar Jisoo, Jinyoung, janji akan menjemputnya. Namun, sampai pukul dua pagi, Jisoo tetap berdiri di depan kantor sambil sesekali menggosok kedua telapak tangannya.
"Jis, kok belum pulang?"
Jisoo menoleh. Teman sekantornya, Taeyong, berdiri di sebelahnya.
"Masih nunggu Jinyoung, Yong. Lo sendiri juga baru selesai?"
"Hehe, iya. Udah malem, Jis. Pulang bareng gue aja. Rumah kita kan searah."
"Umm..." Jisoo masih ragu apakah ia harus menerima tawaran Taeyong atau tidak.
Pasalnya, Taeyong dan Jisoo itu dulunya sahabat karib, namun setelah Jisoo berpacaran dengan Jinyoung, mereka tidak sedekat dulu lagi. Jinyoung sering mengaku kalau dia cemburu ke Taeyong, makanya Jisoo agak menjauh dan sepertinya Taeyong menyadari hal itu. bak
"Gue traktir bakpao mang Jidi deh? Serius, Jis. Ini udah malem," kata Taeyong jujur. Ya Taeyong memang niatnya cuma ngantar Jisoo, ngga niat modus atau apa walaupun memang benar kalau Taeyong menganggap Jisoo lebih dari teman. Dari dulu hingga sekarang.
"Ok deh. Jinyoung daritadi juga ngga bisa dihubungi."
"Yuk."
Waktu mereka udah sampai gang perumahan, Jisoo dan Taeyong jalan kaki berdampingan sambil makan bakpao.
Jam dua pagi dan bakpao. Taeyong dan Jisoo sebenernya kangen banget saat-saat seperti ini, seperti dulu. Bedanya, Jisoo selalu menyangkal apa yang dia rasakan. Kalau Taeyong, dia rasanya kangen sampai mau nangis hahaha.
Di tengah jalan, Taeyong berhenti karena ada sesuatu yang jatuh dari langit. "Jis, ada salju."
"Iya...salju..."
Jisoo menoleh dan mendapati Taeyong sedang ngelihatin wajah Jisoo, tepat di matanya. Taeyong jangan ditanya lagi, dia udah bawa perasaan dari tadi. Tapi Jisoo, merasakan sesuatu yang dulu sering dia rasakan.
Jantungnya berdebar. Hebat.
Mata mereka masih saling terkunci, bahkan bakpao di mulut masing-masing pun ngga jadi kekunyah gegara badan mereka mematung, ngga tau harus apa.
"Dingin gak, Jis?" Tanya Taeyong.
Kepala Jisoo perlahan naik-turun, menandakan ia juga merasakan hal yang sama.
Entah setan apa yang merasuki Taeyong, anggukan Jisoo itu seakan persetujuan kalau malam ini, Taeyong boleh menunjukkan kerinduannya pada sahabatnya itu.