Date

113 13 2
                                    

Sweater putih polos dipadu rok pendek berwarna navy telah membalut tubuhku. Namun, apakah aku sudah terlihat cantik? Haruskah aku memakai mini dress warna ungu bermotif bunga ini? Atau T-shirt dengan kemeja garis ukuran big size, dipadu hotpant?

Apakah ini berlebihan? Aku tak mau terlalu kelihatan. Aku harus pakai yang mana ini? Sekali lagi kutatap cermin yang berada didepanku dan meyakinkan diriku bahwa pakaian yang kukenakan saat ini tidak terlalu mencolok dan sangat wajar.

Oh, riasan. Aku hampir saja melupakannya. Ku oleskan BB cream serta bedak pada wajahku. Liptint warna merah muda menambah kesan muda nan cantikku. Rambut kubiarkan tergerai. Okey, aku siap.

Aku bergegas menuruni tangga dan pamit kepada ibu.

Selama perjalanan menuju cafe subway, hatiku tak berhenti bergemuruh. Pikiranku melayang jauh. Aku mulai berimajinasi tentang Sehun yang akan menembakku. Kata apa yang akan dipilih olehnya? Ekspresi seperti apa yang akan dikeluarkannya. Aku tak sabar untuk menemuinya.

Pintu cafe subway kubuka dengan memperhatikan sekeliling. Netraku mencari sosok yang sangat ingin kutemui hari ini. Tak ada tanda-tandanya mungkin dia telat atau sedang di toilet. Aku melangkah masuk dan mencari tempat duduk yang nyaman.

Ponsel dalam tas berdering pertanda telepon masuk. Tertera nama Sehun pada layarnya.

"Iya."

"Suzy, maafkan aku. Aku tak bisa datang tepat waktu."

"Gwencana."

"Gomawo," sambungan telepon terputus seketika.

Hembusan napas panjang keluar dari lubang hidungku. Haruskah aku membiarkan jantungku berdegup kencang lebih lama?

*

"Suka?" Tanya Sehun ketika satu gigitan hotdog telah melalui tenggorokanku.

"Iya, enak."

"Mau kemana?" destinasi yang akan dikunjungi setelah menghabiskan makanan kami.

"Nonton?" saranku.

"Boleh."

Selama proses makan aku terus saja mencuri pandang pada Sehun. Kapan dia akan menyatakan cintanya padaku? Bukankah dia sudah tau bahwa aku mencintainya juga?  Sehun terus saja memakan rotisosis-nya dengan mata yang menggambarkan penuh dengan hal-hal yang dia pikirkan. Mungkin dia masih bimbang dengan kalimat apa yang akan dugunakannya. Ya, mungkin saja seperti itu. Sehun, kalimat apapun yang akan kau ucapkan, jawabannya sudah jelas bahwa aku juga mencintaimu.

Kami terus makan tanpa sepatah kata yang keluar dari mulut masing-masing. Keramaian cafe seakan tak dapat mengganggu momen romantis kami. Hatiku penuh dengan bunga dan kupu-kupu, terasa indah dan menggairahkan.

Setelah makan, kami langsung pergi ke bioskop untuk menonton film bergenre komedi romantis. Tak ada momen istimewa yang terjadi antara kami. Sehun terus saja menatap layar lebar didepan kami, tapi pikirannya entah melayang kemana. Dia juga tak sadar kalau aku sudah memandanginya sejak sejam yang lalu.

Sejujurnya, aku kecewa dengan Sehun. Untuk apa dia mengajakku keluar jika jiwanya tak ada disini. Aku sudah tak percaya diri dengan pikiranku yang menerka bahwa dia akan menyatakan cinta hari ini. Semangat nge-date ku lenyap entah kemana.

**

"Suzy, maafkan aku," ujar Sehun di depan pintu pagar rumahku.

"Untuk?"

"Hari ini aku sedang kacau."

"Iya."

"Besok kita keluar lagi ya. Aku janji gak akan kayak gini lagi."

"Iya. Hati-hati dijalan ya, Sehun. Aku masuk dulu. Dah...."

Aku langsung masuk ke rumah tanpa melihat Sehun. Aku kecewa dengan diriku yang terlalu berlebihan hari ini. Aku telah memikirkan hal-hal romantis yang tidak kami lakukan. Apakah mungkin date besok akan lebih baik? Jika aku masih berlebihan seperti tadi, bisa dipastikan kekecewaan yang mendalam akan kurasakan. Biarlah waktu berjalan tanpa ada ekspektasi.

Kurebahkan diriku diatas tempat tidur dan mencoba untuk tidur, tapi pikiranku masih menyakan hal yang sangat mengganjal hari ini. Apa yang membuat Sehun seperti ini. Selama ini Sehun terlihat baik-baik saja ketika berjalan denganku dan Risty. Ini pertama kalinya aku melihatnya tanpa jiwa. Tanpa adanya antusiasme. Rasanya seperti kencan dengan zombie yang tampan.


***

Mentari pagi telah bertemu denganku untuk kesekian kalinya semenjak hari itu. Hari dimana aku pertama kalinya berharap pengakuan cinta dari Sehun.

"Jadi lo sama Sehun gak ada kemajuan nih?" tanya Risty lewat panggilan videonya.

"Iya, gue bingung, Ty. Sebenernya Sehun tuh suka gak sih ma gue?"

"Kalo diliat dari ekspresinya kemarin sih, keknya suka deh."

"Tapi dia kek gak semangat gitu pas ketemu. Gue bingung, Ty."

"Selalu kek gitu? Bukannya lo bilang kencan ketiga itu Sehun cakepnya gak ketulungan?"

"Iya, cakep banget. Tapi kek ogah gitu ketemu gue."

"Nervous kali."

"Masa gak selese-selese sih nervous-nya? Kan udah sering berduaan juga."

"Eittssss, ada yang kesel nih. Tuh bibir jangan di manyunin, gue cipok tau rasa lo."

"Apaan sih, Ty! Orang lagi kesel juga."

"Iya-Iya."

"Apanya yang iya?"

"Nasi goreng dua kan?"

"Ristyyy!!" anak manusia yang satu ini benar-benar membuat temperatur emosiku meninggi.

"Lo kangen banget ya ma gue? Ampe segitunya manggil gue."

"Bodo amat, gue tutup!" sambungan panggilan videonya.

"Iyaaa.... Jangan lupa pake baju yang cantik, nanti malem mo dilamar Sehun," reminder Risty padaku sebelum aku menggeser tombol merah dilayar smartphone.

Seperti yang dikatakan Risty, bahwa nanti malam aku akan bertemu dengan Sehun. Aku akan kencan lagi dengannya. Kencan, bukan lamaran.


Meskipun hubunganku dengan Sehun tak mengalami kemajuan yang berarti, aku tetap merasa bahagia ketika bertemu dengannya.

***

Malam ini seperti malam-malam pada umumnya. Langit yang gelap, keramaian orang-orang, serta gemerlapnya lampu-lampu jalan. Aku tidak mau memiliki perasaan yang meluap seperti tempo hari. Aku tidak mau memikirkan berbagai hal romantis yang akan kami lakukan. Aku tidak mau kecewa untuk kesekian kalinya. Jika Sehun hanya ingin berjalan tanpa gandengan tangan seperti ini, maka aku tidak akan berharap lebih. Berduaan dengannya saja telah membuat batinku bahagia. Aku akan terus menunggunya, hingga Sehun siap dan berani menyatakan perasaannya padaku.

TBC


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

All was Caused By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang