"Risty!!!"
"Apaan sih, Zy?"
"Lo ngajak Sehun lagi ya?"
"Iyalah. Lo gak gerak-gerak sih," maksudnya Risty gerak untuk mendekati Sehun.
"Gue masih deg-degan tau."
"Pastilah. Kalo udah gak deg-degan ya udah mati."
"Risty!!"
"Apa?"
"Minggir. Gue mau tidur."
Risty pun sedikit bergeser ke kanan untuk memberiku tempat berbaring.
"Besok kita mau kemana sih?" Tanya Risty.
"Jalan-jalan."
"Iya tau, tapi kemana?"
"Gatau."
"Loh kok? Ditanyain Sehun ini."
"Lo sih pakek ajak-ajak Sehun. Bingungkan gue jadinya."
"Loh kok?"
"Iya, tadi gue cuman pengen ngerjain lo aja buat ngajak jalan-jalan."
"Jadi lo tadi cuman boongan?"
"Iya. Terus gimana nih? Besok harus kemana? Mana kartu diambil lagi."
"Yaudah gampang. Gue bilang aja gak jadi."
"Eh eh jangan!"
"Kok?"
"Gue pengen jalan bareng Sehun lagi."
"Yaudah jalan keliling komplek aja gimana?"
"Masa ngajak Sehun keliling komplek. Ga asik lo."
"Terus lo maunya gimana? Duit gue gak sebanyak lo, cuman cukup buat balik ke Indo nih."
Aku menjambak rambut sendiri karena kebingungan dengan situasi ini. Aku sangat-sangat ingin bertemu Sehun. Cinta pertamaku. Lelaki idamanku.
"Eh, btw ya, kenapa nyokap nyita kartu? Kan cuman berantakin kamar doang."
"Dari awal gue ke Indo, nyokap udah marah."
"Kenapa?"
"Ya karena gue gak sekolah di sini. Anak perempuan pertama mereka milih sekolah di Indonesia, sekolah yang belum tentu lebih baik dari SMA Seoul. Lo tau sendirikan Indonesia belum semaju Korea dan itu pengaruh besar buat status orang tua gue apalagi buat perusahaan."
"Tapi kenapa baik ma gue? Kenapa gak benci?"
"Itu cuman luarnya aja."
"Maksudnya?"
"Ya cuman bersikap baik aja di depan lo."
"Jadi selama ini nyokap bokap lo gak suka gue di sini?"
"Risih lebih tepatnya."
"Kalo gitu gue mau perpanjang aja liburan di sini, biar mereka risih terus." Tekad Risty disertai kembang kempis hidungnya.
"Jiwa bela negara lo keluar ya?" candaku.
"Ya jelaslah. Gak terima gue kalo orang-orang Indo dianggap remeh kaya gitu."
"Diginiin baru keluar bela negaranya, terus kalo buang sampah sembarangan gitu kemana bela negaranya?"
"Itu beda lagi."
"Samalah."
Raut muka Risty berubah , matanya memancarkan ketidak sukaan, lubang hidungnya lebih mengembang, genggaman pada smartphone mengencang. Melihat reaksi RIsty seperti itu membuat hasrat tertawa yang kutahan keluar begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
All was Caused By You
FanfictionCinta itu bulshit, fake ! Gue gak mau ketemu cinta! Lo tau kan perasaan gue. Rasa yang udah lama banget tinggal di hati gue. GUE BENCI SEMUANYA!!