Part 1

146 11 0
                                    

Tanah kering terhampar luas dengan puing puing bangunan yang sudah hancur tak terpakai, harta benda yang hangus terbakar dan tak lagi dapat di gunakan banyak terlihat di tempat ini, bahkan hampir menyeluruh dan rata dengan kerusakan.

Tak sampai disitu, kelaparan kehausan kegelapan dan kesakitan serta ketakutan sering kali mereka rasakan tanpa kenal waktu . Keserakahan yang ditimbulkan menyebabkan penindasan dan intimidasi adalah suatu hal yang biasa terjadi di negara ini.

Ya ! Itulah palestine, bahkan itu baru sedikit dari yang terlihat.
Sementara banyak anak anak yang tengah bermain di kubangan air berharap mereka lupa bahwa ayah dan ibu mereka sudah syahid disana. Berharap mereka juga lupa dengan kondisi tubuh mereka yang sudah tak sempurna seperti yang lainya.

Tak ayal , kondisi ini membuat seluruh dunia ikut prihatin menyaksikan kondisi negara islam yang tengah di kecam israel saat ini. Banyak pula relawan yang berdatangan ketempat ini hanya untuk sekedar mengulurkan bantuan mereka kepada rakyat palestine yang memang benar benar membutuhkan.

Syam bassalamah adalah Seorang relawan dari indonesia yang baru saja tiba di palestine melalui gerakan peduli sosial di negaranya begitu tersentuh melihat kondisi yang sedang ia saksikan secara langsung. Ia tak percaya jika dirinya akan betah tinggal di negara ini selama beberapa bulan . Belum lagi kondisi mental nya yang masih begitu lemah terkadang membuat pria berusia 24 tahun ini serasa ingin cepat pulang ke indonesia.

Suasana malam yang begitu gelap membuat syam tak bisa memejamkan matanya, entah kenapa tubuhnya begitu merindukan kasur empuk di rumahnya. Tanganya mengelus elus kedua lenganya yang terasa dingin karna hembusan angin malam yang menembus kulitnya.

"Sedang apa kamu disini?"

Hampir saja syam terjatuh dari duduknya karna mendengar suara itu.
"Aku,,, sedang duduk" jawabnya tak jujur, tak mungkin ia menjelaskan yang sebenarnya bahwa dirinya tak bisa tidur karna alas yang keras dan suasana yang begitu gelap, pasti dirinya akan malu di hadapan wanita yang tengah berdiri tak jauh darinya.

"Kamu relawan baru disini?" Tanya wanita itu sambil meletakan lilin yang di pegangnya
"Iya" jawab syam
"Kalau begitu kamu berada disini bukan karna ingin duduk , pasti karna ada sebab yang lain. Apa kamu takut?" Tanya wanita itu.
"Enggak" jawab syam untuk mengelak. "Aku hanya rindu orang tua ku" jawabnya kembali berbohong.
"Oh, siapa namamu ?"
"Syam bassalamah"
"Nama mu bagus."
Mendengar pujian dari wanita itu, syam hanya tersenyum kecil.
"Kamu sendiri? Siapa namamu ?" Tanya syam pada wanita berhijab itu
"Aisyah nizran"
Syam hanya mengangguk pelan mendengar jawaban wanita itu
"Kau tau? Ayah ku di bunuh oleh tentara israel 3 tahun lalu. Dia di bunuh karna ingin mempertahankan negara ini" ucap aisyah, syam tampak tak percaya dan menatap aisyah yang kini duduk tak jauh darinya.
"Kamu mengaksikan pembunuhan itu?" Tanya syam
"Iya, saat itu aku ikut bersama ayahku memberontak tentara israel karna bom yang mereka jatuhkan membunuh banyak orang di kota kami, tapi alhamdulillah, ayahku menjadi seorang mujahid yang meninggal karna di tembak tentara itu"
"Alhamdulillah??" Tanya syam dengan wajah bingungnya
"Iya, ayahku meninggal karna memperjuangkan negri ini, sementara aku masih merindukan saat saat itu" jawabnya santai

Syam menelan ludah nya dengan susah payah, mungkin baru di tempat ini ia menemui wanita berjiwa perang seperti aisyah. Bahkan aisyah begitu menunggu kematianya yang syahid, sementara syam sediri begitu takut dengan kematian karna belum tentu selamat dari azab kuburnya.
"Ibumu?" Tanya syam yang akhirnya kembali bertanya setelah bungkam beberapa detik

Kepala aisyah yang tertunduk membuat syam menyesal karna kembali bertanya
"Maaf,," ucap syam
"Tak apa, mungkin kamu juga harus tau bahwa ibuku sedang di penjara karna membela anak anak yang di usir oleh tentara israel dari mesjid al aqsa. Dan kamu beruntung, kamu merindukan orang tua yang kondisinya baik baik saja di sana. Sementara aku,,, merindukan ibu yang kondisinya entah bagaimana disana"

Kata kata aisyah barusan benar benar membuat dada syam terasa sesak, syam baru sadar bahwa dirinya kurang bersyukur atas kondisi yang di alaminya sekarang. Di banding dengan aisyah, rindu syam terhadap kedua orang tuanya bukanlah apa apa.

"Sebaiknya kamu tidur sekarang, karna biasanya para relawan akan bangun jam 4 pagi untuk membantu persiapan sholat subuh di lapangan, bawa ini" ujar aisyah sembari meberikan lilin yang di pegangnya.
Syam hanya diam menatap lilin yang di pegang aisyah.
"Aku sudah terbiasa dengan kondisi gelap, bawalah" ucap aisyah lagi.
Tangan syam terulur untuk mengambil alih lilin tersebut. Tak ada ucapan terimakasih yang keluar dari mulutnya karna malu dengan ketakutanya sendiri.

Bersambung....

Untuk part awal pendek dulu ya hehe,,, nantikan lanjutanya yang mengais lebih dalam tentang negara palestine, dan doakan si syam biar gak jadi penakut hehe 😂

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SyuhadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang