02. Bertemu tanpa sengaja

65 13 0
                                    

Disinilah mereka sekarang, warung Makda yang biasa mereka kunjungi setelah pulang sekolah ataupun selepas dari studio musik hanya untuk sekedar berkumpul bersama.

Ya, mereka memiliki hobi yang sama yaitu bernyanyi dan bermain alat musik.

"Gimana Re, belum dapat informasi dimana orang tua lo sekarang?" Tanya Ijal kepada Rean yang langsung mendapat gelengan kepala sebagai jawaban.

"Gue yakin lo bakal nemuin orang tua lo. Waktu akan terus berjalan maju, hal yang terjadi nanti kita nggak akan tahu kayak gimana. itu artinya lo masih punya kesempatan bertemu mereka."

"Hmm." Jawab Rean singkat setiap kali seseorang menanyakan dimana dan bagaimana orang tuanya sekarang.

Memang keempat sahabatnya itu sudah mengetahui tentang kedua orang tuanya yang bercerai dan meninggalkan dirinya ditempat Pamannya. Tapi mereka masih mau berteman dengan dirinya. Itulah alasan mengapa Rean tetap menjadi teman mereka walaupun mereka terkenal dengan kenakalannya.

"Mau rokok?" Tawar Kenzo kepada Rean yang juga mendapatkan gelengan.

"Gue cabut dulu"

"Mau kemana lo?" Tanya Ijal dengan sedikit berteriak karena Rean mulai menjauh dari tempat mereka.

"Mau coba cari orang tua gue. Siapa tau nanti dapat info. Gue nitip motor gue dulu." Teriak Rean sambil berlari menjauh.

Rean berjalan di trotoar dan sesekali menanyakan kepada orang yang juga sedang lewat apakah mereka mengetahui informasi tentang keberadaan kedua orang tuanya.

"Permisi Bu, apakah anda mengetahui orang ini?" Tanya Rean sambil menunjukkan foto orang tuanya di handphonenya.

"Maaf, saya tidak tahu Dek"

"Ya sudah terima kasih. Saya permisi dulu."

"Iya silahkan."

Rean melanjutkan perjalannya dan ketika ia mendapati seorang wanita yang mirip dengan foto yang ada di hanphonenya, ia segera menghampiri wanita itu. Tetapi ketika ia berniat untuk berlari, ia tak sengaja menabrak gadis yang juga menggunakan seragam sepertinya.

Sepersekian detik Rean diam karena terkejut dan membaca name badge gadis itu. Lalu ia segera meninggalkan gadis yang masih jatuh terduduk.

Rean mulai mencari sosok wanita paruh baya yang mirip dengan ibunya. Tetapi nihil, wanita paruh baya itu sudah tidak ada ditempatnya.

"Dasar cowok gila! Udah nabrak main tinggal aja. Itu cowok atau apa sih nggak bertanggung jawab banget. Awas aja sampai ketemu gue lagi, habis tuh orang!" Ucap Leyna sambil berteriak kesal yang masih bisa didengar oleh Rean tetapi ia hiraukan dan melanjutkan perjalanannya.

Hari sudah semakin malam. Rean juga sudah sangat lelah berjalan kesana-kemari untuk mencari informasi keberadaan orang tuanya. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke warung Makda dan segera pulang agar Bundanya tidak khawatir.

"Darimana saja kamu, Sayang?" Suara Shinta -Bunda Rean terdengar ketika Rean memasuki rumah.

"Maaf Bun, Rean telat pulang."

"Kamu pasti habis mencari informasi tentang orangtua kamu ya?" Tanya Shinta tetapi tidak mendapatkan jawaban dari Rean.

"Sayang. Bunda tahu kamu pasti rindu sama mereka. Tapi percaya sama Bunda, mereka juga rindu sama kamu. Mereka sedang berjuang untuk bisa bertemu dengan kamu." Ucap Shinta sambil memeluk keponakan yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri.

"Darimana Bunda tahu?" Rean mulai melepaskan pelukan mereka. Dan menunggu jawaban Shinta.

"Sudah, mending kamu ke kamar dan membersihkan diri setelah itu kita makan malam."

"Iya Bun, Rean ke kamar dulu." Ada nada kecewa yang bisa Shinta dengar dari ucapan Rean. Tetapi dia tidak tahu harus bersikap bagaimana.

"Bagaimana sekolah kamu Re?" Pertanyaan Ayah Rean memecahkan suasana hening saat makan malam.

"Baik Yah"

"Sebentar lagi kamu akan lulus, kamu sudah menentukan ingin melanjutkan kemana?"

"Rean sudah pikirkan baik-baik Yah masalah itu."

"Semoga kamu bisa mencapai semua cita-cita kamu Nak. Belajar yang rajin. Ayah hanya bisa berdoa buat kamu."

"Iya Yah, Rean akan berusaha membanggakan Ayah dan Bunda. Terimakasih untuk semuanya Yah, Bun." Terdapat nada getir diucapan Rean. Bahkan Ayah dan Bundanya menyadari itu. Mereka tahu kalau Rean sangat merindukan Orangtuanya.

Terkadang Rean juga berpikir. Ia merasa sangat beruntung memiliki orangtua yang sayang padanya. Meskipun mereka bukan orangtua kandungnya.

Malam sudah sangat larut, tetapi Rean belum juga tidur. Ia berbaring sambil memandangi foto kedua orang tuanya.

"Pa, Ma, Rean kangen. Rean pengen ketemu kalian lagi. Rean pengen kita sama-sama lagi kayak dulu. Ya walaupun itu nggak mungkin, Rean cuma pengen ketemu kalian." Ucap Rean dalam hati.

"Rean akan berusaha cari kalian, Rean janji akan nemuin kalian lagi. Rean nggak berharap apa-apa, Rean cuma pengen ketemu kalian. Rean kangen kasih sayang kalian."

Rean tidak bisa membendung air matanya lagi. Ia menangis. Ia mengkhianati kodratnya sebagai laki-laki yang katanya kuat dalam apapun. Tetapi ia membuktikan jika lelaki juga lemah dalam urusan orang tua. Rean merindukan orang tuanya.

Sampai beberapa menit ia tertidur dalam tangisnya.


----------

Jangan lupa Vote:)

Salam sayang,

REANDRA

REANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang