01. Karakter

103 13 3
                                    

Mentari menyambut pagi dengan cerah begitu juga dengan keluarga Rean yang mengawali paginya dengan sarapan bersama.

"Pagi Bunda, Ayah, Sasa" sapanya ketika anggota keluarganya sudah berada di meja makan.

"Bun, nanti aku pulang agak sorean. Soalnya aku mau main sama temen-temen" ujar Rean kepada Bibinya. Ya, memang Rean selama ini memanggil Bibinya dengan sebutan Bunda. Karena Bibinya lah yang meminta agar Rean memanggilnya Bunda.

"Iya sayang. Tapi jangan terlalu malam kalau pulang" balas Bundanya sambil tersenyum hangat.

"Siiap Bu Boss. Janji deh nggak bakal pulang malem." Setelah itu hening karena mereka melanjutkan sarapannya.

"Abang" panggil Sasa ketika Rean ingin meninggalkan meja makan.

"Ada apa Sa?"

"Berangkat sekolah bareng ya. Tungguin Sasa bentar ambil tas di kamar."

"5 menit nggak ada lebih"

"Aelah bang bentaran doang"

"Iya bawel cepet deh. Perasaan ngomong mulu daritadi" ujarnya sambil mengacak rambut Sasa.

"Abaaaang. Berantakan lagi nih"

"Udah-udah kalian ini mau berangkat sekolah aja pake ribut" lerai sang Bunda

"Ini nih Bun, Abang ngeselin."

"Kan kamu yang duluan."

"Udah sayang, cepet ambil tasnya dan berangkat"

Jalan pagi ini terlihat sangat ramai. Entah karena mereka kesiangan atau orang kantoran yang gila kerja sehingga mengharuskan mereka berangkat pagi hingga pulang larut malam.

Mereka berangkat bersama karena Rean dan Sasa sekolah di sekolah yang sama. Rean merupakan kakak kelas Sasa setahun lebih tinggi.

Sekarang Rean sudah kelas XII yang artinya sebentar lagi lulus. Ia merupakan murid yang cerdas dan tidak pernah berbuat ulah. Karena Ia sadar diri siapa yang membiayainya sekolah.

Rian memiliki motivasi untuk sukses dan membanggakan Paman dan Bibinya. Serta untuk kedua orang tuanya yang entah dimana sekarang.

"Nanti setelah lulus sekolah Abang mau lanjut kemana?"

"Mau ikut beasiswa di Harvard University"

"Itu kan kampus terbaik di Amerika Bang" Ucap Sasa terkejut

"Iyaa. Kamu doain Abang aja biar bisa masuk Fakultas kedokteran di sana buat banggain Bunda sama Ayah"

"Siap Bang. Sasa doain terus deh. Tapi kalo masuk, Abang harus traktir Sasa ya?"

"Traktiran mulu"

"Iyaa dong. Kalo nggak mau yaudah, Sasa nggak bakal doain"

"Iyaa bawel. Sekarang cepet turun kita udah sampai"

Setelah Sasa turun dari motor ninja merah Rean dan meninggalkan Rean di parkiran. Saat itulah Rean akan berubah menjadi sosok yang pendiam, cuek dan dingin. Ia melangkahkan kakinya menuju kelas dan duduk dibangku sambil mengeluarkan buku pelajaran pertama untuk dipelajari.

Tidak lama kemudian, teman-temannya Ijal, Ando dan Kenzo datang dan mengacaukan acara belajarnya.

"Wassap Broo. Gimana nanti, lo udah izin ke orang tua lo? Boleh kan kita main?" Tanya Ijal kepada Rean

"Iyaa. Ntar gue berangkat."

"Asiikk" Ucap Ando dengan nada gembira tetapi dibuat-buat seperti anak kecil yang mendapatkan permen

"Aji kemana?" Tanya Rean

"Biasalah tuh anak palingan kesiangan lagi."

Bel berbunyi menandakan pelajaran pertama akan segera dimulai. Tetapi Aji tak kunjung datang. Teman-temannya mulai belepotan menghubunginya. Tak ada satu balasan dari Aji.

5 menit setelah bel. Bu Pur sebagai Guru Bahasa Indonesia yang super kiler mereka datang dan membuka pelajaran dengan berdoa.

Saat guru menjelaskan, Aji baru datang dan melihat di kelas sudah ada guru. Bukan Aji namanya kalau tidak memiliki akal banyak.

Ia segera masuk dengan gaya seperti maling yang beraksi saat guru menulis di papan. Tetapi nasib baik tidak datang kepadanya. Bu Pur melihat aksi Aji dan wajah guru itu berubah seperti harimau yang mendapatkan mangsanya.

"Dari mana saja kamu baru datang? Jam berapa ini, hah?

"Maaf Bu, tadi malam saya habis begadang liat karma. Seru deh Bu, episode tadi malam tentang kang pecel pesugihan Bu. Ibu nggak liat? Wah sayang banget"

"Apa-apaan kamu. Sekarang ikut saya ke lapangan. Cepat"

"Iya Bu iyaa. Selow aja, sandal aja ada yang selow masa Bu Pur yang cantiknya naudzubillah nggak bisa selow"

"Itu Swallow sayang" sahut Ijal. Dan tawa pun terdengar disetiap sudut ruangan kelas.

"Udah diam semuanya. Kalian buka LKS halaman 49 dan kerjakan soal pilihan ganda beserta uraian 1 sampai 15 di buku tulis. Dikumpulkan setelah istirahat! Sekarang kamu ayo ikut saya." Ucap Bu Pur tegas.

"Yah Bu kok gitu sih. Nggak adil Bu"

"Kok kita suruh ngerjain Bu? Kan belum dijelasin"

"Gara-gara Aji kita disuruh ngerjain"

"Bu.. nggak bisa gitu dong. Jelasin dulu"

"Aji bangke"

"Aji bege"

Begitulah kira-kira protes dan makian siswa-siswi di kelas XII IPA 3

Setelah bel istirahat berbunyi. Rean, Ando, Kenzo dan Ijal menyusul Aji di lapangan. Mereka tahu bahwa Aji bakal di hukum hormat di bendera sampai jam istirahat selesai. Karena memang Aji lah yang berlangganan terlambat datang ke sekolah.

"Lo sih datang terlambat mulu. Pasti alasannya nonton koko Roy Kiyoshi. Lagian apa bagusnya sih acara begituan?" Ujar Ando dengan nada sedikit kesal

"Lo sih nggak pernah nonton. Kalo lo nonton pasti ketagihan. Gue awalnya juga nggak suka, cuman gara-gara nyokap gue suka nonton acara itu jadi gue ketularan."

"Dasar bege" Balas Kenzo

"Asal lo tau aja ya. Di karma itu koko Roy ganteng banget sumpah. Maco. Gemesin tau nggak. Gue aja pengen nyubit pipinya pake tang"

"Serah lo dah bodo amat." Sahut Ijal

"Beliin minum dong. Gue haus nih dari tadi pagi habis sarapan belum minum"

"Ogah, mati aja lo sono"

"Jahat banget sama temen sendiri"

"Ayo kita ke kelas" Ajak Rean

"Wah nggak solidaritas banget sih, Re"

"Kalo gue tolongin lo, ntar gue juga kena hukuman Ji" balas Rean

"Yaudah awas aja ya lo. Temen lucknut emang lo pada"

"Selamat menikmati hukumanmu mas Aji" ucap Kenzo, Ijal dan Ando berbarengan saat mulai meninggalkan tempat Aji dihukum sambil melambaikan tangan ke arah Aji. Namun tidak dengan Rean. Dia cuek dan terus berjalan menghiraukan teman-temannya dibelakang.

REANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang