01

36 4 68
                                    

"Tuan, pertemuan akan diadakan 15 menit lagi." Sekertaris Yoo berucap, mengingatkan tuannya yang saat ini sedang asyik dengan samsak tinjunya.


"Baiklah, aku akan segera bersiap."



Sekertaris pribadi Taeyong—sekaligus pelayan pribadinya sejak Taeyong masih kecil— hanya menggeleng kecil melihat tingkah tuannya yang sama seperti dulu; Acuh, dan selalu pasrah dengan kemauan sang ibu.

.

.

Selama ini, Jena pergi ke London untuk melanjutkan sekolah menengah atas. Sehingga memaksanya menjalani hubungan jarak jauh dengan Mark Lee—kekasihnya.




5 bulan berlalu. Hubungan mereka berjalan baik.



Sampai akhirnya, entah apa yang terjadi dengan Jena sehingga ia lost contact begitu saja dengan Mark. Mark bingung. Dia begitu mencintai Jena.



Hari demi hari silih berganti. Mark menjadi remaja yang semakin tampan.



Tapi sayang,


Hobinya berganti pasangan dan tempatnya bermain melepas penat hanya club.







Tidak ada lagi Mark Lee yang begitu setia dan mencintai pasangannya.



4 tahun lamanya. Akhirnya Jena memutuskan kembali ke tanah air. Begitu rindu dan ingin bertemu seseorang kekasih masalalunya

Yang sampai sekarang pun masih begitu dicintai.

.

.

Minseo pergi mengunjungi restoran yang biasa menjadi tempat ketemuan dengan sahabatnya sejak 6 tahun yang lalu.

Pandangannya mengedar mengelilingi restoran yang lumayan luas itu. Gadis cantik seumuran dengannya melambai dua kali—itu sahabatnya.


Melangkah, kemudian duduk dikursi kosong yang ada.

"Baiklah, cepat katakan intinya saja. Ada apa mengajak bertemu? Aku sedang sibuk bermain game asal kau tahu. Kau mengajakku keluar disaat yang tidak tepat." Melipat kedua tangannya didepan dada, tanda kesal.


"Baru sampai sudah dimaki-maki. Pesanlah makanan terlebih dahulu. Aku lapar."


Minseo melirik Jena dengan ekor matanya. "Traktir aku, ya? Kalau tidak aku pulang saja!"



"Iya, cepat duduk," kebiasaan buruk sahabatnya masih melekat ternyata. Minta traktir. "Aku ingin sedikit curhat."



"Ada apa?"








"Aku memutuskan mengakhiri hubunganku dengannya."

Hening.


Minseo berdiam sejenak untuk mengusir sedikit keraguan. Jena menatapnya sendu.



"Ah begitu.. Kau ingin tahu sesuatu?" Minseo mengetuk-ngetuk jari diatas meja.

Beritahu Jena tidak ada salahnya kan?

.

.

"Apa kau sudah melihat semuanya?"

"Maaf, Mark. Aku tidak sengaja mendengarnya. Maaf aku lancang memasuki apartemenmu tanpa memberitahu. Tadinya aku ingin memberi keju—"


Mark mendengus kesal. "Dengar. Setelah kejadian tadi. Apa kau masih ingin bertahan dengan perasaan konyolmu?"



Aerin mengerutkan alis, "Tentu saja masih. Aku.. Aku mencintaimu Mark."

"Hah.. Terserah."




Blam!

Mark melangkah menuju kamarnya. Dan membanting pintunya keras.






"Aku masih akan bertahan disisimu Mark. Aku mencintaimu,















walau mencintaimu begitu sakit. Karena kau mungkin hanya menerimaku sebagai pelampiasan."

.

.

Bingung tyda? Rumit tida?😂
Gatau eh asal ketik aja, saia juga bingung soalnya :'v

Haruskah saia tag lagi? Add ke library aja ya story ini.

jenmi-mrkbbhhyyy

Can We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang