Bab 4: Mantanku, Milikku.

54 2 22
                                    

Gara-gara gue nggak sengaja ngomong ke Lisa di depan Rendi, "Mantanku, milikku." gue jadi berantem.

Ya wajar sih kalo pacar marah karena ceweknya bahas-bahas mantan, tapi ini Rendi loh, jadi gue rada heran kenapa dia sensian banget. Padahal biasanya dia pemaaf, hal besar bisa jadi kecil kalo sama dia. Makanya gue pacarannya enjoy dan langgeng.

Gue mau mikir dia PMS tapi dia laki. Kayaknya otak gue beneran kopong, deh.

"Ren jangan marah doooooong."

Gue jarang banget yang namanya ngerengek gitu di depan dia. Alah, manja-manjaan sama dia paling digetok sumpit. Masih inget, kepala gue yang hampir copot waktu kita makan di kantin?

Emang sadis Rendi yang satu ini, tapi gue sayang.

"Aku nggak marah." dia ngomong pelaaaaaan banget, dan dia ngomong sambil dribble basket tanpa liat ke arah gue.

Gue udah berkali-kali mau ngasih dia air minum, tapi dari dua jam yang lalu, Rendi nggak berenti-berenti mainnya. Gue juga udah kepanasan nungguin di pinggir lapangan, gabut pula. Nggak tau harus ngapain, ngebujuk yang namanya Rendi itu emang susah, dia punya kepribadian keras kepala, pendirian kuat, padahal hatinya lembut banget.

"Pulang sana, di sini panas." lagi-lagi, dia ngomong tanpa melihat ke arah gue. Gue bisa liat Rendi udah mandi keringet, dalam hati udah mohon dia berenti karena gue nggak mau dia iteman. Kan sayang gantengnya.

"Biasanya juga aku tungguin kan?"

Abis itu udah, nggak ada yang diomongin lagi sama dia. Tiba-tiba dia berhenti main, terus jalan ke arah gue yang dikelilingi botol air mineral dan tas punya dia. Gue udah seneng, udah hampir senyum tapi ketahan karena dia tiba-tiba ngambil tasnya terus jalan ke arah pinggir lapangan di seberang gue.

Posisinya kita sama-sama duduk, berhadapan.

Tapi jauh.

Mata Rendi nggak lepas dari gue. Bahkan saat dia minum, dia masih berusaha buat liat ke arah mata gue. Dia. Serem. Banget.

Gue nggak tahan, pacarannya kita emang enjoy dan nggak terlalu romantis, biasa aja. Tapi marahnya Rendi bener-bener bikin gue gelisah setengah mati. "RENDI, MAAF!!!"

Jelas dia denger, dan raut muka dia nggak berubah, masih datar sambil ngeliatin gue. Disaat begini, gue sangat kepingin dia senyum. Nggak apa-apa gue mabuk juga, asalkan nggak didiemin kayak kacang goreng. Rasanya gue pengen nangis. Karena gue tau pasti gimana perasaan Rendi.

Gue paling nggak seneng kalo dia update foto kita berdua terus tag instagram gue. Makanya dia nggak pernah lakuin itu lagi, dengan syarat setidaknya ada satu foto gue di instagramnya biar semua orang tau kalo gue milik dia. Gue nggak suka hubungan yang terlalu diekspos, gue lebih suka kita berdua, ya kita aja. Mereka nggak perlu tau. Gitu loh.

Dia yang pacar gue aja, gue jarang ngakuin 'he is mine', tapi dengan gampangnya gue bilang kalo mantan gue adalah milik gue.

Jadi gue tau Rendi kecewa banget. Makanya gue gelisah.

"Ayo pulang." gue rasanya mau nangis aja waktu dia narik tangan gue buat pulang. Lembut.

Gue bisa liat, dia narik sudut bibirnya walau sedikit. Hampir nggak keliatan. Jadi sampe rumah, gue tahan airmata yang sebenernya nggak mau gue keluarin ini. Gue udah mikir yang macem-macem. Putus, break, gantung, nggak ada kabar, Rendi menjauh, semuanya berkeliaran di otak gue.

Apalagi pas sampe rumah, dia yang biasanya ngajak Mama ngobrol dulu, ini malah langsung cabut. Nggak bilang apa-apa, nggak ada lagi cengiran khasnya, cuma datar.

Langsung ambruk ketika sampe di kasur, bingung dan gelisah, dua hal yang paling mendominasi saat ini. Kenapa dia harus senyum sebegitu kecilnya, dan semarah itukah dia cuma karena mantan gue?

Rasanya gue udah mulai masuk ke level bucin.

Gelisah itu rumit, nggak tau gimana cara ngilanginnya.

Karena itu gue bengong. Pikiran gue melayang ke arah Rendi yang mungkin masuk jajaran mantan.

Sampai akhirnya, bunda manggil. "REA INI ADA TEMEN DATENG!"

Pasti Anlin. Gue inget dia ngajak jalan hari ini. Tapi dua detik gue melirik kaca, amburadul. Gue cepet-cepet ngambil sisir dan liptint. Gue pakai biar nggak keliatan pucet.

Udah lumayan.

Setelah gue keluar, kalian tau apa yang gue liat sampe bikin gue melongo dan mata gue berair?

Pacar ganteng gue udah masang muka datar di depan pintu. Gue kira bunda udah nyuruh duduk, ternyata dia masih berdiri.

Mata gue mulai panas, karena itu gue nunduk terus-terusan. Gue nggak ngerti apa yang bikin Rendi dateng lagi ke rumah.

Dan gue lebih nggak ngerti kenapa cowok ganteng di depan gue ini tiba-tiba naruh kepala gue di dadanya. Nggak ada perlakuan kasar, nggak ada phsyco yang mau buntungin kepala boneka.

Dia meluk gue. Sempurna suaranya menyeruak ke telinga. "Daritadi aku udah mau meluk kamu, tapi aku sadar kalo aku keringetan."

Tambah mau nangis aja gue dengernya. Apalagi pas tangan dia ngelus lembut kepala gue, gue udah nggak bisa berkutik.

"Aku tadi pulang dulu, mandi dulu sampe wangi biar bisa meluk kamu."

"Maaf ya tadi kasar, aku cuma pengen kamu tau kalau aku juga bisa marah."

"Tadi aku nggak mau terima minum dari kamu, karena sebetulnya kamu juga butuh minum itu. Kamu kepanasan."

"Kalau ada yang bikin kamu nggak nyaman bilang, kalau kamu bosan, cerita. Aku ada untuk itu."

Gue iyain dalam hati, karena udah nggak sanggup ngomong apa-apa. Rendi is the real definition of angel.

"Dan terserah kalau kamu bilang mantan kamu adalah milikmu." tiba-tiba gue menegang karena dia bahas yang ini. Pelukan dia mulai mengendur, tangannya megang bahu gue supaya nggak kemana-mana. "Karena yang terpenting adalah kamu milik aku. Cuma aku."

Oke, Rendi, oke. Lo berhasil bikin gue beneran ngerasa bersalah.

Tanpa sadar gue mengangguk. "Iya, aku milik kamu, Ren. Selamanya cuma kamu."

****

Rea instagram update.

Rea

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rea.yu_ MINE.

liked by 2534 others

Comments are disable for this post.

***
A/N: Yaampun maaf ya cheesy banget, sumpah aku gabisa bikin yang romantis.

Aku masih kecil dan aku JOMBLO.

Keep voment if you like. Thankyou♥

-ce_real's Jea.

MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang