Gadis itu sudah tidak berlari lagi, berjalan sambil memakan eskrimnya. Di tangannya ada secarik kertas bertuliskan alamat lengkap tempat odading berada, jangan sampai nyasar dong.
"Mana yang katanya ngantri? Beruntung emang, rejeki anak soleha"
Matanya memicing, senyum muncul di bibirnya. Pada akhirnya kakinya menapak didepan toko yang dituju.
"Halo mbaak!" ia menggebrak meja, tanpa sadar mendorong pelan seorang lelaki disampingnya. Sekarang pria itu tersingkir paksa.
"Dasar anak kecil, gak tau sopan santun" vokal rendah milik lelaki itu terdengar geram.
'Bodo amat, gak kenal' gadis itu tak terganggu.
"Selamat siang, mbak.." si penjual tersenyum ramah.
"Panggil aja Vivi, belum mba mba soalnya"
Si penjual cuma tersenyum menanggapi ucapan Vivi.
'Padahal gak ada yang tanya nama dia' gumam lelaki yang masih kesal melihat gadis tak jelas disampingnya ini, mana seenak jidat mengambil tempatnya. "Masa iya harus dipanggil mas" cibir lelaki itu.
Vivi hanya menggidikan bahunya, tak peduli dengan cibiran lelaki dengan postur tinggi disampingnya. Vivi diam-diam mengamati lelaki itu, kelihatan sudah berumur dari penampilannya atau paling tidak seumuran omnya.
Si lelaki membawa seekor anjing bersamanya, dia tipe perjaka tua yang kesepian dan hanya hewan peliharaan yang menemani kehidupannya, begitu kesan pertama Vivi.
'Pantes kaku kaya kanebo kering' Vivi mendecih, pandangannya beralih pada si penjual yang tengah memasukan beberapa odading kedalam box.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vivi ♡ mini-work ✔
Fanfiction"Vivi" "Apaan sih om manggil-manggil?" "Saya manggil anjing saya, bukan kamu"