Sega mengecek wajah yang menunduk tersebut dengan kepalanya yang ikut ia tunduk menyamakan tinggi.
Vivi mengangkat wajahnya, bisa Sega lihat dengan jelas hidung Vivi yang merah.
"Padahal aku tadi lari-larian kesini buat beli, aku udah berusaha cepet kok" Vivi mengusap-usap pipinya.
Sega hanya memandangi Vivi, Vivi kelihatan lebih kaya anak kecil lagi pas nangis gini. Matanya beralih pada lutut Vivi, ada goresan disana. Biasanya orang sampai jatuh gara-gara lari, mungkin Vivi tidak berbohong, pikir Sega.
Usai memastikan orang-orang sudah ke fokus semula dan tidak lagi memperhatikan mereka, Vivi keluar dari mobil Sega.
"Vivi" panggil Sega.
Vivi memilih meneruskan membuka pintu mobil Sega.
"Saya manggil kamu, bukan anjing saya"
Tangan Vivi terhenti, ia menoleh ke arah Sega.
"Maaf" Sega meletakkan tangannya di pundak Vivi, mengusap lembut dengan ibujarinya.
Vivi masih sibuk menghapus airmata yang berjatuhan secara nyicil di pipinya. "Saya gak tau usaha kamu untuk sampai sini" Sega mengambil kotak odadingnya, membukanya lalu menyodorkan ke depan Vivi. "Mau berapa? ambil" Sega meraih tisu di dashboard.
"Udah nangisnya" tanpa diduga tangan Sega turut mengusap pipi Vivi.
Vivi masih diam dan menatap lekat wajah didepannya, takut ia dapat kalimat tidak mengenakan lagi.
Sega tersenyum, baik, jadi begini bentuk senyumnya.
Vivi baru tahu dan baru lihat. Bahkan Vivi berpikir orang ini tidak bisa tersenyum.
Kali ini Vivi baru berani mengambil satu odading yang disodorkan Sega namun dengan mata yang masih fokus mengawasi raut wajah Sega.
"Satu aja" ucap Vivi pelan.
Sega mengangguk, ia mengambil air mineral kemudian menyodorkan satu untuk Vivi.
"Makasih ya om" Vivi mulai menggigit odadingnya.
"Sama-sama"
Sega mengambil satu odading untuk ia makan juga, "enak?" terlebih dahulu meminta review Vivi.
"Eeeenak" Vivi mengangkat satu jempolnya.
Sega terkikih sambil memasukkan odadingnya kedalam mulut tanpa ragu.
Keduanya makan odading bersama.
"Rumah kamu dimana? Biar saya anter pulang"
"Ada om, masuk belokan belokan"
"Iya dimana itu?"
"Jl. Psycho, Blok Kokobop. Om tau?"
"Tau"
"Eh tapi jangan dianterin pulang om, nanti ngerepotin"
"Lutut kamu luka kan? Masa jalan kaki"
Vivi cengengesan, "ya udah kalau om maksa"
Sega membuka pintu mobilnya, tak lama kepalanya muncul di jendela. "Tunggu sebentar"
Vivi dibuat penasaran melihat Sega yang berlalu, jadi mau kemana dulu om om itu?
Sega kembali dengan kantong kresek kecil di tangannya, menutup pintu mobil lalu membenahi posisinya. "Mau pake ini kan?" Sega mengeluarkan plester dari dalam kantong kreseknya, menyobek bungkusnya dan siap menempelkan diatas luka.
Vivi mengangguk "iya om, mau kok"
Sega menempelkan plester tersebut di lutut Vivi, menutup luka ringan tersebut.
Vivi tersenyum "ih~ om perhatian banget ya"
Sega hanya memasang ekspresi datarnya, "pakai sabuk pengamannya"
Pada akhirnya Vivi diantar pulang oleh Sega, ia turun dengan kantong kresek kecil berisi snack ringan dan dua odading. Kata Sega barangkali Vivi masih mau lagi sesampainya di rumah nanti.
"Dadah om~ sampai ketemu nanti" Vivi melambaikan tangannya tinggi-tinggi, ia menghilang diantara belokan jalan meninggalkan Sega yang masih memperhatikannya lewat kaca mobil yang terbuka.
"Vivi, ada Vivi lain yang juga menggemaskan kaya kamu" Sega mengelus bulu lembut dipangkuannya. "Tapi dia menyebalkan, tetep kamu Vivi kesayangan saya"
END
lho capter ini gak kepost? wkwkw ini di draft aja lho padahal udah direvisi jugak
maaf:( happy reading!
KAMU SEDANG MEMBACA
Vivi ♡ mini-work ✔
Fanfiction"Vivi" "Apaan sih om manggil-manggil?" "Saya manggil anjing saya, bukan kamu"