d u a

34 16 17
                                    

"Kalo mau ngomong, cepet. Jangan matung kayak orang  bego."

*****

Rasya membanting tasnya di sofa ruang tamu lalu melirik jam yang berada di dinding di hadapannya. Jam menunjukkan pukul empat sore. Setelah hening sejenak, terdengar bunyi perutnya menandakan lambuungnya minta diisi. Dengan cepat ia melangkah ke dapur dan mengambil beberapa biskuit yang terdapat di lemari penyimpan makanan.

Ia berjalan balik ke sofa sambil menggigit ujung biskuit tersebut.

Drrtt. Handphone nya bergetar. Dengan sigap, Rasya merogoh saku roknya dan melihat notifikasi yang muncul di layar. Pesan dari Kayla. Rasya pun membukanya.

"Sya,  gue dapet nomornya Kak Razan dong!!"

Rasya menautkan alis. Jujur, ia tidak terlalu peduli dengan cowok-cowok di sekolah, tidak seperti teman-temannya yang lain yang sangat antusias jika sudah bergosip tentang cowok, apalagi jika cowok tersebut termasuk golongan cogan.

"Terus knp?"

Rasya mengirimkan balasan tanpa peduli. Sampai sekarang ia masih heran, bagaimana orang-orang bisa mengagumi, bahkan menyukai sosok yang kasar, sombong, jutek, berandal, dan sebagainya. Ya walaupun Rasya sendiri mengakui bahwa Razan itu tampan. Sangat tampan malah. Tapi tetap saja.

Tanpa menunggu lama, datang balasan dari Kayla.

"Ck. Lu bener-bener gak tertarik ya sama yg namanya cowo? Aneh."

"Biasa aja sih."

Setelah mengirimkan balasan yang bisa terbilang singkat, Rasya merebahkan dirinya di sofa, sambil memasang earphone pada kedua telinganya dan memutar lagu kesukaannya.

Baru sekitar 10 menit Rasya menikmati alunan lagu favoritnya, handphone nya kembali bergetar. Diliriknya notifikasi yang tertera di layar, ia pikir Kayla kembali mengirimnya pesan, ternyata bukan. Itu adalah notifikasi dari salah satu media sosialnya -- instagram.

"@ezra.alveno started following you."

Matanya membelalak sambil mengernyitkan dahinya, napasnya seketika memburu dan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Dengan cepat dIhempaskan kembali handphone nya ke sofa dan Rasya dengan cepat pergi menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Satu notifikasi sederhana benar-benar membuat moodnya hancur.

***

"Aduh! Kesiangan, lagi!" sentak Rasya kaget, reflek melompat dari tempat tidurnya. Ia melirik ke jam dinding yang menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, sementara bel sekolah aka berbunyi pukul tujuh.

Dengan gerakan lebih cepat dari cahaya, Rasya berlari masuk ke kamar mandi dan dalam lima menit ia sudah keluar, dengan sigap mengambil seragamnya yang tergantung di lemari.

"Neng, mau sarapan dulu ngga?" Tanya Bi Ina dari dapur.

"Gak usah, Bi. Udah telat nih. Kok bunda gak bangunin aku sih?" Tanyanya balik sambil bergegas menuruni tangga dan menyambar kaos kaki yang tergeletak di sofa dan dengan cepat memakainya.

"Nyonya sama non Vanessa pergi tadi pagi neng, kayaknya sih ke ngurus kuliahnya non Vanessa."

"Oh yaudah deh, Rasya berangkat dulu ya." Ucap Rasya sambil mengikat tali sepatunya. Ia berlari menuju gerbang depan rumahnya, kepalanya celingak-celinguk mencari keberadaan supirnya--Pak Toni. Rasya melirik jam tangannya dengan panik lalu memutuskan untuk menelepon Pak Toni.

"Halo."

"Bapak dimana? Kok di depan gak ada?" Tanyanya buru-buru.

"Loh, neng belom dikasih tahu nyonya ya? Saya hari ini nggak bisa dateng neng, nungguin istri saya lahiran. Maaf ya," Rasya menghela napas mendengar jawaban dari seberang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Double RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang