Gaduh

42 6 0
                                    

"Ternyata kamu berisik, ya." ucapnya setelah 120 detik saling membisu.

"Hah? Kan dari tadi aku diam disini."

"Ada kamu di kepalaku, berlarian kesana-kemari. Gaduh banget sih."

"Apa sih?"

"Kamu nggak bisa diam, ya?"

"Aku diam dari tadi."

"Kamu diam di depanku aja berisik banget. Bisa bayangin nggak bagaimana rasanya kalau kita berjarak?"

"Kamu ngomong apa sih? Aku tuh dari tadi diam."

"Berisik."

"Ihhh! Ya udah aku pergi."

"Jangan. Kamu makin berisik kalau jauh."

"Terus aku harus gimana?"

"Biarin. Aku suka. Di kepala ku isinya kamu semua, rame. Tapi berisik."

"Kenapa nggak di usir aja?"

"Sudah pernah. Tapi nggak mau pergi."

"Udah dong. Bukankah selama ini sudah cukup banyak waktu untuk kita saling lupa?"

"Kamu sudah lupakan aku, ya?" tanyanya.

"Sudah. Dan kamu juga harus segera sepertiku!" tegasku untuk meyakinkannya.

"Tidak. Aku tidak tahu caranya."

Tuan, maaf aku telah menjadi pengecut dihadapanmu.
Ada ribuan rindu yang selama ini menggenang di langit kamarku.
Ia seperti rintik hujan yang siap jatuh ke permukaan.
Dan setiap tetesnya adalah namamu.

Kekasih, kita adalah dua sunyi yang saling menghantui.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dongeng KalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang