🍁🍁🍁
Jisoo menatap nanar sebuah potret besar yang terpajang di dinding tepat dihadapannya. Hanya kekosongan yang tersisa. Potret keempat orang yang biasa disebut keluarga itu kini hanya hiasan, benar-benar hiasan.
"Aku ingin foto itu dicopot secepatnya!" Suara itu menginterupsi kegiatan Jisoo, membuatnya mendecih sambil memutar bola matanya jengah.
Orang bilang wanita yang berumur tiga puluh tahun dengan gaun merah ketat itu adalah Ibu tirinya, Jisoo bahkan tak sudi mengakui keberadaannya dirumah ini.
Rumah yang dulunya hangat ini berubah menjadi semacam arena pertarungan nonfisik, saling sindir, adu domba, kebohongan, memuakan. Sejak kepergian Ibu kesayangannya, dan kedatangan wanita yang entah dari mana asalnya itu.
"Kau mau kemana?" Wanita itu kembali bersuara setelah menyuruh pelayan yang sedari tadi dihadapannya untuk pergi.
Jisoo menghentikan langkahnya, tersenyum remeh. Tanpa berminat untuk menanggapi dia malah mengeluarkan ponselnya.
"Kak Jin? Aku akan pergi, kakak jangan mengkhawatirkan ku. Aku pastikan aku baik-baik saja." Jisoo menghubungi satu-satunya orang yang dia percaya dan masih dia akui sebagai keluarga, Kim Seokjin kakaknya.
"Hey! Aku bicara padamu, bodoh!" Lagi, wanita bernama Song Hyerim itu berteriak meruntuknya.
'Peduli setan!' - kjs
Jisoo mengabaikannya untuk kesekian kalinya, dia memilih untuk mempercepat langkahnya menuju pintu keluar. Namun sialnya, saat membuka pintu dia malah berhadapan dengan pria paruh baya yang dulu dengan senang hati dia sebut, Ayah.
"Kau mau kemana, Kim Jisoo?" Suara itu bertanya tegas meminta jawaban. Jisoo hanya diam, dia berusaha melangkah untuk meloloskan diri.
Namun, drama sudah kepalang dimulai. Hyerim datang menghampiri mereka dengan wajah memelas dan suara parau seolah meminta iba.
"Jisoo-ya, kau kemana? Jangan abaikan aku seperti ini." Jisoo mendecih muak mendengar suara itu, hal itu membuat Ayahnya langsung mendelik kearahnya.
"Kenapa kau mengabaikan Ibumu?" Tuan Kim bertanya setengah menggertak, Jisoo tak gentar malah terkekeh pelan mendengarnya.
"Ibu? Siapa yang anda maksud? Maaf, aku hanya punya satu Ibu dan dia sudah meninggalkan dunia ini." Jisoo menyahut ringan.
"KIM JISOO!" Tuan Kim membentak.
Jisoo sempat bergetar mendapatkan suara keras Ayahnya, matanya terasa perih begitu saja. Dia tidak suka dibentak, Ayahnya dulu tidak pernah membentaknya untuk hal sekecil ini yang bahkan tak Jisoo sesali sedikitpun.
Jisoo membalas tatapan Tuan Kim tak kalah nyalang, walau maniknya dilapisi lapisan air yang menggenang.
"Selamat tinggal, Tuan Kim!" Pungkas Jisoo sebelum membuka dengan lebih lebar pintu kayu itu, membuatnya terbanting kasar.
🍁
Jisoo menatap kosong lapangan basket dihadapannya, hanya duduk diatas bangku beton di tepian lapangan. Sendirian.
Langit biru berhiaskan warna jingga yang begitu kentara, matahari juga sudah siap kembali ke peraduannya.
Grep
Sepasang tangan menutup kedua matanya, Jisoo refleks memegang tangan itu. Dia terkekeh pelan karena mengetahui siapa pemiliknya, dugaannya semakin kuat saat hidungnya mulai mencium parfum familiar itu.
"Kim Mingyu bodoh!" Jisoo mengejek.
"Yak!" Pria yang sebelumnya tertawa tanpa suara itu kini malah memberengut begitu mendengar kalimat pertama yang Jisoo lontarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jisoo's 🌸 | Jisoo ft Boys
AcakJisoo's oneshoot story compilation~~ Jisoo x Boys 💜 Started : 25th May 2018 ©Hitchoo - 2018