Empat

97 8 8
                                    

Yang di mulmed visual dari Bianca⬆⬆

Happy reading!!😘
Vote dulu dung, biar authornya semangat😂

🍁 🍁 🍁

Seminggu telah berlalu, Bimo dan Rina pun harus kembali bekerja ke Malaysia meninggalkan kedua anak mereka. Ada rasa tak tega meninggalkan anak-anaknya, tapi mau bagaimana? Proyek-proyek besar sudah menanti mereka.

"Mamah sama papah hati-hati disana, istirahat yang cukup, jangan kerja terus nanti sakit," ucap Bianca dengan suara bergetar menahan bulir bening yang sudah membendung di pelupuk matanya.

"Harusnya mamah yang bilang begitu, kamu harus jaga diri baik-baik, jangan jadi anak cengeng karena kamu anak mamah yang kuat juga manja." ucap Rina sambil membawa Bianca kedalam hangatnya pelukan seorang ibu. Air mata kedua perempuan itu sudah mengalir deras, sedangkan Bimo sedang menasihati anak laki-lakinya. "Kamu sekolah yang bener, jangan keseringan bolos ya! Jaga adik kamu dengan baik, papah dan mamah bakal pulang secepat mungkin biar kita bisa kumpul bareng."

"Iya pah, aku bakal sekolah yang bener. Aku juga bakal jagain Bianca," ucap Ezra lalu memeluk Bimo.

Setelah orang tua mereka memberikan nasihat-nasihat untuk anaknya, mereka berempat berpelukan menikmati rasa kebersamaan sebelum berangkat.

"Papa sama mama berangkat ya sayang," ucap Bimo kepada dua anaknya lalu mencium mereka satu persatu. Bianca dan Ezra hanya mengangguk, "bu, mobil sudah siap! Apa kita berangkat sekarang?" ucap supir keluarga mereka yang bernama Firman.

"Iya, ayo pah!" ajak Rina kepada Bimo.

Dan mereka memasuki mobil, sambil melambaikan tangan kearah Bianca dan juga Ezra. Setelah mobil kedua orang tuanya tak terlihat, Ezra menarik Bianca ke dalam pelukannya. Mengusapi rambut pirangnya dan sesekali mencium kening adiknya agar tangisnya mereda dan mencoba memberikan ketenangan.

"Kita masuk ya.." ajak Ezra kepada Bianca sambil mengusap jejak air mata di pipi mulus Bianca. "Jangan nangis lagi, oke?" lanjutnya.

Bianca hanya mengangguk dan masuk kedalam bersama Ezra yang merangkulnya secara posessif, seakan Bianca adalah sebuah porselen yang mudah rapuh jika tidak dijaga baik-baik.

🌚 🌚 🌚

Malam semakin larut, tapi Bianca tetap tidak bisa tidur. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi, bagaimana pun besok ia harus sekolah.

Suara air yang bersentuhan dengan tanah diselingi kilatan petir dan suara menyeramkan itu terus mengganggu Bianca, dia paling tidak bisa tidur bila diluar hujan karena munurutnya itu sangat mengganggu dan juga menakutkan.

Ceklek..

Bianca terlonjak kaget karena pintu kamarnya terbuka secara tiba-tiba. "HUAAAAAAAAAA," Bianca berteriak histeris. Namun tiba-tiba lampunya menyala membuat Bianca menyembunyikan seluruh tubuhnya di bawah selimut.

"Caa, i--"

JLEGERRRRRR

"HUAAAAAAAAAA.. hiks.. hiks.." suara dari seseorang tersebut tersamarkan oleh suara petir diluar sana, membuat Bianca tambah ketakutan.

Seseorang yang mendengar Bianca menangis pun langsung menyibakkan selimut yang menutupi tubuh Bianca.

"Kak Ezra?" tanya Bianca.

"Iya, ini gue! Lo kira gue setan pake ngumpet segala," ketus Ezra. "Udah, jangan nangis! Lo takut kan? Makanya gue kesini.." sambungnya.

"Lo tidur disini kan?" tanya Bianca, ooh bukan! Bukan bertanya melainkan sebuah kalimat yang melontarkan permohonan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BIANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang