dua lelaki berperawakan tinggi dan mungil itu tengah berpelukan. sesekali keduanya tertawa kecil sembari menikmati sensasi angin malam yang menggelitik pada permukaan kulit keduanya.
lelaki yang lebih kecil itu bersandar lalu melingkarkan kedua lengannya pada pinggang lelaki lainnya.
"guanlin..."
sang empunya nama menoleh kepada lelaki manis itu. senyuman dibawah terang rembulan menambah kesan tampan pada wajahya.
"ya, sayang?" tanyanya lembut.
di usapnya rambut sang kekasih yang menutupi muka manisnya lalu dikecuplah dahinya.
lelaki mungil itu terkekeh geli, sambil mengeratkan pelukannya. detik berikutnya, ia tersenyum gentir.
"kau tahu kan. aku benar-benar harus pergi."
deg
tertampar oleh kenyataan bahwa sekarang semua tidak sama lagi. keduanya merenggangkan pelukan lalu saling bertatapan.
"tidak akan pernah, hyungseob."
lelaki itu—hyungseob menghembuskan nafas kasar. ia menatap wajah guanlin dengan penuh harapan.
"aku tak akan pernah bisa pergi kalau kau terus begini, guanlin."
berusaha membujuk sang kekasih, hyungseob mendekatkan dirinya dengan guanlin dan menggengam tangannya erat.
"aku mohon.."
guanlin menatap datar kearah hyungseob. tanpa berkata apapun, ia melepaskan genggaman tangan hyungseob dan memutar badan, lalu meletakkan dirinya tepat diatas kasur besar itu.
setelah menempatkan dirinya diatas kasur, ia bebalik—membelakangi tempat dimana hyungseob berdiri sembari memandang kearahnya.
hyungseob tersenyum sembari menatap punggung kekasihnya itu.
"terima kasih, guanlin."
°never mine°
jarum jam tengah menunjuk kearah angka tujuh.
cklek
pintu berwarna cokelat kayu itu terbuka, menimbulkan sedikit suara khas dari sana.
dengan langkah perlahan, lelaki itu memasuki ruangan bernuansa hitam abu-abu didepannya.
sebelum melangkah lebih dalam, ia memperhatikan sosok yang tengah terbaring dihadapannya.
setiap matanya menatap sosok itu, perasaan itu muncul kembali. perasaan yang menggelitik didada, terkadang terasa begitu memilukan. namun disaat yang sama, ia bertahan karena itu.
"guanlin-ah.. ini sudah pagi," ujar jihoon sembari menguncangkan tubuh lelaki itu.
tak butuh waktu lama untuk menunggu respon dari guanlin. perlahan ia membuka matanya lalu mendudukkan dirinya.
"selamat pa—""keluar."
jihoon tersenyum dan mengangguk. "cepatlah turun, aku akan menunggumu untuk sarapan bersama." setelah berujar demikian, sosok jihoon hilang dibalik pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
never mine -panwink (on hold)
Fanfiction'cause since the beginning, your heart was never mine. 📖 a panwink fanfiction ; lgl + pjh 📍 top guanlin! bottom jihoon! 📌 genre : drama, romance, lil bit sad, fiction. ⚠️WARN⚠️ ! yaoi (bxb) ! amateur author ! typos ! penulisan tidak sesuai EYD...