Suara gemuruh lalu lintas kota yg ramai, membuat kedua kakiku gemetar beriringan dengan lalu lalang kendaraan
Aku, duduk dengan kaki bersila dan tangan kanan yg memegangi sebuah buku di depan jendela kamar menatap dari dalam melihat seluruh kota dari lantai 7, Hotel Mentari berkelas, New York
Angin malam menerpaku dari celah celah jendela yg agak aku buka. Seakan mengelusku pelan, aku menatap sebuah gedung yg kosong, yg berada tepat di depan Hotel yg aku tinggali bersama keluargaku. aku belum mengerti apa apa pda waktu itu
Tok.. tok..
Suara seseorang mengetuk pintu kamar hotel yg aku tinggali
Kaki ku ku turunkan pelan dan aku berdiri lalu memulai langkahku dengan berjalan menuju pintu kamar Hotel, tak sempat aku melihat seseorang yg mengetuk pintu dari luar. Langsung ku buka pintu itu dengan pelan"Hai sayang! " sapa seorang wanita paruh baya, berumur 40 -45 datang dari balik pintu
" mama? " sapaku dengan perasaan senang dan sendu
" maafin mama ya nak, mama pulang telat hari ini " perjelas Mama ku dengan melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan hotel yg aku tempati.
Dan akupun mengikuti langkah mama ku, lalu akupun menutup pintu kamar hotel
"Iya ma, gak papa kok " jawabku dengan pelan sambil menunduk sedikit ke bawah.
Setiap hari aku memang selalu sendiri, di rumah, ataupun di Hotel
3 hari kedepan aku dan Mama akan tinggal di Hotel ini. Di karenakan pekerjaan mama yg dekat dengan hotel ini. Dan Papa ku yg biasa aku panggi Dad bekerja sebagai CEO di Indonesia, ya tempat kelahiranku
" kamu sudah makan sayang? " tanya mama sambil menatap kearahku
"Sudah " jawabku singkat sambil tersenyum
" yaudah kamu tidur sekarang ya. Mama mau mandi " Perintah mama sambil melepas jas nya dan berjalan menuju kamar mandi.
Aku hanya terdiam, tidak menjawab kata kata yg mama ucapkan. Aku menurut. Melangkahkan kaki menuju ranjang bewarna merah bata dengan meja kecil di samping kanan dan berdekatan dengan jendela yg aku duduki tadi.
Tidak langsung tidur, aku duduk di pinggir ranjang sambil menatap ruangan hotel yg aku tinggali ini dari sisi kanan hingga memutar dan menuju titik Kanan lagi dengan pelan. Entah beberapa hari ini aku sering melakukan aktivitas ini sebelum tidur. Ada perasaan aneh yg aku dapat setiap aku melakukan ini, aktivitas yang membuat jantungku bergejolak, walaupun hanya sebentar*alam bawah sadar
Panas..
Panas...
Panas....
Menyingkir!!!
Teriakku yg sontak membuat Mama terkejut dan langsung menghampiri aku yg terbangun di atas ranjang
" tenang sayang, itu hanya mimpi buruk " Kata kata mama dengan tangan kanan mengelus elus kepalaku.
Itu adalah sebuah mimpi, mimpi itu aneh. Aku bisa merasakan suhu panas yg makin lama makin mendekat dan makin bertambah panas. Namun itu hanya sebuah mimpi
Aku ketakutan, sebuih air mata mengalir jatuh dari pipiku. Mama mengelap air mataku dan memelukku dengan ke adaan duduk di samping ranjang.Deg..
Deg..
Detak jantungku yg kurasa kembali menjadi normal. Pelukan mama membuat aku menjadi lebih tenang.
"Tidur lagi ya?" Kata mama sambil menatap kearahku
"Tpi mama harus di sini juga " pintaku dengan nada pelan
Mama membalas permintaanku hanya dengan mengangguk dua kali. Mama langsung beranjak tidur di sampingku sambil kemudian memelukku.👞👞👞
Sinar mentari pagi datang dari balik kaca jendela, menerpaku dengan pelan dan hangat. Aku mampu merasakannya. Membuat kedua mataku terbuka sedikit demi sedikit dengan pelan, seakan membuat mulutku tersenyum kecil dengan otomatis. Tangan kananku meraba ke arah ranjang di samping kananku
Tidak ada? Itu hal yang aku rasakan. Aku menengok ke arah kanan, mencari seseorang, Mama." mama?" Sapaku dengan nada pelan ke arah wanita yg sepertinya sedang bersiap siap untuk pergi keluar ruangan
"Pagi sayang, mama mau berangkat dulu ya, klo mau sarapan udah mama siapin di meja " perjelas mama sambil memakai sepatu kantornya yg bewarna coklat gelap
Aku tidaj menjawab dengan kata kata. Mulutku masih menutup, hanya aku balas dengan mengangguk beberapa kali.
"Mama berangkat dulu, bye sayang" ucap mama sambil mencium keningku.
Aku hanya terdiam dan membalas dengan senyuman kecil. Aku menatap Mama yg semakin menghilang di balik pintu kamar hotel yg kembali di tutup
Perasaan aneh. Sedih, itu yg aku rasakan. Tidak ada gunanya aku ikut mama ke New York, lebih baik aku tetap di Indonesia, walau di sana aku hanya bersama bibikku/ asisten rumah tangga yg bekerja di rumahku yg biasa aku panggil Abik. Mamaku bilang aku harus ikut karena di rumah hanya ada abik, ayah terus bekerja bahkan jarang pulang walaupun pekerjaannya juga masih di Indonesia. Mama lebih memilih membawaku karena mama pikir ia masih bisa mengurusku di sini. Mama bilang aku juga harus liburan sebentar sebagai refreshing untuk kegiatan sekolahaku.
Keadaan kamar hotel ini kembali sepi. Aku berjalan melangkahkan kaki menuju rak buku buku. Ya, buku buku itu aku bawa dari rumah. Aku mulai memilah satu satu buku yg ingin aku baca. Namun, semua buku sudah aku baca. Aku membalikkan badan dan beralih berjalan menuju tempat ponselku berada. Aku mengambilnya. Namun tiba tiba..Panas..
Panas...
Suhu itu tiba tiba muncul dari belakangku seakan akan mirip dengan suhu yg ada di mimpiku semalam
Jantungku bergejolak. Hingga aku bisa mendengar suara detak jantungku yg mulai tidak normal. Aku masih menatap ke arah tempat ponselku berdiri. Aku tidak berani menengok ke belakang. Setetes keringat mengalir dari dahiku. Aku hanya terdiam membiarkan keringat keringat itu mengalir di tubuhku.
Hingga akhirnya aku beranikan diri. Mulai menata pikiranku kembali dan aku sedikit demi sedikit mengambil dan mengangkat ponselku.
Aku tidak berani untuk menengok ke arah belakang. Aku mengangkat ponselku yg belum aku nyalakan. Layarnya masih mati. Aku bisa melihat keadaan wajahku di layar ponsel yg seakan akan seperti cermin. Aku menggerakkan layar ponselku ke arah kanan dengan pikiran agar aku bisa melihat dari layar ponsel apa yg ada di belakangku tanpa harus melihatnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo
ParanormalIni bukan penyakit! Lalu kenapa harus aku? kenapa bukan mereka? Andai aku sudah tersadar dari dulu, mungkin aku tidak terkejut dengan semua ini Namun, hari demi hari aku mulai terbiasa dengan ini semua sampai aku tersadar untuk "Bersyukur" kare...