Rei POVSetelah kematian orang tua ku 2 tahun lalu, kakakku benar-benar jadi overprotective terhadapku. Ya, saat ini kami hanya memiliki satu sama lain, kami hanya tinggal berdua. Kami tinggal dengan harta warisan dari ayah dan ibu untuk keperluan sehari-hari. Bagi kakakku aku tidak ada yang lebih penting dariku, sejujurnya itu memang mengganggu. Tapi, aku juga tidak mau menyakiti perasaannya. Selama ini dia juga sudah bekerja keras mengurus rumah dan aku.
. . .
Tok tok tok!
Suara ketukan pintu itu membangunkanku dari mimpi indahku, aku membuka mataku dan melihat sinar matahari yang menembus jendela kamarku dan menerangi seisi kamar.
"Rei, buka pintunya. Nanti kamu terlambat sekolah, aku akan membantumu memakaikan baju!"
Yang benar saja, setiap pagi selalu begini. Aku ini kan bukan anak kecil lagi.
"Tidak usah, aku bisa sendiri!"
"Sudahlah tidak usah malu-malu, aku ini kan kakakmu!"
"Aku bilang tidak usah!"
"Baiklah, aku akan menyiapkan sarapan. Nanti kamu turun, ya kalau sudah selesai!"
"Iya!"
Terdengar suara langkah kaki kakak yang pergi menjauh dari pintu kamarku, kakakku itu terlalu berlebihan. Aku harus siap-siap, kalau tidak aku bisa terlambat ke sekolah.
-
Selesai mandi, aku memakai seragam sekolahku lalu memasukkan buku-bukuku sesuai jadwal ke dalam tasku. Setelahnya aku turun untuk sarapan bersama kakakku.
Kakakku sudah menungguku di meja makan, jadi aku langsung saja duduk di kursi yang berhadapan dengan kakakku. Kakakku menyajikan makanan yang masih hangat padaku, hm... baunya sangat enak.
"Makan yang banyak biar kamu cepet besar, hehe!"
Kakakku memeberikan senyum manisnya padaku, aku jadi merasa agak gemas melihat wajahnya yang tersenyum manis itu, hehe. Aku langsung menyantap makanan yang sudah disajikan kakakku dengan lahap, ahahah aku benar-benar lapar. Saat itu juga aku melihat wajah kakakku yang sudah tidak bisa tahan.
"Rei, kau benar-benar menggemaskan!"
Kakakku mencubit kedua pipiku, rasanya sakit.
"Ah... hentikan!"
Aku mencoba melepaskan diri, tapi percuma, kakakku tak memberiku celah sama sekali.
"Tidak bisa!"
"Lepaskan, itu sakit!"
Kakakku langsung melepaskan tangannya dari pipiku, pipiku jadi merah.
"Eh, benarkah? Apa aku menyakitimu?"
Sial, aku salah bicara. Batinku, seraya menutup mulutku.
"Bu... bukan. Aku tidak apa-apa, kok!"
"Baiklah, ayo kita lanjutkan sarapannya lalu berangkat sekolah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Dan Kakakku (SELESAI)
RandomCerita tentang keseharian dua pasang kakak beradik yang entah bagaimana akan jadi apa... Peringatan! Endingnya bakalan gaje😅