Diary 6: Mr. Raja

35 2 2
                                    



Maaf ya udah lama gak update
Bagaimana pun juga author punya kesibukan lain. Niatnya sih author mau update dua cerita yaitu my sketch book dan Empat sekawan. Empat sekawan pun author udah nulis tinggal di revisi dan dipublish aja. Tolong ingatin author ya. Kalau Kaidan restoran jangan ditanya ya 😀. Baru nentuin temanya.

Omong-omong jangan lupa vomentnya ya, supaya author semangat ngelanjutin ceritanya 👌🏻

Happy reading!!

~~~~~

Sepuluh..., sembilan, delapan...

Jarak kami masih berkisar 1 meter lagi dari kelas, sementara Mr. Raja telah selesai mengucapkan salam di kelas 10 IPA 1.

Tujuh, enam..., lima...

Mr. Raja tinggal 5 langkah lagi menuju ke kelas 10 IPA 2, sementara kami masih berada tepat 10 langkah lagi.

Empat...

" Lewat pintu belakang." Bisik Langit pada kami, lebih tepatnya padaku karena napasnya berembus lembut di kuping kiri ku dan sedikit mengenai pipi ku juga.

Tiga..., dua..., satu...

Sekarang keadaan berbalik, kami sudah masuk ke kelas mendahului Mr. Raja. Tampaknya teman-teman satu kelasku masih asyik mengobrol di belakang dan belum beranjak ke bangkunya.

Terdengar bunyi derit pintu di buka, Mr. Raja melangkah masuk ke dalam kelas.

"Good morning everyone, how are you today?"

"I feeling well."

"I am fine thank, Mr"

"I am okay."

"Yang masih standing please sit down di bangkunya masing-masing."

"Okey, ayo kita mulai pelajarannya. Please open your book on page 78!"

~~~~~

Hari  ini sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB, dan bel pulang sekolah sudah berbunyi setengah jam yang lalu. Sementara itu Biru dkk sudah berada di parkiran dan bersiap-siap untuk pulang.

Tanpa menyadari dari kejauhan ada yang memperhatikan mereka. "Hmm~ enak ya, jadi anak kelas sepuluh pulangnya paling awal."

Orang itu bergumam tanpa sadar, pandangannya masih menatap keluar jendela. "Daripada kau melamun gak jelas seperti itu mendingan cepat selesaikan saja tugasmu."

Orang itu menoleh ke arah pemilik suara. "Tinggal sedikit kok, palingan bentar lagi kelar."

Si pemilik suara hanya menghela napas. "Apa kau ingin nitip sesuatu? Kebetulan sekarang aku akan pergi beli camilan."

Orang itu tersenyum. "Boleh, susu milo dan nextar cokelat ya."

"Oke, sip!" Jawabnya sebelum akhirnya menutup pintu.

~~~~~

"Apa kamu yakin tidak ingin diantar?" Langit bertanya ketika mereka sedang menuju parkiran motor.

Biru mengangguk dan menuliskan sesuatu di sketch book miliknya.
Hari ini aku akan dijemput oleh Pak Sam

Akane tampak tidak mau menyerah meskipun Langit telah diam seribu bahasa. Dia memutar otaknya, memikirkan ide brilian untuk membujuk Biru. "Tapi kan, aku juga ingin main ke rumah kamu Biru. Aku kangen banget tante Siska."

Seketika itu juga  langkah Biru terhenti. Dia terdiam di tempat, bagaimana pun juga hari ini Bundanya tidak bisa menerima tamu.

Tiba-tiba terlintas dipikirkannya hari dimana Bundanya tidak terlalu sibuk.
Bagaimana kalau kalian main ke rumah ku Sabtu sore

Seukir senyuman terbentuk di masing-masing bibir kembar siam itu saat itu juga.

Tin, tin, tin. Suara klakson mobil mengagetkan mereka. Tampaknya Pak Sam sudah datang untuk menjemput Biru. Dan Biru bergegas melangkah ke sana.

"Jangan lupa, hari Sabtu ya!" Teriak Akane. Biru mengangguk dan masuk ke dalam mobil.

Pak Sam yang melihat dari spion berucap. "Sepertinya nona sudah menemukan teman yang cukup menarik."

Dan hanya dibalas senyuman oleh Biru.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Sketch book Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang