Diary 2: orang itu

37 2 0
                                    


Pagi. Aku selalu suka pagi. Semua selalu bermula dari pagi. Memang tidak ada hal yang berarti terjadi di pagi hari. Tetapi pagi selalu mengingatkan ku dengan sosok orang yang berarti bagiku. Sosok itu seperti hari pagi yang dingin namun memiliki kelembutan di dalamnya sehingga bisa membangunkan semangat semua orang. Senyumannya yang jarang namun tulus bagai sinar matahari saat terbit dan terbenam.

Siapakah orang itu?

Aku malas membahasnya karena terakhir kali aku bertemu dia sekitar beberapa tahun yang lalu. Dan aku sudah lupa rupa wajah nya seperti apa? Dan yang paling penting aku tidak hapal nama lengkapnya. Hanya nama panggilan itu yang selalu ku ingat.

Langit

"Biru, cepat habiskan sarapan mu. Nanti kamu terlambat !" Ujar bunda. Yang kemudian membuyarkan lamunan ku tentang dia. Aku hanya mengangguk dan dengan cepat menghabiskan roti bakar dan telur goreng ku.

Kemudian aku bergegas mengambil sepeda ku untuk berangkat ke sekolah. Namun sebelum aku pergi dari rumah, bunda menghentikan ku.

"Biru, kamu hari ini berangkat dan pulang dengan Pak Sam saja ya. Soalnya hari ini kemungkinan turun hujan."

Karena aku termasuk tipe anak yang penurut dengan orang tua. Kuturuti saran bunda, meskipun hal yang sebenarnya bunda khawatirkan bukan itu. Aku yakin sebenarnya bunda khawatir jika aku akan kecapekan jika naik sepeda. Padahal aku bukan anak kecil lagi.

Tapi bunda memang benar hari ini turun hujan. Meskipun tidak terlalu deras. Namun aku bersyukur karena tidak perlu basah kuyup.

"Non, sekarang kita sudah sampai di sekolah." Suara Pak Sam membangunkan ku dari tidur sejenak ku itu. Aduh, jadi tadi aku ketiduran. Mungkin aku kecapekan akhir-akhir ini. "Non, nyonya berpesan agar non Biru tidak terlalu kecapekan. Kalau memang tidak enak badan, nyonya menyuruh untuk menghubungi beliau dan istirahat di rumah."

Baik, Pak Sam saya tidak akan memaksakan diri.

Jadi bunda dan bapak tidak perlu khawatir. :)

Setelah itu aku langsung beranjak pergi ke kelas ku. Semua pasang mata memandangi ku dan ada pula yang mengejek ku secara terang-terangan selama aku berjalan melintasi koridor. Ah, sudahlah aku tidak perlu menanggapi mereka.

Sesampai di kelas aku langsung duduk di atas bangku ku yang berada di barisan terdepan paling ujung, dekat jendela, dan berhadapan langsung dengan meja guru. Tidak ada yang sebangku dengan ku di sini. Aku hanya duduk sendirian karena jumlah murid di kelas ku ganjil.

Lebih tepat nya tidak ada yang mau sebangku dengan ku karena mungkin sebangku dengan orang cacat merepotkan.

"Ssst..., bu Eli datang. Semuanya duduk!" Seketika itu semua murid langsung duduk di tempat nya masing-masing. "Selamat pagi, anak-anak!" Sapa bu Eli. "Pagi, bu" jawab semua murid di kelas.

Termasuk aku sendiri dengan cara ku

Pagi,bu:)

"Anak-anak hari ini kita kedatangan murid baru dari Inggris." Ucap bu Eli yang langsung mengejutkan kami semua. "Siapa, bu?" "Cowok atau cewek?" "Cantik dan ganteng atau jelek?" Semua pertanyaan itu keluar dari mulut teman sekelasku.

"Lihat saja sendiri. Oke kalian sekarang boleh masuk!"

Setelah itu masuk cowok jangkun yang blasteran Inggris-Jepang. Hidungnya mancung, matanya belok seperti orang Inggris. Tapi bibir dan kulitnya lebih mendominasi ke orang Jepang.

"Good morning everyone. Perkenalkan nama ku Langit Senja. Kalian semua bisa memanggil ku Senja!"

TOLONG DI VOTE ATAU DIBERI KOMENTAR TENTANG CERITA AGAR DAPAT REVERENSI UNTUK REMAKE.🙏

My Sketch book Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang