Part 3 (end)

121 15 0
                                    

(Normal PoV)

Hari ini, Imayoshi memutuskan untuk langsung bertanya pada Sakurai tentang apa yang sebenarnya terjadi kemarin dan hari-hari sebelumnya.

Saat selesai latihan, Imayoshi menghampiri Sakurai yang sedang bersiap untuk pulang.

"Ryō, bisa ikut aku sebentar? Ada hal penting yang ingin aku bicarakan."

Sakurai sedikit kaget, meskipun sebenarnya dia sudah menduga cepat atau lambat senpai-nya itu akan mendatanginya untuk menanyakan perihal sikapnya selama ini. Sakurai hanya bisa mengangguk menjawab ajakan Imayoshi.

Di belakang gedung olahraga, Imayoshi berhenti dan berbalik menghadap Sakurai. Sakurai menunduk, seperti seorang siswa yang siap dimarahi oleh gurunya.

"Oke, Ryō. Sekarang, katakan sejujurnya. Ada apa denganmu akhir-akhir ini?"

Imayoshi langsung to the point.

"Ma-maafkan aku, senpai. Bu-bukan maksudku untuk membuatmu khawatir. Maafkan aku..!"

Mulai lagi, Sakurai dan kata-kata maafnya yang jumlahnya berlebih. Imayoshi mengusap perlahan wajahnya, mulai merasa lelah.

"Kita ini sudah resmi pacaran, kan? Seharusnya kita bisa berbagi kalau ada sesuatu yang terjadi pada kita. Atau kau belum sepenuhnya percaya padaku untuk menceritakan masalahmu?"

Terlihat Imayoshi sedikit kecewa akan sikap Sakurai akhir-akhir ini. Sakurai kaget dan panik menanggapi kata-kata Imayoshi.

"Bu-bukan begitu, senpai. Maafkan aku. Sungguh bukan begitu maksudku. Maaf kalau sikapku malah membuatmu berpikir demikian."

Sakurai membungkukkan badannya sambil meminta maaf berulang kali. Imayoshi menatapnya serius.

"Hm? Lalu? Bisa kau jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?"

Sakurai menegakkan tubuhnya dan memberanikan diri menatap Imayoshi.

"Maaf, Shōichi-senpai. Sebenarnya selama ini aku menghindarimu.. memang sengaja aku lakukan, karena.."

Sakurai menggantung kalimatnya. Imayoshi masih sabar menunggu, walau sedikit memaksa Sakurai untuk melanjutkan penjelasannya.

"Karena?"

"Karena.. aku tidak mau senpai tahu kalau aku sedang membuat ini.."

Tiba-tiba Sakurai menyodorkan sebuah kotak berwarna biru tua berhiaskan pita putih. Imayoshi dengan ekspresi bertanya-tanya, perlahan mengulurkan tangannya untuk menerima kotak itu.

"Ini.. untukku?"

"Iya. Selamat ulang tahun, Shōichi-senpai."

Sakurai mengucapkannya dengan tersenyum, senyuman termanis yang bisa dia berikan, yang hanya Imayoshi seorang yang tahu.

Imayoshi baru ingat kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ekspresi wajahnya berubah bahagia, tidak menyangka kalau kekasihnya akan memberinya kejutan seperti ini.

"Terima kasih ya, Ryō."

"Sama-sama, senpai. Maaf, aku hanya bisa memberimu ini."

Imayoshi tersenyum menanggapi kata-kata Sakurai, kemudian memeluknya dan mengelus kepala Sakurai perlahan.

"Tak apa, Ryō. Kau ingat hari ulang tahunku saja, aku sudah senang."

Sakurai membalas pelukan Imayoshi.

"Tapi, kau tahu, apa yang lebih membuatku senang hari ini, selain hadiah dan ucapan?"

Sakurai mendongak untuk menatap Imayoshi, bertanya-tanya.

"Aku tak keberatan tahun ini tak ada yang memberiku hadiah atau ucapan selamat ulang tahun, karena aku sudah mendapatkan hadiah terindah. Itu dirimu, Ryō."

Setelah mengucapkan itu, Imayoshi tersenyum jahil ke arah Sakurai. Otomatis Sakurai merona merah hingga telinga, membenamkan wajahnya ke dada bidang Imayoshi, dan mengeratkan pelukannya. Imayoshi mendengar Sakurai menggumamkan 'Shōichi-senpai baka', membuatnya tertawa dan mengacak-acak rambut Sakurai gemas. Mereka masih berpelukan selama beberapa saat sebelum akhirnya kembali ke ruang klub dan pulang bersama.

=owari=

It's.. for me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang