Enam

52 10 11
                                    

Enam

Sendiri.

Rendy tidak yakin mengapa ia bisa berdiri sendiri di depan laboratorium biologi di saat hujan menari. Memang sekolah sudah usai sedari tadi, dan murid-murid sudah bubar juga dan menyisakan beberapa anggota OSIS seperti Rendy. Tapi tadi hujan datang tak lama setelahnya dan setidaknya mampu menahan kepulangan gadis itu ke rumahnya untuk menyantap menu siang dan menghabiskan istirahat tidur siangnya atau malah menonton drama Korea. Tapi, Ara bukan manusia yang begitu. Ia akan menyapa hujan, di sini.

Sejak peristiwa minggu kemarin, hujan tidak jatuh lagi terkecuali hari ini. Terakhir kali mereka berjumpa yang terjadi adalah romansa ala anak SMA yang begitu picisan namun berharga. Jaket biru tuanya menjadi saksi, dan hujan menjadi penghulu penyatuan dua hati terpikat hujan tanpa ikatan berarti.

Dan itu sangat bermakna bagi Rendy.
Kini, Rendy tengah berdiri tepat di pinggiran koridor. Melongok apa hujan masih lama atau sebentar lagi reda. Sengaja, ia mencoba mengulurkan tangannya dibasahi hujan seperti yang selalu diperbuat Ara. Jujur, Rendy pernah bermain hujan. Setiap kali hujan jatuh, malah. Tapi sedari ia sakit karena kehujanan sewaktu bermain bola dan melewatkan Ujian Nasional esok harinya, ia merutuk dirinya dan bersumpah untuk tidak bermain hujan lagi.

Sayang seribu sayang, sumpahnya patah oleh gadis jelmaan hujan yang kini tiada tampak batang hidungnya. Alhasil, Rendy hanya bisa menikmati kekhidmatan semu bermain hujan, orang yang ia cari tidak hadir. Sekali lagi hujan reda, Rendy beranjak sendiri dari depan laboratorium biologi ke lahan parkir.

Pulang.

Jejak-Jejak HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang