--------
Aku berjalan menuju Kampus. Tidak seperti biasanya, hari ini aku datang lebih awal. Bukan tanpa alasan, ini semua karena kejadian kemarin ketika Mbak Wati dengan tega membawaku untuk berhadapan langsung dengan Bio. Aku bahkan tidak bisa melupakan kejadian kemarin, ketika tangannya dan tanganku saling menggenggam.
Bio Nara. Aku bahkan sudah tahu namanya sejak aku masuk kampus ini dua tahun yang lalu. Bukan tipikal laki-laki yang suka tebar pesona, tetapi cukup ramah dengan siapa saja. Yang kuyakini, itu memang sifat aslinya.
Memasuki wilayah kampus, aku mengernyit heran melihat Aluna berada di depan gerbang Fakultas Ekonomi sendirian. Masalahnya, aku tau kalau dia bukan anak Ekonomi. Dia berada di Fakultas Kedokteran. Dan, selama dua tahun aku kuliah disini, aku yakin kalau jarak antara gerbang Fakultas Ekonomi dengan Kedokteran sangatlah jauh.
Aku menepis pikiran aneh di kepalaku. Tentu saja, keberadaan Aluna di sana, bukanlah urusanku. Namun, ketika Aluna tersenyum saat melihat aku yang sedang menuju gerbang, lagi-lagi aku tidak bisa menepis pikirin aneh di kepalaku. Aluna melambaikan tangannya ke arahku. Bukan bermaksud untuk terlalu kepedean, tetapi aku cukup yakin, kalau saat ini Aluna memang menyapaku.
"Hai, Tera!" sapanya lembut.
"Hai," balasku sambil menggaruk tengkukku yang tidak gatal karena gugup. Aluna menarik tanganku untuk mendekat padanya.
"Aku baru tau, ternyata kamu anak Ekonomi?" tanyanya Excited.
"Iya," balasku, lagi.
"Wah, sama dong!" katanya dengan mata berbinar.
Sama? Apa aku salah informasi, ya? Selama ini aku dengar kalau Aluna berada di Fakultas Kedokteran.
"Bukannya kamu anak Kedokteran, ya?" kataku, pelan. Memberanikan diri untuk bertanya.
Dia tertawa senang, "Iya, aku di Fakultas Kedokteran! Maksud aku, sama kayak seseorang yang aku kenal. Dia anak ekonomi juga," ceritanya, lagi.
"Siapa?" tanyaku. Tidak sadar kalau aku sudah mengeluarkan apa yang ada di kepalaku. Segera aku menundukkan kepala, bermaksud minta maaf karena terlalu ingin tahu.
"Hahaha. Kamu lucu banget sih, Ra!" tawanya, lagi.
Lucu darimana, sih? Perasaan aku tidak melawak, deh.
Dengan cemberut, aku melepaskan tangannya yang masih menggandengku, kemudian berjalan masuk meninggalkan Aluna yang masih tertawa kecil sembil berjalan menyusulku.
"Seseorang yang aku kenal, Ra. Kenal banget. Dia itu, pacarku!" bisiknya tepat di telingaku. "Pacar, Ra! Pacar aku laki-laki, ya. Bukan perempuan yang selama ini sering digosipkan," lanjutnya lagi sambil tersenyum miring.
Aku terdiam, berjengit kaget.
Jadi? Aluna Lara sudah mempunyai kekasih?
Artinya, berita yang selama ini aku dengar itu salah.
Ya, berita yang tersebar mengatakan kalau, "Aluna Lara menolak semua lelaki yang mendekatinya, karena dia penyuka sesama jenis!"
Oh, God!
****
Memasuki semester ke-5, membuatku sedikit kesulitan. Tugas yang diberikan oleh Dosen sangatlah banyak. Baik itu tugas individu maupun tugas kelompok. Masih bisa ku atasi jika itu tugas individu. Yang menjadi masalah ketika aku diberi tugas kelompok. Bagaimanapun, aku tidak cukup akrab dengan siapapun.
Berharap mereka mendatangiku kemudian mengajak aku untuk bergabung dengan kelompok mereka rasanya mustahil. Tidak ada pilihan, kecuali aku yang mendatangi mereka lalu menawarkan diri untuk bergabung, berharap jika mereka mau menerimaku. Ya, setidaknya sampai saat ini masih ada beberapa dari mereka yang mau menerimaku menjadi anggota kelompok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera
RomanceCukup memandangnya dari jauh dalam kegelapan. Cukup menyebut namanya di setiap malam. Maka aku akan bahagia.