1 - Pertemuan Kita, Aluna Lara

42 14 10
                                    

Happy reading ^^

-------

“Happy birthday to you….Happy birthday to you….Happy birthday anak Ayah…..Happy birthday to…Youuuuu…..”

Aku melotot kaget. Ayah? Benarkah itu Ayah? Malam-malam begini apa yang Ayah lakukan di kamarku.

“Ayahhhh, ada apa?” Ayah tersenyum menatapku. Matanya berkaca-kaca. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku merasa, malam ini Ayah sangat berbeda.

Untuk beberapa saat aku memandanginya. Wajah Ayah semakin lama semakin keriput. Aku tahu, itu karena Ayah semakin tua. Ditambah lagi, Ayah selalu bekerja sangat keras. Tentu saja itu semua dia lakukan untukku.

Aku melirik Jam yang berada di dekat tempat tidurku. Jarum pendek sudah berada tepat di Angka 12, begitupun dengan jarum panjangnya. Ini berarti, Ayah sedang memberikan kejutan untuk ulang tahunku.

Aku tersenyum menatapnya lagi. Memandangnya dari atas sampai bawah. Aku tahu, Ayah bersedih karena tidak bisa membelikanku sebuah kue ulang tahun. Dia memberikanku kejutan, tanpa membawa apapun. Hanya ucapan selamat untuk anak tercintanya ini.

Tidak apa-apa Ayah, aku tau Ayah tidak punya cukup uang untuk membelikanku sebuah kue ulang tahun yang enak.

Aku turun dari tempat tidur, kemudian memeluk tubuhnya erat. Tubuh yang sudah membesarkanku dengan tangannya sendiri selama 10 tahun. Tubuh yang selalu menimangku ketika aku menangis kencang. Tubuh yang semakin hari semakin ringkih karena beban kerja yang semakin berat.

“Terima kasih, Ayah,” kataku, lalu mengecup pipinya dengan sayang. Ayah balas memelukku erat, sangat erat. Seolah sangat takut kehilanganku.

“Kamu tunggu Ayah dirumah, ya? Ayah keluar sebentar.” Perkataan Ayah membuatku heran. Untuk apa keluar di tengah malam seperti ini?

“Ayah mau pergi kemana?”

“Sebentar, Ayah mau bawain sesuatu buat kamu.” Aku menangguk senang. Ayah akan membawakan sesuatu untukku. Oh, aku jadi tidak sabar menunggunya kembali.

Aku duduk sendirian, menunggu Ayah kembali. Aku tidak tau hal apa yang akan Ayah berikan padaku. Apapun itu, aku sangat senang. Selama 10 tahun, untuk pertama kalinya Ayah memberikan hadiah saat Ulang tahunku.

01.15

Aku berdiri gelisah. Sudah satu jam lebih, tapi Ayah belum kembali. Aku mengintip keadaan di luar rumah dari jendela.

Sepi.

Ingin menyusul Ayah, tapi aku takut. Diluar sangat gelap, lagian aku juga tidak tau kemana Ayah pergi.

Setelah menimbang-nimbang, kuputuskan keluar rumah, sekedar melihat dari halaman. Setelah itu aku akan masuk, dan menunggu Ayah kembali. Aku tidak akan melanggar janji pada Ayah. Saat Ayah menyuruhku untuk tetap disini dan menunggu, itu artinya aku harus menuruti.

Aku berjalan pelan. Keadaan sangat sepi, gelap. Rumahku memang berada diperkampungan yang kumuh. Itu sebabnya aku tidak berani keluar terlalu jauh. Ayah pernah bilang, disini banyak penjahat.

Dari pagar ini, aku bisa melihat sekeliling. Mataku memandang seluruh area perkampungan ini. Berharap Ayah datang dari arah mana saja.

Aku khawatir, sangat khawatir.

Kuputuskan untuk masuk kembali. Harapanku Cuma satu, Ayah kembali padaku dengan selamat.

Mengunci pagar, aku berbalik berjalan masuk ke dalam rumah.

LenteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang