Prolog

1.8K 76 1
                                    

Bullshit.

Bagi mereka yang bilang tentang hubungan yang sudah terjalin lama artinya akan berakhir bersama.

Gue orang pertama yang menentang pernyataan itu. Gue nggak percaya dengan hubungan yang awet sampai pelaminan, bahkan sampai kakek-nenek, gara-gara alasan waktu.

Gue nggak percaya. Waktu sebagai alasan orang bertahan dalam sebuah hubungan.

Awalnya gue fine-fine saja dengan pernyataan itu, dan percaya diri kalau hubungan gue dengan pacar gue yang udah terjalin selama lima tahun belakang, akan berakhir di pelaminan. Ya, gue memang berniat untuk melamar dia, menjadikan dia perempuan yang bertahta di hati gue. Gue bukan tipe laki-laki anti komitmen, yang nggak memiliki visi dan misi dalam hubungan. Untuk itu gue berencana menikahi dia, perempuan mengagumkan yang gue cintai.

Tapi sayangnya, keinginan gue nggak sejalan dengan dia.

Dia menolak sebelum gue lamar, dan kotak beludru yang udah gue siapkan hanya tertahan di saku celana bahan yang gue pakai.

"Aku ingin putus," ucap dia yang masih gue ingat sampai sekarang. Gue sekarang tahu artinya lidah tak bertulang namun tajam bagai pedang. Karena saat itu, kalimat dia berhasil mematahkan hati gue.

"Kenapa ingin putus?" Tanya gue ke dia.

Gue hanya ingin tahu letak kesalahan gue dimana, sehingga dia minta putus. Gue merasa hubungan gue dan dia baik-baik saja. Dua hari yang lalu gue masih bertemu dengan dia, jemput dia di rumah sakit. Sampai kemarin, dia nggak ada kabar dan nggak bisa di hubungi sama sekali.

"Aku lulus PPDS di Jerman."

Gue nggak melihat adanya masalah dari jawaban dia. Lulus PPDS di Jerman.

See?

Perempuan gue memang menggagumkan.

"And then?" Gue mengerutkan kening. Tanda kalau gue lagi bingung, "bukannya itu bagus, impian kamu bisa keraih?"

Dia menundukkan kepalanya. Nggak sama sekali menatap gue.

"April?" Tanya gue selembut mungkin. Berbeda jauh dengan hati gue yang bergejolak.

Gue diputusin dihari gue akan melamar dia. Shit.

Akhirnya dia mengangkat kepalanya dan menatap gue, "maaf," ucap dia pelan.

Gue sekilas menangkap ada bulir di mata sayu itu.

Bukan permintaan maaf yang aku butuhin, tapi kamu.

"Tolong jelasin, antara kamu minta putus dengan kamu yang lulus PPDS." Pinta gue dengan tegas.

"Aku nggak bisa LDR. Sementara disana aku bisa 4 sampai 5 tahun, Ren. Aku nggak bisa bikin kamu nungguin aku yang nggak bisa kasih kamu kejelasan."

Fuck.

Nggak bisa LDR. Sementara waktu dia intership di pelosok pun kita LDR.

Gue lebih terima alasan kalau dia emang udah nggak cinta gue.

"Lebih baik kita putus," ucap dia lagi. Saat itu gue lihat setitik air mata jatuh di pipi putihnya.

Tangan gue refleks akan mengusap pipinya. Tapi akal sehat gue keburu sadar.

Jadi, yang gue lakukan adalah melepas dia yang ingin pergi. Karena buat apa gue berjuang untuk perempuan yang nggak mau gue perjuangin.

Catatan kaki:
PPDS : Program Pendidikan Dokter Spesialis

Intership: program yang wajib diikuti selama 1 tahun, biasa ditempatkan di wilayah terpencil di seluruh Indonesia.

Note:
Yang udah baca cerita Dirga-Ellena (Going Back to The Start) pasti tau ya Reno siapa. Iya ini cerita doi dg mantannya. April.

Di GBtTS di ceritain kalau April lulusan Inggris. Disini aku anulir ya, dia ikut PPDS di Jerman. Sementara pendidikan S1 dan lain-lainya di Indonesia.

Panas dingin sebenarnya, bawain cerita ini. Karena profesi April. Mohon bantu koreksi, pabila ada yang salah.

Terimakasih banyak

Dan

Selamat membaca...

25 Juni 2018

(Un)SentrifugalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang