(Un)Sentrifugal || 2

772 58 4
                                    

April

Awalnya akhir pekan ini aku berniat menghabiskan waktu untuk diriku sendiri. seperti misalnya, mengunjungi Warung Pempek Pak Raden yang rasanya betul-betul bikin nagih, menonton film yang lagi happening sekarang, berbelanja kebutuhan dapur yang sudah habis, ataupun sekedar cuci mata di mall.

Melihat jadwalku yang begitu padat setiap harinya, sulit buatku untuk melakukan hal sederhana yang barusan kusebutkan, terlebih seminggu terakhir ini, kami para dokter spesialis yang tergabung dalam satu tim bedah bisa melakukan 2-3 kali operasi setiap harinya. Cukup melelahkan memang. Tapi rasa lelah itu tergantikan saat pasien yang terbaring di meja operasi berhasil kami selamatkan, juga melihat raut bahagia keluarga pasien, yang begitu terpancar karena salah satu keluarganya bisa selamat.

Tapi kembali lagi rencana tinggal rencana, karena tadi pagi salah satu perawat di bagian kardiologi menghubungiku, kalau pasien yang kutangani kemarin lusa mengalami collapse dan butuh penanganan segera. Jadi, untuk itulah saat ini aku berada di rumah sakit, dengan langkah cepat aku masuk ke ruang UGD, "bagaimana keadaannya?" Tanyaku pada Tama-dokter residen yang kebetulan sedang jaga di UGD.

"Syukurlah Dokter April segera datang." Desah Tama lega.

"Kenapa?"

"Asterosklerosis cukup fatal, Dok. Tadi sempat henti jantung," jawab Tama sambil menyodorkan rekam medik pasien.

Aku mengangguk dan melihat hasil pemeriksaan Tama.

Pasien yang bernama Pak Mulyo ini, dua hari yang lalu menemuiku dengan keluhan sakit di daerah dada. Saat itu aku menganjurkan untuk melakukan serangkaian tes, guna mendianogsa sakit yang dideritanya.

Setelah hasil tes keluar, Pak Mulyo terdianogsa mengalami penyempitan pada arteri koronaria. Hal itu disebabkan oleh adanya penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga aliran darah ke otot jantung semakin sedikit dan sulit. Namun saat itu, karena kondisi Pak Mulyo masih dalam kategori aman, jadi sebagai perawatan awal aku hanya memberikan resep obat dan memberikan anjuran pola hidup sehat saja. Lalu aku memintanya untuk datang kembali saat obat-obatan yang kuresepkan habis, untuk memantau kondisinya. Namun, hari ini keadaan Pak Mulyo collapse.

"Kita lakukan PCI (Percutaneous Coronary Intervention)." Ucapku setelah membaca rekam medik yang diberikan Tama. "Tolong beritahu keadaan pasien pada keluarganya juga prosedur tindakan yang akan kita lakukan. Minta persetujuannya jangan lupa," sambungku sambil menatap Tama.

"Baik, Dok."

Sementara itu Suster Yuni-perawat yang menghubungiku tadi pagi dengan sigap menyiapkan peralatan medis yang diperlukan.

____

Setelah pihak keluarga pasien menandatangani inform concent (persetujuan tindakan), Pak Mulyo pun dibawa ke ruangan khusus, seperti ruangan operasi. Selama aku bersiap-siap, perawat langsung membaringkan pasien di tempat tidur khusus. Lalu, suster Yuni dengan cekatan mensterilkan daerah pergelangan tangan kanan Pak Mulyo menggunakan antiseptik.

Karena ini bukan proses operasi, aku hanya membius lokal saja, yaitu pergelangan tangan pasien, lalu kulihat Pak Mulyo masih berada dibawah alam sadar.

Sebenarnya, tidak sadarnya Pak Mulyo dalam proses PCI ini, agak membuatku kesulitan. Karena Pak Mulyo tidak bisa langsung mengkomunikasikan bagian mana saja yang terasa sakit.

Melupakan hal itu. Kemudian aku memasang sheat (alat menyerupai jarum infus) untuk memasukkan kateter melalui pembuluh darah. Setelah proses kateterisasi selesai, selanjutnya adalah tindakan balonsasi atau pemasangan ring pada pembuluh darah yang tersumbat. Proses ini pun memakan waktu selama satu setengah jam.

(Un)SentrifugalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang