Petasan Setan

86 16 11
                                    

Teww....
Tetew... ada anjing kacili om...
Tereteretetew... tetetew....
tetet... tetet... tew...

Gadis bongsor berponi itu tak terusik sama sekali oleh kegaduhan alarm yang mengumandangkan lagu kebangsaannya. Suara itu menyeruak keluar ruangan dan sampai ke telinga Mamanya.

“Tetew eh—Teteh... bangun teehhhh....” Lidah Mama Yuju sampai keceletot saking seringnya mendengar lagu yang Yuju putar setiap saat dan sekarang menjadi ringtone alarmnya.

Benar kata orang-orang alarm paling ampuh adalah suara ibu. Buktiknya setelah seruan itu terdengar Yuju langsung menggeliat mengumpulkan nyawa.

Begitu melihat jam sudah menunjukan pukul 04.00, Yuju langsung menegak dan bergegas menuju meja makan lalu memakan hidangan sahur dengan cepat. Mamanya yang melihat tingkah putrinya tersebut menggelengkan kepala.

“Pelan-pelan teh, nanti kese—“

“Uhuuukk... uhukkk...” belum sempat menyelesaikan ucapannya, Yuju sudah tersedak mendahului ucapan Mamanya. Yuju langsung meneguk cepat air yang disodorkan Mamanya.

“Meni buru-buru pisan, teh.”

“Udah jam 4 lebih mah.”

“Halah biasana ge sahur na 5 menit saacan imsak, ai ieu naha ni buru-buru pisan?” (Biasanya juga sahurnya 5 menit sebelum imsak, lah ini kenapa buru-buru banget?) Tanya Mamanya heran.

“Hari ini Yuju kebagian ngawas anak-anak makanya Yuju buru-buru. Oh iya, Yuju juga ada janji sama mereka.” Yuju tergabung dalam remaja masjid yang mengharuskan dirinya mengawasi murid-muridnya sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

"Janji naon, Teh?"

"Ada lah pokoknya."

Dibalik tingkah abstrak dan hyperaktif nya, Yuju adalah sosok yang taat agama dan juga disegani oleh anak-anak. Bahkan ia rela tersedak dan makan terburu-buru demi menepati janji yang menurut orang lain adalah hal sepele. Mama yuju tersenyum melihat kerusuhan anaknya. Ia terharu sekaligus bangga putri semata wayang nya adalah sosok yang tidak ingkar janji. Wanita berkepala 4 itu mengambil bekas makan putrinya dan menyimpannya di tempat cuci piring.

“Ma, maaf Yuju gabisa bantu. Anak-anak udah pada nunggu.” Ucap Yuju setelah keluar dari kamar mandi.

“Wios Teh, Jug gera kaditu.” (Gapapa Teh, cepet kesana.)

Yuju dengan tergesa mengambil mukena nya lalu berlari menuju titik kumpul. Sesekali ia melirik jam di handphone.

“Bangke, lima belas menit lagi imsak.” Yuju mempercepat langkah.

“Ehh udah rame aja nihhh.” Seru Yuju mengagetkan begitu sampai ke tempat tujuan.

Sontak anak-anak yang bisa di bilang baru memasuki usia remaja terlonjak kaget namun setelahnya langsung berseru ramai.

“Teh Ujuyyyy!!” Seru mereka heboh sambil berhambur memeluk Yuju.

“Ehh... ehh... ehh... kok malah teletabisan gini sih.” Yuju terkekeh sambil mencoba melepaskan diri dari pelukan-pelukan di tubuhnya.

“Habisnya Teteh telat sih.” Jawab seorang anak perempuan berambut keriting.

“Janjinya mau dateng jam 4.” Sambung anak kecil yang memakai setelan pengajian.

“Kita nungguin dari jam setengah 3 loh, Eh Teh Ujuy ga dateng-dateng.” Ucapan anak kecil yang berusia sekitar 12 tahun membuat ke-empat teman-teman nya mengangguk dengan bibir cemberut.

“Gausah monyong-monyong gitu ya, jijik liatnya kaya bagong (babi). Itu mah kaliannya aja yang belegug, suruh siapa dateng jam segitu? Aing kan janjinya jam 4.” Balas Yuju tak berdosa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Those GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang