Aku bukanlah seorang yang jenius, aku adalah orang yang mendapatkan peringkat satu di sekolah dikarenakan oleh kerja keras.
Begitulah mereka menilai diriku ini,...
Mungkin itu karena aku yang selalu berada di perpustakan pada setiap sesi istirahat.
Sampai semester kemarin aku masihlah menduduki peringkat satu. Mengalahkan banyaknya siswa jenius yang berada di sekolah ini, aku pun merasa sedikit berbangga diri.
Mereka jenius hanya pada satu atau dua bidang pelajaran. Jadi jika nilai mereka sempurna di bidang yang mereka kuasai, nilai mereka sangatlah buruk di bidang yang lain.
Disisi lain, aku mendapatkan nilai rata-rata 100 adalah hal yang dianggap mereka sangatlah absurd. Membuat mereka yang tidak jenius pun terdorong untuk belajar lebih giat.
Andai mereka tahu tentang buku apa yang sebenarnya aku baca saat aku di perpustakaan.
Entah mengapa aku tidak tega untuk melihat mereka. Mungkin lebih tepatnya 'tidak kuat untuk melihat mereka'.
Novel.
Ya, novel.
Adalah jenis buku yang aku baca di dalam perpustakaan bukan buku pelajaran maupun referensi, melainkan sebuah novel. Buku dimana isinya bukanlah sebuah hal yang menambah ilmu akademik.
Andai orang-orang tahu tentang seperti itulah buku yang sesungguhnya aku baca, kira-kira bagaimana reaksi mereka?
Ahhh,... Entah mengapa aku tidak ingin membayangkannya.
Mungkinkah mereka memasang wajah keputusasaan? Atau cemoohan mungkin,... Karena aku yakin bahwa mereka tidak mungkin untuk memasang wajah takjub.
Berbagai lomba antar sekolah juga aku ikuti, peringkat satu nasional tidaklah langka untuk aku dapatkan. Entah dari lomba apapun itu.
Ah, bukannya sombong, tapi dengan otak secemerlang ini tentu saja nilai dari teknikalku sangatlah rendah. Mungkin inilah yang disebut dengan kelebihan dan kekurangan.
Kekuranganku inilah yang menyebabkan diriku dianggap agak introvet dari pandangan orang lain.
'Orang yang bagus hanya di otak tapi tidak di jasmani, biasanya adalah orang yang tertutup.'
Kalian juga pasti merasa seperti itu kan?
Mungkin itulah mengapa meski aku selalu peringkat satu, aku sampai saat ini belumlah merasa sedikitpun untuk pernah menjadi anak populer.
Yup, selalu.
Selama satu setengah tahun aku di sekolah ini, aku selalu mendapat peringkat satu se-sekolah dengan nilai rata-rata 100 (tentu saja hanya yang seangkatan denganku), entah itu dari hasil tes tengah semester, tes semesteran, maupun ujian kenaikan kelas. Semua peringkat 1 dari tes-tes tersebut selalu aku dominasi.
Saat ini aku berjalan menuju papan pengunguman yang berada tepat di depan gedung aula sekolah.
Untuk apa?
Tentu saja untuk melihat hasil dari tes tengah semester yang diadakan minggu kemarin.
Nah, meskipun aku sudah tahu bagaimana hasilnya,..
'Peringkat satu dengan nilai sempurna.'
Itulah yang biasa terjadi.
Setelah aku sampai di bagian pengunguman untuk siswa kelas 2 aku melihat hal yang menurutku cukup langka.
Hm,... Bukankah kerumunaan siswa lebih banyak dari yang biasanya?
Ah,.. Mungkinkah banyak dari mereka gagal mencapai target rata-rata nilai yang mereka pasang?
Mungkin juga sih, berhubung tes tengah semester kemarin cukuplah susah menurut beberapa orang yang aku dengar.
Nah, meskipun aku menganggap tes ini sama saja sih,..
"Hey, itu dia,..."
"Ah iya, itu dia,..."
"Aku tidak tau apa yang dia rasakan,.."
Berbagai bisikan para siswa pun muncul setelah mereka melihat diriku.
Entah mengapa pada saat itu juga, para siswa yang berada di barisan kanan papan pengunguman (barisan peringkat atas) mulai memudar setelah melihat diriku, seolah-olah memberikan jalan kepada diriku untuk melihat dimana biasanya namaku tertera.
Tidak biasanya mereka melakukan ini. Andai mereka juga melakukan ini setiap saat mungkin aku tidaklah harus menunggu lama sampai mereka bubar.
Aku pun berjalan menuju ke arah papan.
Tanpa membutuhkan waktu lama, aku pun menemukan namaku, yang jadi masalah adalah,...
"Peringkat 2?"
Kata-kata tersebutpun dengan reflek keluar dari mulutku.
Mataku dengan secara alami pun terbelalak tak percaya,..
Kulihat berapa nilai yang kudapat, aku masih menjumpai angka 100 di barisan namaku. Tapi kenapa aku peringkat 2?
Kuarahkan pandangan mataku ke arah nama sang peringkat 1.
Zusnifar Agora, nilai rata-rata ∞.
______________________________________________
Author Note:
Eaaa,... Percakapannya sangat sedikit ya? Biarin ya,.. Ahahaha,..
Bagaimana tanggapan kalian? Menarikkah? Membosankankah? Atau mungkin terkejutkah?
Apapun pilihan kalian, tolong tetap tinggalkan vote dan komentar kalian ya^^.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Magician
Teen Fiction[Slow Update] Di sebuah tempat dimana aku sedang duduk manis pada sebuah meja. Ditemani dengan bebauan khas dari tumpukan buku. Perpustakaan sekolah tepatnya,.. Aku melihat, seorang anak laki-laki memainkan permainan trik kartu tepat di depanku. Ya...