Lucifer 1

98.7K 7.9K 1.3K
                                    

Happy Reading!

"Bodoh!"

Seorang lelaki dengan pakaian formal itu menggebrak mejanya marah. Dia berdiri dari kursi kebesarannya dan langsung menerjang seorang pria yang notabene adalah asisten pribadinya.

Pria yang tidak siap menerima serangan tiba-tiba dari atasannya, kini terbaring di bawah. Kedua tangannya berusaha melindungi diri dari bogem mentah yang di layangkan ke wajahnya.

"Pekerjaan mudah seperti ini, kau tidak bisa menyelesaikannya?!"

Pria itu terus memukuli orang yang berada di bawahnya. Hal itu ia lakukan berkali-kali tanpa mendengarkan alasan di balik kelalaian asisten pribadinya itu.

"Maafkan saya tuan. Saya akan mencobanya lagi,"

Bukan pujian yang ia dapat justru sebuah tamparan yang mendarat sempurna di pipinya. Jiplakan tangan serta darah yang berada di sudut bibir menjadi bukti bahwa tamparan itu begitu kuat.

"Gaji yang aku berikan ternyata tidak membuatmu melakukan yang terbaik untuk diriku!"

Lelaki itu berdiri dan langsung menodongkan pistol kearah asisten pribadinya itu. Tubuh yang bergetar serta ekspresi ketakutan adalah hal biasa yang ia dapati saat akan mengambil nyawa orang. Lelaki itu tersenyum miring.

"Ada kata-kata terakhir?" Pria itu menarik pelatuknya bersiap untuk melepaskan timah panas.

"Tidak tuan, tunggu—"

Dor!

"Sangat berisik!" Pria itu meniup ujung pistolnya lalu menatap mayat baru di hadapannya.

Langkah besar pria itu membawanya untuk melihat pemandangan dari kaca tempat perusahaannya berdiri. Pria itu melepaskan jas yang membuatnya sesak lalu memasukkan kedua tangannya di dalam saku celananya.

Kejayaan yang di miliki sang ayah membuatnya begitu berkuasa di usia muda. Memiliki banyak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang membuatnya di juluki pengusaha muda.

Postur tubuh semapai serta wajah bak dewa Yunani seakan mendukungnya. Banyak wanita di luar sana yang memuja bahkan rela melemparkan tubuh mereka cuma-cuma untuk menarik perhatiannya.

Kelebihan yang di miliki pria itu seolah menutupi kejahatan yang telah dia lakukan. Kegelapan serta kekejaman yang di lakukannya berbanding terbalik dengan perkataan publik dan media. Pujian serta berbagai doa baik mengalir hanya untuk dirinya.

"Kau beruntung gadis kecil." Pria itu bermonolog dengan dirinya sendiri. Melupakan kejadian beberapa menit lalu yang membuatnya kesal.

"Entah berapa lama lagi aku harus menunggu dirimu," Tangannya memukul jendela kaca di hadapannya. "Kau tahu, aku tidak suka menunggu!" Untungnya kaca itu sangat tebal sehingga tidak pecah ketika di pukul.

Tangannya berdarah tetapi dia membiarkan darah itu mengalir tanpa di obati. Nafas pria itu memburu hanya dengan mengingat kejadian itu. Kejadian dimana dia akan membalaskan segalanya.

"Drama apa lagi yang kau buat Arland!"

Suara baritone membuat pria yang bernama lengkap Arland Evano Adhitama itu menoleh ke belakang dan mendapati sang ayah menatapnya remeh. Arland menghela nafasnya.

"Ada apa kau kemari?" Arland merapihkan kemeja yang melekat pada tubuh atletisnya.

Arsalan tertawa renyah. "Kau tidak menawarkan papimu ini untuk duduk?"

"Kenapa? Apa kedua lututmu itu sudah terlalu tua untuk berdiri?" Tawa mengejek dari putranya membuat Arsalan setengah padam.

"Apakah menumpang di perusahaan besar milikku membuatmu melambung terlalu tinggi, son?" Arsalan mengitari tubuh Arland yang lebih tinggi di banding dengan dirinya.

Lucifer [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang