"Senja nggak dateng?"
Zaki memutar kepalanya, manik hitamnya mengitari kerumunan banyak orang yang datang ke venue fansign Tentang Senja, buku karangan Jingga yang sukses terjual kurang dari 24 jam penerbitan.
"Kayaknya enggak" jawab Zaki kemudian.
"Telpon gih, suruh dateng. Masa diacara kakanya dia malah nggak dateng sih?"
"Percuma" balas Zaki malas.
"Lah, kok percuma?"
"Dia pasti masih ngambeg sama gue gara-gara kemarin"
"Ngambeg gara-gara kemarin? Emang kemarin kenapa?" June, pria berpipi gembul yang kemarin sempat disewotin sama Senja masih sibuk ngeppoin Zaki.
"Kemarin gue bilang ke dia, buat nggak usah maksain diri buat jadi penulis. Karna elo kan tau, dari awal gue nggak suka kalau dia nulis. Apalagi nulis cerita yang berbau cinta-cintaan gitu, gue nggak suka. Dia salah paham, dia bilang. Gue nggak kayak Abi yang selalu ngedukung Jingga" jelas Zaki.
"Parah tuh si Senja, kemarin juga gue disemprot sama dia. Dia bilang, dia juga bakalan bisa sukses. Bahkan lebih sukses dari si Fellys, gadis yang diceritain Jingga dibukunya. Aneh nggak sih pacar lo?" June komplen.
Zaki terdiam sejenak, ketika Jingga datang menghampiri mereka berdua.
"Zaki, June" sapa Jingga sembari berlari kecil kearah dua pemuda tersebut. Mereka berdua kompak menoleh dan melempar senyuman.
"Waahhh...makasih ya kalian udah mau dateng" ucap Jingga antusias.
"Pasti dong Ji, secara gue ini kan fans terberat lo. Semua buku lo ada tuh berjejer dikamar gue, gue koleksi semua pokoknya" sombong June yang membuat Jingga terkekeh.
"Iya, makasih ya fans terberatku" ledek Jingga.
"Iyalah, dikoleksi semua. Kan dia boleh dapet gratisan dari elo, Ji. Bukan beli dari penerbit atau toko buku" Zaki menjebloskan June kejurang nista.
"Sialan lo kampret, jangan buka kartu napa. Tapi yang penting kan gue suka sama semua buku karangan Jingga, dan gue juga selalu baca sampai abis kok bukunya. Nggak cuma gue pajang ampe berdebu kayak punya lo" sungut June tak terima. Jingga terkekeh melihatnya.
"Iya-iya pokoknya gue berterima kasih sama kalian karna kalian udah nyempetin buat hadir" Jingga menengahi.
"Oh iya Ji, ngomong-ngomong. Abi mana?" Tanya Zaki kemudian.
"Dia nggak bisa dateng, dia ada urusan kerja"
"Si Senja" kali ini June.
"Dia bilang tadi pagi ada kuliah tambahan, jadi nggak bisa dateng" jelas Jingga.
June menatap Zaki, begitu sebaliknya.
"Eh, acaranya udah mau dimulai nih. Kalian udah bawa bukunya kan?" Kata Jingga yang membuat Zaki dan juga June kompak menoleh.
"Emm, iya ada" jawab mereka barengan.
"Yaudah, kalau gitu kalian ikut baris ya. Aku kepodium dulu" pamit Jingga.
"Okey, see u then" Zaki melambaikan tangannya, begitu juga June. Jingga sudah berlalu.
"Kuliah tambahan? Alasan macam apa itu? Bilang aja dia nggak bisa liat Jingga dikerubutin fansnya, huh..adik macam apa?" June ngomel-ngomel.
"Ekhem" Zaki berdeham sembari membenarkan jaket yang ia kenakan. June melirik dari ujung matanya.
"Iya deh iya, ada pacarnya" June berlenggang pergi meninggalkan Zaki yang menggelengkan kepala akibat tingkah June barusan.
------****------
Senja terdiam dibangku kelasnya, matanya fokus menatap lantai kelas. Jam kuliah sudah berakhir dua jam yang lalu, namun Senja enggan pulang. Mungkin tubuh Senja memang sedang ada dikampus, namun pikirannya melayang ke venue tempat Jingga mengadakan fansign buku ceritanya.
"Senja, tanda tanganin punyaku dong?"
"Senja, kamu keren banget sih bikin ceritanya, aku suka"
"Senja, lain kali bikin cerita tentang aku dong!"
"Senja, bukunya kurang panjang ceritanya. Masih penasaran, bikin lagi ya"
"Senja, udah berapa kali aku bilang. Jangan pernah nulis lagi"
~Deg~
Senja tersadar dari lamunanya tatkala suara Zaki ada diantara kerumunan fans yang ada dikhayalannya barusan. Senja memejamkan mata sembari menarik nafas kuat-kuat,
"Aaarrrggghhhh....brengsek...!!! Kenapa sih dia selalu aja bikin gue nggak bisa fokus, emangnya letak kesalahan gue dimana? Jingga nulis baik-baik aja kan? Terus gue nulis? Apa yang salah? Abi bisa nerima kebiasaan Jingga yang selalu sibuk sama bukunya ketimbang sama Abi, tapi kenapa elo enggak, Zaki" teriak Senja memenuhi ruangan kelas yang sepi lengang.
"Ini nggak adil" keluh Senja kemudian.
Suara langkah kaki mendekat membuat Senja memfokuskan tatapannya kearah pintu ruangan. Tak lama kemudian daun pintu itu terbuka dan menampilkan sesosok gadis yang sudah Senja kenal.
"Senja" sapa gadis itu.
"Belum pulang?" Tanyanya kemudian sembari menghampiri Senja.
"Belum, elo sendiri? Ngapain masih disini?" Senja balik bertanya.
"Tadi gue abis rapat sama Dika, kalau elo?"
"Gue males pulang" jawab Senja singkat.
"Kenapa? Elo ada masalah sama rumah?" Tanya gadis itu lagi.
"Gue lagi nggak suka sama Jingga, jadi gue nggak mood buat pulang kerumah"
"Elo berantem sama kakak lo?"
"Enggak, gue cuma iri sama dia"
"Iri? Elo iri kenapa?" Gadis itu tersenyum miring.
"Kenapa dia selalu bernasib baik, sedangkan gue enggak. Padahal kita sama-sama nulis, kita sama-sama pakai media yang sama. Tapi kenapa hasil tulisan dia lebih banyak menarik perhatian orang? Sedangkan punya gue? Poor my writing" histeris Senja membuat gadis disebelahnya tadi jadi tersenyum meremehkan.
"Senja Phitaloka, hahahaha Senja, Senja" gadis itu menertawakan Senja.
"Kasian banget sih lo? Elo tau nggak, didunia elektronik seperti jaman sekarang itu, elo musti pinter-pinter ngegunain akal lo, Senja. Kalau enggak, ya gitu. Elo bakalan kalah saing, bahkan elo nggak akan pernah terlihat oleh milyaran orang diluar sana kalau elo masih stuck diposisi yang sama" oceh gadis tersebut.
"Maksud lo, Lis?" Tanya Senja penasaran.
Lisa, gadis yang sedari tadi berbicara dengan Senja lantas mendekatkan diri ke badan Senja.
"Gue bisa bantu elo buat ngejatohin pamor kakak lo, biar dia terlihat buruk dimata para fansnya. Dan juga dijauhi sama pembacanya" bisik Lisa kemudian.
Senja menatap Lisa, horor.
"Caranya?" Senja malah penasaran.
"Heemm..kalau itu serahin aja ke gue, elo tinggal terima beres. Okey" Lisa mengacungkan jempolnya.
Senja masih nampak berpikir tentang ucapan Lisa barusan.
"Pulang yuk ah, panas. Udah mau sore juga, mau gantiin pak Uncuk jadi satpam lo disini?"
Lisa beranjak dari duduknya dan mengalungkan tas selempang miliknya. Senja mengangguk dan mengikuti langkah Lisa meninggalkan ruangan kelas. Banyak pertanyaan berkecamuk dibenak Senja sekarang, apa yang akan Lisa lakukan untuk menjatuhkan pamor kakaknya? Dan kenapa Lisa jadi punya ide demikian setelah mendengar ceritanya barusan.
Hal apa yang tidak pernah diketahui Senja tentang Lisa? Bukankah selama ini Lisa juga dekat dengan Jingga? Sepertinya Senja harus mencari tau lebih banyak tentang Lisa dan motif Lisa yang mau membantu dia menjatuhkan Jingga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja & Jingga
FanfictionBukannya kalau Senja udah datang? Jingga selalu menemani? Menulis itu duniamu, bukan duniaku. Karena kamu adikku~