Keyla POV
10 tahun kemudian
kehidupanku malah menjadi buruk . Setelah kepergian ayahku mereka merantau dari Bandung ke Jakarta. Karena aku mendapat beasiswa di Garuda senior highschool, salah satu sekolah terbaik dan terfavorit diJakarta. Aku dan ibuku sekarang tinggal hanya disebuah kontrakan kecil.
Hari ini adalah hari pertama penerimaan siswa/i di SMA Garuda. Semua siswa baru tampak sibuk sedang mencari kelas mereka masing-masing, karena ini sekolah elit jadi pihak sekolah telah menghapus kegiatan MOS(masa orientasi siswa).
Setelah menemukan kelas aku bergegas masuk ke dalam kelas XA IPA exelent, kelas yang hanya berisi murid yang berhasil lolos tes dengan IQ tinggi. Pelajaran pertama segera dimulai. Suara sepatu highheels begitu nyaring ditelinga. Seorang guru cantik nan tinggi dan tak lupa dengan tubuh yg body goals membuat siapapun iri akan hal itu.
"Good Morning All!"
"Good Morning" balas seisi ruangan.
"how are you today?"
"I am fine thank you amd how about you?"
"I am very well thank's, okey introduce myself. My name is Lovinda Margaretta, you can call me miss Lovinda. Now my lesson starts with introducing each of you. Both
start from the front corner!".
Satu persatu murid dikelas memperkenalkan diri mereka masing-masing hingga tak terasa bel istirahat berbunyi memekakan telinga. Semua siswa berhamburan kelas menuju kantin untuk mengisi cacing yang ada diperut mereka yang sudah berdemo sejak tadi, sedangkan aku masih setia didalam kelas. Tiba-tiba dua orang yang duduk didepanku membalikan badan mereka ke arahku.
"Hai!" sapa salah satu dari mereka SKSD.
"Eh, hai juga!" jawabku dengan senyum manis.
"Kenalin nama gua Aradila Putri Lestari, panggil aja gua Rara" lanjutknya mengulurkan tangan.
"Rikeyla Anjani Putri" balasku menerima uluran tangan tersebut.
"kenalin gua Fakhrana Anandita Sukma, panggil aja dita"
"Keyla or kekey"
"Jadi?"tanya mereka
" sekarang kita teman"
"Okay, eh gimana klo kita kantin aja yuk. Gua laper banget nih tadi pafi belum sarapan" lanjut rara dengan wajah memelas.
"Yaudah ayok!". Kami pun segera berjalan menuju kantin yang sudah dari tadi berdesak-desakan.
"Eh kalian mau apa biar gua yang pesenin?" tanya rara.
"gua es teh aja 1 ra"
"kalo gua bakso sm jus alpukat" sambung dita yang mengotak-atik hp miliknya.
"Ok tunggu" lanjut rara yang langsung ngacir ke barisan antrian.
"Eh key, lu gak makan?" tanya dita menaruh hpnya diatas meja.
"Gk gua udh bawa bekel" balasku santai. Tak lama kemudian rara pun datang sambil membawa pesanan mereka. Mereka pun menikmatinya dengan khidmat hingga bel masuk berbunyi. Semua siswa segera masuk ke dalam kelas masing-masing, begitu pula mereka bertiga yg sudah duduk dibangku masing-masing. Pelajaran selanjutnya adalah matematika. Mata pelajaran yang paling aku sukai. Dari SD sampe sekarang aku tuh suka banget sama matematika. Kalo ditanya kenapa? Aku pun gak tau kenapa bisa suka. Tiga jam berlalu mereka lalui dengan sulit banyak sekali soal-soal yang harus dikerjakan. Tetapi itu tidak menjadi masalah bagi mereka murid kelas exelent yang dengan lancar jaya dalam mengerjakannya, mungkin ada beberapa murid yang mulai kesusahan. Tak lama bel berbunyi menyisakan nafas lega bagi murid XA mipa exelent. Karena pelajaran tersebut membuat mereka harus berpikir lebih keras yang menguras tenaga lebih banyak. Pak guru nan kejam pun segera mengakhiri mapel hari ini. Mereka langsung saja berhamburan kelas begitu pak guru keluar kelas, dan menyisakan mereka bertiga.
"Kalian pulang naik apa?" tanya dita
"Gua dijemput supir"balas rara dengan nada yang malas
"Gua naik bus dihalte" sambungku yang masih membereskan alat-alat tulis.
"yaudah klo gitu gua duluan yh, bawa mobil soalnya takut dicariin nyokap juga, bye!" dita pun langsung pergi dari hadapan mereka berdua.
"Hmm ra supir gua udh didepan nih, lu gapapa gua tinggal?" tanya rara ragu-ragu.
"Gua gapapa kok, lu duluan aja gua juga bentar lg beres kok" balasku tersenyum tulus
"Beneran nih lu gapapa gua tinggal sendirian? Gua gak enakan soalnya sm lu" lanjutnya dengan wajah sedikit muram
"Hey, gua gakpapa ra. Lu duluan aja kasian sopir lu udh nunggu dari tadi" balasku lg meyakinkan rara
"Yaudah gua duluan yh dah kekey. Hati-hati dijalan, bye!" ujar rara melambaikan tangan dan langsung pergi dari hadapanku. Aku hanya balas melambaikan tangan kepadanya.* * * * * * *
Setelah semua beres aku bergegas pergi meninggalkan kelas, saat melewati lapangan basket indoor. Aku mendengar suara seperti orang sedang main basket. Aku segera masuk kedalam tanpa suara sedikit pun dan bersembunyi dibalik kursi penonton. Disana terdapat 4 cowok tampan yang sedang bermain basket. Aku menyelidik satu persatu wajah mereka, seketika aku terpaku pada satu wajah yang begitu mirip dengan masa laluku. Kok ngeliat dia main basket, gua jd keinget sm rendra ya... Diakan dulu jago main basketnya, sampe sering jadi capten disetiap pertandingan. Huft...aku kangen sm kamu ren, gimana kabar kamu disana? Kamu baik-baik aja kan? Semoga Allah selalu ngejagain kamu disana. Ujar batinku.
Tiba-tiba saja ada yang menepuk pundakku dari belakang. Sontak tubuhku menegang seketika. Ku tolehkan kepalaku perlahan ke belakang. Saat ku tahu siapa yang menepuk pundakku, "AAAAAAAAA........." aku menjerit sekencang mungkin, tapi langsung aja mulutku disekap oleh sebuat tangan kekar. "sssttt.....jangan berisik nanti kita ketauan" bisiknya. Dengan kesal langsung aja ku gigit tangannya yang masih menyekap mulutku, sontak dia meringis menahan sakit.
"Ah, gila sakit banget tangan gua. Dasar cewek gak tau diri lo, udh bagus gua tolongin" ujarnya sinis menatapku
"lo yang gila bikin gua jantungan aja untung gua gak punya riwayat penyakit jantung. Udah mah gua susah napas, mulut gua pake didekep segala lagi!" balasku menatap tajam dirinya
"lagian lu ngapain disini? Bukannya tadi lu latihan dilapangan? Kenapa tiba-tiba udah ada disamping gua?" lanjutku sinis sambil bersedekap didada.
"Lah lu sendiri ngapain masih disini bukanya bel pulang udah dari tadi bunyi yh?" tanyanya balik yang masih mengelus-elus telapak tangannya.
"kok lu gua tanya malah nanya balik sih, dasar stres. Udah ah awas minggir gua mau balik" sarkasku langsung menyingkirkan tubuhnya yang mengahalangi jalan. Tetapi saat aku baru mau menuruni tangga, kaki kananku terselip oleh kaki kiriku. Alhasil pasti tubuhku akan jatuh, kupejamkan mata kuat-kuat untuk mengurangi rasa sakitnya. Namun bukan lantai dingin yang menyentuh tubuhku, tapi sebuah tangan kekar yang menyambar pinggang rampingku ke sebuah dekapan hangat. Ku buka perlahan mataku. Pandangan kami bertemu, hanya terisi suasana hening yang masih bertatap mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Cinta dan Duka
Teen FictionIni dia kehidupan seorang anak yang di tinggal mati oleh sang ayah tercinta.Dia adalah Rikeyla anjani putri .Dia hidup hanya bersama dengan ibunya di sebuah kontrakan kecil.hidupnya sekarang sangat berkecukupan.sekarang dia berumur 16 tahun.awalnya...